19.

472 49 3
                                    

Dari sebuah bangunan dia melihat ramainya lalu lalang. Langit malam itu ditutupi awan yang menunjukkan tanda-tanda bahwa ia siap menyapa tanah kering dengan air yang dia punya.

Bunyi guntur dan kilatan cahaya beberapa kali datang seiring dengan sibuknya para manusia yang mencoba untuk melindungi diri sebelum jutaan rintik itu jatuh.

Dia mengawasi itu semua dari dalam bangunan yang terlihat semakin ramai, suara bincang-bincang orang di sekelilingnya terdengar jelas, tapi wajah mereka terlihat samar.

"Kenapa aku ada disisni?"

Dia bingung dengan keadaan ini, dia tidak tahu dimana dia sekarang. Dia ingin memastikan, tapi dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Seolah saat ini dia terperangkap di dalam dan di paksa untuk menyaksikan semuanya dalam diam.

"Buat adek! Dari jim sama abang"

Sebuah kotak berukuran sedang dengan warna baby blue diletakkan dihadapannya.

"Bilang apa sama kak Jim dan abangnya dek?"

Suara tegas dan lembut secara bersamaan itu terdengar dari pria yang duduk tepat disampingnya.

"Terima kasih abang, kak Jim"

Setelah itu semuanya berlanjut, entah bagaimana pandangannya beralih pada jalanan diluar sana.

Seorang remaja perempuan tampak melambaikan tangan kearah nya, tapi fokus pandangannya saat ini bukanlah pada sosok gadis itu.

Pria dengan balutan busana Hoodie dan jeans yang serba hitam, serta setengah wajah tertutup kain hitam menjadi objek dari netra tubuh ini. Sosok itu berdiri di belakang remaja yang melambaikan tangan kearahnya tadi, meski begitu Karna postur tubuhnya yang lebih besar membuatnya tidak sampai terhalangi oleh si gadis.

Dia tersentak kala netra jernihnya dapat dengan jelas menangkap sebuah benda berkilat tajam yang tidak lagi asing baginya itu berada digenggaman si pria tertutup.

Secara tidak terkendali dia berlari keluar dari bangunan restaurant bergaya klasik itu saat pria yang membawa belati dibalik tangganya mulai mendekat kearah gadis remaja di sembarang sana.

Belum sempat mencegah, sebuah pelukan kuat dia rasakan. Tubuhnya terasa melayang dalam sepersekian detik, sebelum rasa sakit menghantam. Degup jantung yang terasa sangat cepat membuatnya semakin bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi padanya saat ini?

"Jika memang ini hanya bagian dari ingatan William, mengapa aku bisa merasakan sakit fisiknya juga?"

Samar-samar dia bisa merasakan orang-orang yang datang mengerubungi, tubuhnya di angkat oleh salah satu dari mereka.

Genangan darah memenuhi sekujur tubuh gadis yang sempat melambai padanya, perasaan sesak dan takut mulai menghantui. Tubuh ini bergerak merangkak dengan tangisan pilu yang dapat dia dengar jelas.

"K-kak via"

Lirihan putus asa itu semakin membuatnya merasakan kesedihan dari si pemilik tubuh.

"Kakak, bangun"

Dia bisa merasakan gemetar di sekujur tubuh William, guncangan pada sosok yang tidak sadarkan diri itu terus dilakukan, berharap bisa membuat sang kakak membuka matanya kembali.

"LILI!"

Suara seruan dari arah lain membuat perasaan takutnya semakin besar, posisinya digeser dengan paksa oleh wanita dewasa yang dia lihat di rumah William tadi, sepertinya wanita ini adalah ibu dari tubuh yang saat ini menjadi wadah dari jiwanya.

"Apa mungkin, ini alasan tubuhnya terus gemetar saat aku berkendara menuju sekolah pagi tadi?"

"Tidak, lili tolong jangan tinggalkan mama. Lili buka matamu sayang, lili? LILI BANGUN!"

SECONDE VIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang