masa ngidam

8 6 0
                                    

Seperti biasa jangan lupa vote, komen dan share ya🥰.

Aku akan menjagamu meskipun nyawaku yang harus dikorbankan.
_Fikri Andriana Putra_

👶👶Happy Reading Unty💞

Seminggu telah berlalu sejak malam penuh makna itu. Fikri kini mengemban amanah besar dari Abuya, ayah mertuanya, untuk menjalankan bisnis keluarga. Hari-harinya diisi dengan tanggung jawab baru yang menuntut waktu dan tenaga ekstra. Setiap malam, ia pulang larut, berusaha memastikan semua tugas terselesaikan dengan baik. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang selalu menjadi prioritas Fikri - keluarganya, terutama Zahra.

Pada suatu malam, saat waktu makan malam tiba, Zahra merasa mual dan bergegas ke kamar mandi. Fikri, yang baru pulang dan melihat keadaan istrinya, segera menyusul dan menemani Zahra di kamar mandi. Dengan lembut, ia memijat tengkuk leher Zahra, mencoba meredakan ketidaknyamanannya.

"Kamu baik-baik saja, Sayang?" tanyanya penuh perhatian.

Zahra menahan mual dan perlahan mengangguk. "Entah kenapa, Mas. Belakangan ini aku sering merasa mual seperti ini."

Fikri merasakan ada kekhawatiran di hatinya, namun ia tetap mencoba menenangkan Zahra. "Mungkin kamu kelelahan, Sayang. Kalau terus begini, mungkin besok kita bisa periksa ke dokter, ya?"

Zahra tersenyum kecil dan mengangguk, merasa tenang dengan kehadiran Fikri yang selalu mendukung. "Iya, Mas. Mungkin itu ide yang baik."

Keesokan harinya, setelah konsultasi ke dokter, kabar yang tak terduga datang - Zahra dinyatakan hamil. Fikri dan Zahra sama-sama terkejut, tak menyangka bahwa mereka akan segera dianugerahi seorang anak. Dalam hati, mereka berdua tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah atas karunia ini.

Fikri mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Zahra erat. "Alhamdulillah, Sayang. Ini anugerah besar dari Allah. Aku sangat bahagia."

Zahra menundukkan wajah, matanya berkaca-kaca karena terharu. "Alhamdulillah, Mas. Ini seperti mimpi bagiku. Semoga Allah selalu memberkahi kita dan memberikan kemudahan dalam menjalani kehamilan ini."

Fikri mengusap lembut tangan Zahra dan berkata, "InsyaAllah, Sayang. Aku akan selalu ada untukmu. Aku tahu tanggung jawabku di bisnis cukup berat, tapi aku berjanji tidak akan mengabaikanmu dan anak kita."

Seiring waktu, Fikri berusaha menyeimbangkan antara pekerjaannya dan waktu untuk Zahra. Setiap hari, meskipun pulang larut, ia selalu menyempatkan diri untuk menemani Zahra, menanyakan kabar kehamilannya, dan membantu kebutuhan kecil-kecil di rumah.

Pada suatu malam, saat mereka duduk bersama, Fikri berkata, "Zahra, aku berjanji untuk selalu mendampingi dan menjaga kamu dan anak kita. Aku ingin kita terus menjalani hidup dengan penuh keberkahan dan cinta dari Allah. Setiap ujian yang datang, mari kita hadapi bersama."

Zahra tersenyum lembut, merasakan cinta yang mendalam dari suaminya. Mereka berdua tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan meski tantangan pasti akan datang, mereka merasa siap untuk menjalani segalanya bersama.

Keesokan paginya, sebelum berangkat ke kantor, Fikri sedang bersiap-siap ketika Zahra menghampirinya dengan ekspresi manja. Dengan suara yang dibuat mirip anak kecil, Zahra berkata, "Sayang, dedeknya pengen seblak nanas, belikan nanti ya, Bubu."

Fikri tersenyum geli mendengar permintaan unik itu. Ia mengusap lembut perut Zahra yang masih rata sambil berkata, "Dedek nggak boleh makan seblak ya, apalagi dicampur sama nanas. Bahaya, Sayang."

Zahra mencibir manja, menunjukkan wajah imut yang tak mungkin bisa ditolak. "Ih... tapi dedek mau, loh, Mas. Belikan ya..."

Fikri tertawa kecil melihat ekspresi menggemaskan Zahra. Ia tahu keinginan istrinya kadang aneh-aneh sejak mengetahui kabar kehamilannya, tapi Fikri tak pernah kehabisan rasa sayang dan pengertian untuk memenuhi keinginan Zahra. "Oke, oke... nanti pulang kantor aku carikan seblak sama nanas buat dedek, ya. Tapi janji, makannya nggak boleh banyak-banyak."

percintaan yang rumit (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang