Baby twins?

9 5 0
                                    

Yuhuu gimana kabarnya ni? Sehatkan? Semoga sehat ya kalian, seperti biasa sebelum baca jangan lupa vote, komen, follow, dan share oke. Jangan jadi pembaca yang ghaib ya😊. Pencet simbol bintang dibawah ya see you.

Nikmat mana lagi yang kau dustakan?, setelah kau mendapatkan apa yang kau mau bahkan aku telah melebihkan nya untukmu.
_Author_
.
.
.
.

💋💋💋Happy Reading guys 💋💋

Malam pun tiba. Zahra sudah menyiapkan makan malam untuk Fikri dengan penuh cinta. Ia menyusun hidangan dengan rapi di meja makan, menambahkan hiasan sederhana, berharap bisa menghabiskan malam bersama suaminya setelah seharian terpisah. Namun, menjelang jam makan, telepon dari Fikri masuk.

"Sayang, aku harus lembur malam ini," suara Fikri terdengar penuh penyesalan. "Aku mungkin akan pulang sangat larut, jadi kamu jangan menungguku, ya? Itu juga tidak baik untuk kesehatanmu, terutama sekarang."

Zahra tersenyum meski sedikit kecewa. "Baik, Mas. Kamu hati-hati, ya. Jangan terlalu memaksakan diri."

Mereka menutup telepon, dan Zahra pun berusaha mengisi waktu dengan membaca. Namun, semakin lama, pikirannya terus melayang pada Fikri. Meski sudah disuruh untuk tidak menunggu, perasaan rindunya membuatnya enggan beranjak dari ruang tamu. Lama-lama, ia pun tertidur di sofa dengan tenang.

Fikri pulang lebih larut dari biasanya. Ketika membuka pintu, ia melihat Zahra tertidur di sofa, wajahnya tampak lelah namun damai. Hatinya tersentuh melihat pengorbanan kecil istrinya, yang tetap menunggu meskipun sudah ia minta untuk beristirahat. Tanpa berpikir panjang, Fikri mengangkat tubuh Zahra dengan gaya bridal, membawanya menuju kamar dengan hati-hati. Saat akan menidurkan Zahra di kasur, istrinya terbangun.

"Ya Allah, kenapa kamu tidak membangunkanku saja, Mas? Tidak perlu repot menggendong seperti ini," ucap Zahra, tersenyum malu.

Fikri membalas senyum itu, menunduk mencium keningnya. "Aku tidak ingin kamu terbangun, Sayang. Sekarang tidurlah kembali, aku akan mandi sebentar."

Zahra mengangguk, tetapi begitu Fikri beranjak ke kamar mandi, ia memutuskan untuk menghangatkan makan malam di dapur. Beberapa saat kemudian, ketika Fikri keluar dari kamar mandi, ia terkejut melihat Zahra tidak ada di kasur. Ia segera menuruni tangga dan menemukan istrinya di dapur, sibuk mengatur ulang makanan.

Dengan tawa kecil, Fikri berkata, "Kenapa bangun lagi, Sayang? Aku kan sudah bilang, biar aku yang menyiapkan. Kamu ini nakal sekali," ucapnya sambil melangkah mendekat, lalu mengambil makanan yang sudah dihangatkan dari microwave.

Zahra tersenyum, menatap Fikri dengan penuh kasih. Mereka akhirnya duduk bersama di meja makan, menikmati hidangan dengan suasana hangat.

Sambil menyuap makanan, Fikri menatap Zahra dengan lembut. "Jadi, apa saja yang kamu lakukan hari ini, Sayang?"

Zahra mulai bercerita, matanya berbinar-binar. "Tadi pagi aku sempat ke pasar, mencari beberapa bahan untuk menu kesukaanmu. Aku juga bertemu dengan Bu Rina, tetangga sebelah yang bilang kalau dia sempat melihat kita berdua jalan pagi minggu lalu. Katanya, kita ini pasangan yang serasi," Zahra tertawa kecil.

Fikri tersenyum mendengar cerita itu. "Memang serasi, kan? Itu karena aku punya istri yang luar biasa seperti kamu," godanya sambil mengulurkan tangan, menggenggam tangan Zahra dengan erat.

Mereka melanjutkan makan malam dengan saling bertukar cerita. Fikri bercerita tentang beberapa tantangan yang ia hadapi di tempat kerja, bagaimana proyek-proyek baru memerlukan perhatian ekstra. Namun, ia meyakinkan Zahra bahwa, meski sibuk, keluarganya tetap menjadi prioritas utama.

percintaan yang rumit (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang