16

3.7K 242 16
                                    

Sudah dua bulan Rai kembali bekerja, kali ini dia pulang dalam kondisi tubuh yang begitu lelah, menguras tenaga hanya karna pertemuan dengan client yang menjengkelkan, namun selelah apapun pekerjaannya sepulangnya kerumah dan melihat bayi mungil nan menggemaskan dirumah, selalu berhasil menghapus penatnya seolah memberikan energi pada tubuh tak berdayanya.

rutinitas Rai sepulang kerja, membersihkan diri lalu menghabiskan waktu dengan Gemi, hal itu selalu membuat pemandangan yang begitu nyaman, saat bayi yang masih menggunakan waktu tidurnya di siang hari dan akan bangun ketika malam hari, selalu berhasil membuat Rai dan Mega bergadang untuk menemani Gemi yang rewel mengoceh kecil. membuat gemas keduanya yang baru memulai hari-hari mereka sebagai orang tua. tak jarang Mega yang lebih banyak kewalahan dan Rai yang merasa hanya mengurus Gemi saat malam hari jadi lebih banyak meluangkan waktu untuk menjaga Gemi di malam hari.

"kamu besok libur ya?" tanya Mega, sambil melepas vacum ASI dan memberikannya kepada Rai, tentu saja agar Rai memasukan ASI tersebut kedalam plastik klip khusus ASI, stok ASI untuk Gemi jika menangis di malam hari saat Mega tertidur. tak jarang Rai mengeluh tidak tega membangunkan Mega ketika Mega ketiduran saat menjaga Gemi, membuat Mega harus merasakan menggunakan Vacum ASI.

"hemm, kenapa emangnya" tanya Rai, ia meletakan ASI yang sudah di kemas kedalam kulkas mini yang memang mereka siapkan khusus untuk stok ASI Gemi.

"gak niat ngajak anak istri keluar gitu?" ucap Mega yang bersandar pada headboard kasur sambil menatap Rai, Rai juga sudah menatap Mega.

"mau kemana?"

"aku cuma bosen aja di rumah Rai, setiap hari aku cuma sama Gemi junior, kamu sama mommy kerja, mbak dirumah ngerjain pekerjaan rumah"

"aku kan udah nawarin kita pake babysiter"

"trus aku makin gak ada kerjaan gitu? aku suka ko ngurus Gemi, aku mau ngurus anak pertama aku pake tangan aku sendiri tanpa babysiter, aku cuma mulai bosen aja"

"yaudah besok kita keluar ya, kamu mau kemana?"

"aku udah lama banget gak ke Bali" perkataan Mega sontak membuat Rai terbelalak,

sangat di luar dugaan.

"aku cuma libur sabtu minggu, cuma dua hari"

"nah itu, bisa ko kita satu hari di bali, biar aku yang urus semuanya, gimana? kan uang kamu juga aku yang pegang"

Rai mengangguk dengan senyum tipis, sudah sejak dulu apa yang Mega inginkan selalu di dapatkan, tidak mungkin hanya karna menikah dengannya jadi membuat keinginan Mega tidak terpenuhi, sudah di bahagiakan sejak kecil oleh orang tuanya, tidak mungkin Rai menjatuhkan kebahagiaan Mega di level yang tidak layak.

*****

Denpasar, Bali.

Jam sepuluh pagi, mereka sudah sampai di kota Bali. mendapat penerbangan pagi ternyata tidak buruk. walau resikonya Rai agak kurang tidur, karna semalaman menjaga Gemi dan paginya mereka sudah harus berangkat dengan membawa peralatan seadanya yang di siapkan Mega. bahkan jika dilihat lagi Mega hanya membawa koper kecil yang mungkin di penuhi oleh kebutuhan Gemi.

sampai di hotel pun mereka hanya menaruh barang, karna ternyata Mega sudah meminta karyawan orang tuanya untuk mengirimkan kendaraan ke hotel tempat mereka menginap.

Rai yang sejak sampai di sibukan oleh bayi mereka jadi merasa pusing sendiri, melihat istrinya sibuk mengurusi liburan mereka yang hanya satu hari ini, sangat merepotkan namun juga menyenangkan saat istrinya begitu bahagia karna liburan keluarga mereka yang untuk pertama kalinya ini.

"sayang kamu udah siap belum, biar Gemi aku yang gendong nanti kamu yang nyetir mobil ya, itu karyawan papa udah di bawah loh"

"aku udah siap dari tadi Mega, kamu yang sampe sekarang masih ganti baju, emang baju yang tadi kenapa sih?"

"gak cocok untuk jalan keluarga sayang"

"yaudah buruan" jawab Rai dengan cepat

Mega yang sudah siap dengan celana pendek dan baju kaos putih longgar yang di lapisi kemeja tipis lengan panjang, kemeja berwarna biru langit sangat menunjukan aura liburannya, sedangkan Rai tidak mengganti bajunya sejak berangkat, hanya celana pendek seatas lutut berwarna mocca dan baju kaos over size putihnya, kalung dan gelang rantai yang ia kenakan juga melengkapi penampilannya.

"emang sih udah ganteng banget Raigemi aku"

"makasih ya, yaudah sekarang kita keluar yuk"

Mega yang di elus dengan lembut kepalanya oleh Rai merasakan wajahnya menghangat sekarang, apakah wajahnya memerah? "sini biar Gemi sama aku sayang" Rai mengangguk dan menyerahkan bayi mungil itu ke gendongan Mega.

****

Mereka berjalan menuju lobby hotel dengan riang sedikit candaan yang dilemparkan Rai kepada Gemi membuat suasana mereka menghangat. nampak seperti keluarga yang bahagia. walau sebenarnya memang banyak kehangatan diantara ketiganya, namun tidak melupakan jika hubungan mereka adalah hubungan yang memiliki akhir.

Lift yang mereka naiki berhenti pada lantai 3, menandakan akan ada yang menaiki lift juga dari lantai itu, saat pintu lift terbuka alangkah terkejutnya Rai saat seseorang yang sedang menunggu lift adalah Lovandraly, namun ia tidak sendiri melainkan dengan wanita paruh baya yang nampak glamor dan elegan dengan kacamata hitam yang bertanggar nyaman di atas kepala menjadi penghalang rambut panjangnya yang tergerai agar tidak berjatuhan.

sesaat perasaan Rai menjadi nyaman dan tidak nyaman dalam waktu bersamaan. "Hai Rai, dunia terlalu sempit, sudah ketemu setiap hari di kantor harus bertemu di kota ini juga" sapa Lovandraly membuyarkan keterkagetan mereka

wajah Lovandraly seketika nampak kurang nyaman yang entah mengapa membuat Rai bingung dan ikut tidak nyaman, sedangkan wanita dengan tampilan santai yang sejak tadi bersama Lovandraly memasang wajah angkuh yang tidak berubah sejak tadi, namun dari binar matanya yang sedikit berembun dan selalu mendongak keatas menjadikan Rai makin tidak nyaman.

saat mereka masuk kedalam lift Lovandraly kembali membuka suara "ini Raigemi bu, karyawan bapak di prusahaan pusat"

"ya saya tau" suara dingin namun penuh emosi itu seperti menjalari suasana

"dan Rai, ini bu Claudia Cla-" 

"Lovan, tidak perlu mengenalkan nama panjang saya tidak apa" potong Claudia dengan cepat

"maaf bu," Lovandraly menundukan kepalanya ke arah Claudia lalu kembali menghadap kearah Rai  "Rai bu Claudia ini anak tunggal pak Gumilar"

Rai dan Mega dengan sopan menundukan kepala mereka sebagai tanda penghormatan lalu menjabat tangan yang begitu dingin milik anak bos Rai itu. "hallo Bu, salam kenal saya Rai," kini Rai menujuk Mega dengan ibu jarinya "ini istri saya Mega, dan ini anak saya Gemi"

wanita paruh baya itu mengangguk lalu tersenyum lembut, mengelus dengan ibu jarinya pipi lembut bayi di  gendongan Mega, "kalian mau kemana?" tanyanya dengan nada yang melunak. seperti sudah terhipnotis dengan ketampanan bayi di gendongan Mega.

"kami hanya berlibur satu hari disini bu, jadi kemungkinan tidak akan lama, kami hanya akan keluar untuk mengunjungi beberapa tempat" sahut Rai dengan senyum hangatnya, sampai menimbulkan mata bulan sabit yang nampak menyenangkan.

"tidak usah terlalu formal dengan aku Rai" 

Mega dan Lovandraly terbelalak melihat wanita parubaya yang sejak tadi nampak angkuh kini melunak, seperti cuaca yang sulit di tebak tergambar dalam rona wajah wanita berumur kurang lebih empat puluh lima tahun itu.

maklum saja jika Claudia nampak lebih muda dari umurnya jika pak Gumilar yang sudah menginjak usia tujuh puluh tauh saja masih terlihat begitu gagah. Rai hanya menganggukan kepalanya kepada anak bosnya yang masih terlihat begitu  cantik di usianya yang tidak muda, apa lagi tampilan modis Claudia yang menolak tua, menggunakan pakaian yang tidak jauh berbeda dengan Mega, Claudia tengah menggenakan celana pendek seatas lutut dan kemeja putih tipis longgar memperlihatkan taktop hitamnya dengan samar. penampilan yang boyish dan girly dalam satu sosok.

"kamu dan istri kamu mau ikut makan bersma dengan kami Rai" itu sebuah ajakan, bukan sebuah tawaran yang masih bisa di tolak bukan?

Rai sedikit melirik Mega, dari posisi Mega yang bisa dengan mudah menangkap gerak gerik Rai ia mengangguk kecil, memberi jawaban iya. sebuah ajakan dai bos tidak mungkin di tolak mentah-mentah, dengan status Rai sebagai karyawan terbaik di prusahaan itu tidak mungkin ternodai hanya karna melonak ajakan makan Bosnya.

Rai mengangguk memberi Jawaban, membuat Claudia tersenym tipis penuh arti, binar matanya sejak tadi mengungkapkan sesuatu yang -entah apa.

sampai di sebuah ruangan yang terdapet di lobby mereka masuk bersamaan, di iringi obrolan kecil membahas tentang kenyamanan Rai bekerja di prusahaan milik pak Gumilar, Ayah kandung Claudia.

"lihat, siapa yang datang"

ucapan Claudia membuat manusia yang mengisi meja makan menoleh kearah mereka, ada dua orang wanita cantik yang sedang sibuk dengan leptop mereka, sepertinya salah satu wanita itu berumur kurang lebih tiga puluh tahun dan satu lagi berumur di bawah Rai karna masih begitu belia dengan wajah nampak lugu itu. satu wanita yang memiliki wajah nampak ayu sedangkan satu wanita lagi sangat mirip dengan Claudia, yang sudah bisa di tebak bahwa wanita dengan penampilan serba hitam itu adalah anak Claudia. karna pandangan angkuh mereka sangat mirip.

"Rai?"

suara Bariton Gumilar menjalari setiap telinga, dan itu membuat dua wanita yang sejak tadi memandang ke arah Rai dan Mega sedikit membulatkan mata mereka. "kakak" nampak dengan lugunya wanita bertubuh mungil dengan pakaian cerahnya itu mulai membulatkan matanya yang sudah berembun. 

sejujurnya Rai dan Mega tidak begitu mengerti, sangat wajar memang jika Rai di panggil kakak oleh seorang yang lebih muda darinya, namun ada rasa aneh yang menjalari tubuh Rai, ini bahkan tidak pernah terjadi kepadanya sebelumnya.

sampai pintu ruangan itu kembali terbuka, kini semua mata langsung melihat siapa yang masuk, dengan gusar mata Rai terus memastikan kembali, dengan hati yang nampak aneh sekarang, tidak pernah terfikirkan jika Rai sangat khawatir sekarang.

dengan gerakan cepat Rai kembali menoleh kepada remaja yang baru saja memanggilnya kakak, mata Rai membulat, kini dadanya kian merasa sesak "Cia"

remaja yang merasa namanya di sebut oleh Rai mengangguk, dengan gerakan cepat remaja itu beranjak dan menghampiri Rai, langsung menubruk Rai dengan pelukan yang sangat erat "kak Rai, Cia kangen" tangisnya pecah di pelukan Rai.

sejujurnya perasaan bingung dan tidak mengerti lah yang paling menguasai Rai, namun bertemu dengan adik kecilnya yang sudah beranjak dewasa juga membahagiakan bagi Rai. sudah tujuh tahun sejak Rai pergi dari Rumah dan tidak pernah menemukan keluarganya lagi, kini keluarga kecilnya ada di hadapannya sekarang.

siapa yang menduganya, Adiknya, Mamanya dan Ayahnya.

tuhan merencanakan sesuatu seperti ini, setelah tujuh tahun?

























GEMINIONS

Geminions (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang