Dengan susah payah nata berhasil memapah cowok itu ke UKS untuk diobati
Di tangannya, ia membawa kotak P3K, mencari plester dan antiseptik untuk digunakan.
Gibran sendiri duduk di ranjang, mengerang pelan sambil terus memegang wajahnya yang lebam.
Nata duduk di sampingnya, mulai mengobati luka gibran. "tahan... mungkin bakal perih, gue bakal pelan-pelan," katanya
Selagi lukanya diobati, suasana di UKS terasa hening. Gibran terus memperhatikan Nata yang fokus di depannya.
"Menurutmu, apakah dia baik?" pertanyaannya tiba-tiba memecah keheningan.
Nata menaikkan satu alisnya. "Siapa? Joel?" tanyanya.
Gibran menganggukkan kepala pelan
"Lumayan," jawab Nata singkat.
Gibran hanya tersenyum lemah, melanjutkan pembicaraannya. "Joel suka sama lo, Nat," katanya.
Nata langsung menghentikan aktivitasnya. "Jangan bilang lo berantem karena ini?" curiganya dengan perasaan tak senang, dan benar, mendapat anggukan lagi dari cowok itu.
Nata mendenguskan napas dengan kasar. "Habis ini persoalan gue dengan Joel, lo jangan berantem ataupun ikut campur lagi!"
"Begitukah? Lo beneran suka sama dia?"
Nata terdiam, tampak serius memikirkannya, kemudian tersenyum kecut "Dia tak terlalu buruk. Tadi lo bilang dia sering mencampakkan orang, kan? Sekalipun nanti dia juga memperlakukan gue sama, juga tak masalah---
---Setidaknya selama ini Joel gak menganggap gue murahan di matanya." Kata-kata terakhir Nata membuat Gibran teringat ucapannya minggu lalu yang tanpa sengaja mengatai cowok itu murahan.
"Ada itu yang kemarin, pas berantem. Di bab enam sebelumnya"
-SweetieVanilla-Nata melanjutkan lagi, "Mungkin gue sama Joel memang cocok!"
Semua perkataan Nata hanyalah sebuah kekesalannya yang selama ini terpendam. Ia sama sekali tak memiliki perasaan apa pun dengan Joel, dia masih menyukai orang yang sedang berbicara dengannya sekarang.
Gibran menunduk. "Baiklah," ucapnya sakit hati, ia bingung harus bagaimana, Nata sama sekali terlihat tak membantahnya.
"Gue gak bakal ganggu kalian lagi," lanjutnya.
Terakhir, Nata menempelkan plester pada kening Gibran. "Terima kasih. Kalo gitu, gue pergi dulu," ucapnya meninggalkan cowok itu sendirian.
Beberapa menit setelah Nata pergi, Gibran tetap duduk di ranjang, merasakan beban emosional yang berat. Pikirannya penuh dengan kenangan dan penyesalan, terutama kata-kata yang pernah diucapkannya tanpa berpikir.
Tak tahan, cowok itu mulai menangis, merasakan kepedihan yang mendalam.
"Seorang gibran makan manggis?🙀"
-SweetieVanilla-Di ruangan UKS yang kini terasa semakin sunyi, bahkan langit pun mendukung kesedihannya, terdengar suara hujan yang turun deras dari luar.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Keesokan Harinya
|Di Rooftop|nata di tarik joel kesana, katanya ada hal yang penting yang akan diungkapkan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush (END)
RomanceIni adalah cerita tentang nata yang tak pernah letih mengejar crushnya. Meskipun dia sudah di tolak berkali-kali, semangatnya tak pernah padam. Dengan hati yang penuh tekad dan rasa yang tulus, ia terus berjuang untuk meraih hati iban sang pujaannya...