Dengan langkah gontai jimmy memasuki rumahnya, kegiatan hari ini cukup menguras tenaga. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan rumahnya juga sudah dalam keadaan sepi.
Hari ini dia mendapatkan kabar dari Louis dan Darren, mereka berhasil menangkap pelaku pencuri lukisan miliknya yang dibantu dengan para aparat kepolisian, Karna memang beberapa lukisan yang dicuri memiliki nilai jual yang tinggi dan hal inilah yang membuatnya sibuk kesana-kemari sejak pagi, padahal rencananya hari libur ini akan dia gunakan untuk mengunjungi liam.
Kendati pelaku sudah di tetapkan, entah mengapa Jimmy merasa tidak puas. Perasaannya berkata bawah laki-laki yang sekarang mendekap di balik jeruji besi itu tidak bersalah, belum lagi fakta tiga lukisan yang tidak dapat di kembalikan dengan alasan sudah dijual kepada orang lain, dan sampai saat ini masih belum bisa ditemukan.
Hal yang lebih janggal adalah dari semua lukisan yang dijual, ke tiga lukisan itu milik barel yang menjadi poin utama pameran ini digelar, sepertinya pelaku sudah mengetahui lukisan itu yang paling dinanti, terbukti dengan semua CCTV yang berada di gedung saat itu sudah di sabotase.
Barel sendiri bukan hanya pebisnis muda yang berhasil mengembangkan bisnis keluarga, tapi dia juga seorang pelukis hebat yang karyanya dikenal di beberapa negara.
Jika sampai bulan depan masih belum juga ditemukan, apa yang harus dia katakan kepada sang kakak.
"Hah, masalah satu kelar. Dateng lagi masalah lain"
Dia sedang membaringkan tubuhnya di atas kasur, tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.
Saat asik berbaring dan hampir masuk ke alam mimpi, tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan suara pecahan yang disusul teriakan dari anak tertua Gerhardt. Jimmy bangkit dengan tergesa, khawatir ada sesuatu yang tidak diinginkan.
"LO BISA GAK BERHENTI BIKIN MASALAH?"
Sampai diluar dia melihat ada dua orang yang berseteru, lebih tepatnya sosok barel yang terlihat sedang meluapkan emosinya. Posisi salah satu orang itu membelakangi jimmy, meski kurang paham dengan situasi sebenarnya dia tetap ingin menghampiri.
Sampai didekat mereka, jimmy kembali di buat terkejut karna ternyata orang itu adalah adiknya sendiri.
"Liam? Kamu udah pulang dek? Kenapa gak bilang kakak?" Tanya jimmy dengan nada khawatir.
Dapat dia lihat pecahan kaca yang berserakan di lantai bercampur dengan genangan air, ada juga beberapa lembar kertas disana. Jimmy menoleh sesaat ke arah sosok lain guna memastikan.
"Bang El, ini kenapa banyak pecahan kaca?"
Barel yang melihat perhatian jimmy kepada bungsu Gerhardt itu sempat terdiam.
"Bocah ini pulang cuman bikin masalah, Mending lo gak usah pulang sekalian" jawabnya ketus.
"Bang! Apaan sih lo. Gue cuma nanya ini ada apa, kenapa jawaban lo gitu?" Sentak jimmy yang ikut terpancing emos.
"Gara-gara dia, semua berkas yang harus gue kirim ke Client besok jadi rusak!" Jawab El dengan jarinya yang menunjuk ke arah lembaran kertas di lantai.
"Ini bukan salah ku" sahut liam tidak setuju karna dikambinghitamkan.
"Udah lah, Lo urus anak ini" ucap barel yang memungut dokumen kerja miliknya dan segera berlalu dari sana.
Jimmy menghela napas kasar saat mendengar balasan dari barel, sementara liam yang melihat itu tampak acuh, toh ini bukan kesalahannya.
"Kamu gapapa kan?"
Anggukan kepala Jimmy terima sebagai jawaban, dengan hati-hati dia menuntun tubuh sang adik menjauh dari sana agar tidak terkena pecahan kaca.
"Aku tidak bersalah, dia yang berjalan sambil lihat ponsel dan membuat gelas ku jatuh" keluhnya, karena air yang seharusnya bisa menghilangkan dahaga malah harus berakhir sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECONDE VIE
FantasyEmilio Fatchur tidak pernah menyangka bahwa dirinya diberi kesempatan untuk hidup kembali setelah kecelakaan yang dialami. Dia yang menjalani kehidupan sebelumnya sebagai bagian dari keluarga sindikat kriminal, kini harus hidup di raga seorang remaj...