06.

1.4K 95 0
                                    

David memutuskan untuk bergabung di dalam mobil jimmy, sementara kendaraan milik david akan diurus oleh sekretarisnya.

Didalam mobil obrolan mereka terus berlanjut, sampai jimmy meminta izin untuk berhenti sejenak di minimarket, dengan maksud ingin membawa beberapa bingkisan untuk liam.

Sampai di rumah sakit, keduanya bergegas menuju kamar rawat Liam yang berada di lantai empat.

Saat mereka tiba, hal yang pertama kali mereka lihat adalah sosok remaja yang terlelap dengan tenang.

Jimmy meletakan barang bawaannya di salah satu kursi, dengan hati-hati dia mencoba untuk meraih jemari sang adik.

Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka saling menautkan jemari masing-masing seperti ini, meski sekarang genggamannya tidak mendapat balasan, tapi dia suka. Ternyata masih sama, tangan itu masih saja terasa lebih kecil saat masuk ke dalam genggamannya, hangat yang disalurkan dari tubuh itu juga masih terasa sama.

Diamatinya wajah pucat itu, lebam di sudut bibirnya sudah mulai samar, tapi nampak napas anak itu belum begitu baik. Lilitan perban di kepalanya juga seperti baru saja diganti dengan yang baru.

Dia menyesal karna tidak menyanggupi permintaan adiknya, andai saja dia mau, pasti tidak berakhir seperti ini.

Rindu, Jimmy benar-benar merindukan hal-hal yang selalu mereka lakukan saat berada di masa kanak-kanak. Sampai kapanpun momen indah itu tidak akan bisa dia lupakan, tawa kecil sang adik  juga masih menjadi suara favoritnya sampai saat ini.

Walau jarak diantara keduanya sudah terlalu jauh, Jimmy tetap ingin mendengarnya lagi, jimmy ingin menjadi sebab dari tawa itu muncul.

Sedari dulu, tidak ada niat sama sekali untuk membuat jarak dengan sang adik, tapi lambat laun seperti ada sesuatu yang membuat mereka melakukan hal itu tanpa sadar, andai dia tidak mengikuti egonya, ini semua tidak akan terjadi.

Tepukan di bahunya menyadarkan Liam dari kenangan masa lalu.

"Yang sudah berlalu memang tidak bisa kita ganggu gugat, tapi tidak ada salahnya jika menjadikan kenangan itu sebagai pembelajaran. Jimmy, jangan pernah berfikir jika semua hal yang terjadi didalam hidup itu hanya sebuah kesia-siaan. Perlu kamu tahu, masalalu adalah guru terbaik, jadi gunakan hari-hari kedepannya untuk mengevaluasi jalan hidup kamu. Yang mengetahui luar dan dalam dirimu hanya  kamu sendiri, maka gunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Dan satu yang harus kamu ingat selalu, adikmu tidak bersalah."

Ucapan david mampu membuat pikiran Jimmy jauh lebih tenang, tidak perduli seberapa gelap masalalu, mereka tetap akan menjadi guru terbaik.

Jadi saat ini, Jimmy bertekad untuk mengubah semuanya. Ini hidupnya, jadi dia yang lebih berhak untuk memilih jalan seperti apa.

Dan hari ini, akan menjadi awal untuk hidup barunya dengan sang adik. Tidak perduli mau bagaimana sulitnya setelah ini, dia akan terus coba, sampai liam mau menerimanya kembali.

Dua jam sudah dia berada di ruangan liam, tapi bocah itu belum juga bangun, padahal dia dan pamannya harus pergi sekarang.

"Gapapa, kan besok bisa datang lagi kesini" ujar david saat melihat keponakannya seperti enggan meninggalkan sang adik"

"Tapi nanti dia sendirian uncle"

"Enggak, kan ada perawat. Lagi pula ada aunty zia"

"Aunty Disni?" Jimmy bingung pasalnya sejak tadi dia tidak melihat keberadaan istri dari sang paman.

"Iya, dari pagi disini. Kebetulan temennya lagi dirawat disini juga, tadi buru-buru jadi gak sempet nyambut kamu. Yaudah yuk, kita pergi sekarang"

Dengan berat hati akhirnya jimmy setuju, mereka pun pergi dari sana setelah menitipkan liam pada perawat yang bertugas.

SECONDE VIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang