XIII) SC : Siang yang Panas💋🔥

613 32 0
                                    

Siang Hari

"Mengapa cuaca hari ini begitu panas?" Keringat menetes sebulir demi sebulir dari leher Nata, seakan seluruh cairan di tubuh menguap di udara panas.

Membuatnya tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran. Ia memutuskan untuk membolos kelas dan belajar di perpustakaan yang dingin.

Nata berdiri dari bangkunya mengangkat tangan, "Bu, saya izin ke toilet" bohongnya, dan untung saja guru itu percaya padanya.

Dengan riang, Nata melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju perpustakaan yang terletak di lantai dua gedung sekolah.

Ia membayangkan bagian belakang perpustakaan di sela lorong rak-rak buku yang terlihat nyaman sekali. Merupakan tempat favoritnya.

Ketika masuk, angin langsung berembus menerpa wajah Nata, terasa sejuk dibandingkan berada di kelas. Di sana tak ada penjaga sama sekali, membuatnya semakin mudah melakukan aksi bolos-membolosnya.

"Itu bukannya Iban ya?" Dari kejauhan ia melihat sosok Iban sudah mendahului duduk di sela-sela rak belakang.

Punggungnya sedikit membungkuk, tak menyadari kehadiran orang lain. Terlihat sangat tenang dan tak terusik dari dunia luar.

Membuat Nata tersenyum jahil, tanpa bersuara ia berjingkat, mengendap dengan ujung sepatu agar tak menimbulkan suara menuju tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuat Nata tersenyum jahil, tanpa bersuara ia berjingkat, mengendap dengan ujung sepatu agar tak menimbulkan suara menuju tempat itu.

Saat sudah cukup dekat, Nata melompat langsung memeluknya dari samping,

'HUPPP'

Gibran yang mendapat perlakuan tiba-tiba dari seseorang, langsung tersentak. Dia Menoleh, di sana ia menemui pacarnya yang sedang memeluknya dari samping dan menatapnya dengan mata berbinar

sangat lucu pikirnya

Tangan Gibran terangkat, mengacak-acak rambut Nata dengan gemas. "Bolos, sayang?" tanyanya.

Yang ditanya hanya bisa menyengir, "Sesekali, Iban, di kelas panas tahu!" Kembali menyengir menunjukkan deretan giginya.

Tangan Gibran yang sebelumnya sibuk mengacak rambut Nata, kini berpindah untuk menoel hidung kecil itu. "Bandel kamu" katanya, dan mereka berdua terkekeh. "Oh iya" Gibran teringat akan sesuatu.

Ia terlihat sibuk merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah permen cokelat dari sana. Ia menyodorkan ke arah Nata, "Mau?" tawarnya.

 Ia menyodorkan ke arah Nata, "Mau?" tawarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Crush (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang