17

351 65 1
                                    

Esme sampai menurunkan tangannya dengan lesu. "Cam, dia sepertinya tidak merindukan aku," ungkap Esme memandang ke arah kakak sepupunya itu.

Daniel bergerak segera dan berteriak dengan keras. Mengejutkan dua orang itu yang segera menggelengkan kepalanya. Apalagi saat Daniel langsung menubruk tubuh Esme dengan sekeras yang dia bisa. Memeluknya seolah dia akan membuat tubuh itu menjadi kecil karena pelukannya yang sangat kuat.

"Oh, Dan. Kau membuat aku tidak bisa bernapas." Esme memukul punggung Daniel dengan kesal.

Daniel yang mendengar suara sesak Esme segera menghentikan pelukannya. Dia menatap Esme masih tidak percaya gadis itu berdiri di hadapannya. "Maaf, Babe. Aku sangat bahagia dan tidak sengaja menyakitimu. Di mana yang sakit?" Daniel segera memeriksa.

Esme memukul dada Daniel dengan kesal. "Tidak ada yang sakit. Terima kasih karena kau segera melepaskan aku."

"Aku masih tidak percaya, kau pulang?"

"Seseorang mengancam, jika aku tidak kembali maka dia akan menutup labku yang ada di kota ini. Aku tidak memiliki pilihan." Esme melirik ke Cameron dengan tidak senang.

Daniel menatap Cameron yang sudah bergerak keluar dari mejanya. "Kau melakukannya."

"Kenapa? Tidak senang?" tanya Cameron dengan mata menantang.

"Senang. Kenapa tidak dari awal?"

Esme yang mendengarnya meraih rambut panjang Daniel dan menjambaknya. Menariknya dengan sekuat tenaga. "Apa katamu?"

Daniel meringis kesakitan dan minta ampun juga dilepaskan. "Aku hanya bercanda, Babe."

Puas memberikan jambakan dengan kasar, Esme segera melepaskan. Gadis manis yang tampak penurut itu memang akan berubah menjadi singa betina yang siap mencakarmu kalau sampai dia kesal. Beberapa pria yang mendekatinya selalu berakhir mendapatkan masalah. Itu sebabnya tidak pernah ada cinta di hidupnya. Sampai Daniel tentu saja menyatakan perasaan. Hal yang tidak disangka itu terjadi.

Mereka mengenal sejak kecil. Karena Daniel dan Cameron memang berteman sejak mereka masih begitu mudah. Jadi Daniel mengenal Esme dengan sangat baik. Karena mengenal, Esme tidak pernah menyangka Daniel akan menyatakan perasaan padanya. Sebab itu tampak tidak mungkin. Siapa pun yang mengenal Esme, tidak akan ada yang mau terhubung dengannya. Itu membuat dia meragukan pernyataan Daniel, menyangkakan kalau itu hanya guyonan.

Ternyata Esme salah, hubungan mereka bertahan bertahun-tahun lamanya. Dan dalam pertengkaran yang sering terjadi, Daniel menjadi pihak yang selalu mengerti dan mengalah. Bahkan saat Esme memutuskan meninggalkan kota ini dua tahun yang lalu demi mengejar karirnya, Daniel juga mendukungnya. Itu membuat Esme yakin dia tidak salah mengambil keputusan dengan menerima Daniel sebagai kekasihnya.

Daniel segera merengkuh Esme padahal dia baru saja dijambak. "Aku merindukanmu, Babe."

Cameron menarik kerah kemeja Daniel. "Kau bisa melepaskan rindumu kapan pun karena dia akan tinggal selamanya di kota ini."

"Sungguh?" Daniel semakin dilanda cerah.

"Ya. Tapi sekarang biarkan aku membicarakan alasan aku membawanya kembali. Karena aku memang membutuhkannya."

"Oh, aku tidak akan menghalangi. Aku hanya akan berdiri di sisi kesayanganku. Silakan." Daniel segera mengambil tempat di sisi Esme. Terlihat tidak tergoyahkan di sana.

Esme hanya menggeleng membiarkan.

Sementara Cameron tidak peduli. Dia bergerak ke arah Esme dan memeluknya sebentar. "Terima kasih, kau sudah mau kembali."

"Selain mengancam menghilangkan labku, aku tahu kau sangat membutuhkanku sampai memaksa aku kembali. Jadi aku akan mendengarkan."

Cameron mengangguk dan segera melepaskan pelukan. Dia kemudian berjalan ke arah kursinya. Mempersilakan Esme untuk duduk di depannya.

Esme melangkah, menarik kursi di depan meja kakak sepupunya itu. Sementara Daniel, seperti yang dia katakan, dia berdiri di sisi Esme dengan patuh. Tangan pria itu menyentuh bahu Esme seolah mengatakan dia selalu ada di sisinya. Seolah Esme tidak melihatnya saja.

Cameron menyodorkan sebuah cairan yang diletakkan di sebuat toples putih kecil. "Kau harusnya bisa tahu apa ini."

Esme mengambil toples yang hanya sebesar ibu jari itu. Memandangnya seksama dan tersenyum kemudian. "Sebuah racun."

"Siapa yang akan kau racuni?" tanya Daniel menyerobot.

Dua pasang mata segera memandangnya dengan kesal.

Daniel mengangkat kedua tangannya dengan cengiran permintaan maaf. Dia segera mengangguk bersalah meminta mereka melanjutkan dan dia tidak akan menginterupsi lagi.

"Cairannya memang racun tapi sudah di modifikasi dengan benar olehku sendiri dan ketiga temanku yang memang ahli dalam meracik bahan kimia menjadi sesuatu yang menguntungkan. Dan cairan ini harusnya akan membuat siapa pun yang disuntikkan akan segera hamil setelah ditiduri. Siapa yang akan kau buat hamil, Cam?"

"Seseorang."

Daniel terpana. Kini mengertilah dia kalau selama ini dia memang belum sepenuhnya mengenal Cameron. Sahabatnya yang licik itu benar-benar akan memakai jalan pintas untuk memaksa Liara memihak padanya. Kehamilan yang tidak terduga dengan kebaikan gadis itu, dia tidak mungkin membuat anaknya lahir tanpa ayah. Cameron memanfaatkan kebaikannya.

Sekarang Cameron tidak akan menyesal karena mencintai gadis yang baik hati. Sebab kebaikan Liara akan membawa gadis itu tidak dapat menolaknya.

"Benda ini belum sempurna. Kalau kau mau aku memeriksanya lebih lanjut, itu akan lebih menenangkanmu," komentar Esme yang sama sekali tidak mengatakan apa pun soal rencana Cameron.

Tidak ada yang bisa membuat Esme terkejut dari tindakan Cameron. Karena otak pria itu memang kadang memikirkan sesuatu yang mengerikan untuk dilakukan. Siapa pun yang menyinggung kakak sepupunya, jelas akan menerima balasan yang setimpal.

"Kau boleh melakukannya. Waktumu hanya dua minggu," ucap Cameron memberikan izin.

"Tidak selama itu. Satu minggu cukup. Asal ...." Esme memandang Daniel dengan penuh senyuman.

"Asal apa? Apa yang kau pikirkan, Babe?" Daniel segera memeluk Esme dari belakang. Tahu kalau dia tidak akan senang mendengar apa pun yang sekarang ada di pikirkan gadisnya.

Cameron mengangguk setuju. "Aku akan menahannya agar tidak mengganggumu. Satu minggu ini, dia tidak akan ada di depan matamu."

"Apa? Kau mau aku tidak menemui kesayanganku? Tidak, aku tidak—"

"Aku memiliki pekerjaan penting untukmu. Kau akan keluar kota dan memeriksa beberapa peretas yang coba menghancurkan proyekku. Kau berangkat malam ini. Tiga dini hari."

"Cam!" seru Daniel tidak terima. Saat dia memandang Esme, gadisnya itu hanya memberikan tepukan lembut di tangannya yang ada di bahu Esme. "Kalian sungguh tidak mengerti perasaanku!" Dan Daniel merajuk.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Di Ranjang Mantan Ipar (SEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang