18.

546 52 2
                                    

Jeff dan yang lain harus mengurungkan niat mereka untuk menghabiskan waktu bersama, tapi paling tidak mereka merasa lega sekarang. Tidak bisa dibayangkan jika saja mereka tidak ada disana, entah bagaimana kondisi liam saat ini.

Jam menunjukkan pukul setengah empat sore, liam masih terlelap dalam tidurnya, Calvin dan Jake sedang menebus resep obat yang diberikan oleh dokter hans. Sementara yang lain memilih untuk menyibukkan diri dengan ponsel masing-masing, sebenarnya Jimmy sempat datang untuk melihat keadaan Liam yang ternyata masih terlelap. Tapi karna kehadiran Jeff dan teman-temannya, jimmy beralasan ingin melanjutkan tugasnya.

"Gue ambil minum dulu" ucap Jeff yang kini sudah melangkahkan kakinya keluar dari kamar liam tanpa menunggu balasan dari teman-temannya.

Diluar Jeff menghela napas sejenak guna menurunkan gejolak emosi yang sudah dia tahan sedari tadi. Sebenarnya turun untuk minum hanyalah alasan saja, tujuan utamanya adalah keluar dan menemui istri sang paman.

Setibanya diluar, Liam berjalan kearah kamar Wilma. Dia yakin betul wilma masih berada disana, jeff harus memastikan bahwa apa yang Wilma katakan benar adanya.

Pintu kamar itu diketuk tiga kali, terdengar suara langkah kaki didalam sana. Tidak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok Wilma yang kini sudah dalam keadaan rapi.

"Ada apa Jeff?"

"Tante, maaf. Jeff mau bicara, tante ada waktu?" ucapannya dengan sopan.

Wilma sadar, ini pasti mengenai kejadian tadi. Dengan demikian Wilma pun menyetujui ajakan pembicaraan ini.

"Ada, kita bicara diruang kerja tante" ucap Wilma yang lebih dulu menuju ke arah lantai dasar.

Sampai di sana Wilma mempersilahkan jeff untuk duduk di hadapannya, sementara dia sendiri duduk di kursi kerjanya.

"Kamu mau bicara apa?" Tanya wilma ketika mereka sudah menetapkan diri dengan nyaman.

"Tante pasti tau maksud jeff yang tiba-tiba aja minta waktu tante buat ngobrol" ucap jeff yang di balas anggukan mengerti dari Wilma.

"Tante tau kenapa liam bisa kaya tadi? Karena sebelumnya liam baik-baik aja"

Wilma yang tengah sibuk memasang jam di pergelangan tangannya pun menjawab dengan tenang.

"Kita hanya berpapasan, tiba-tiba saja dia seperti itu" jawab wilma jujur.

Kedua sudut alis Jeff tampak menukik tajam, kendati wilma mengatakan yang sejujurnya, dia tetap masih menaruh rasa curiga.

Wilma yang peka terhadap arti tatapan itu pun menghela napasnya sebelum kembali berbicara.

"Tante berbicara yang sesungguhnya, kalaupun kamu tidak mempercayai ucapan tante terserah saja, kamu bisa cek cctv disana"

"Aku akan liat nanti, tapi sebelum itu. Ada hal lain yang mau aku omongin sama tante"

Jeffry berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataannya, ada hal lain yang ingin dia sampaikan.

"Kejadian hilangnya liam dua minggu yang lalu pasti udah sampai ke telinga tante dan om Ronald, jeff gak mau repot-repot buat naikin emosi cuma buat nanya dimana kalian waktu itu, Karna jeff tahu betul kalian gak mungkin perduli sama liam"

Raut wajah Wilma yang semula terlihat tenang berubah seketika saat mendengar jeff yang menyinggung masalah ini.

"Apa maksud kamu berbicara seperti ini? Jaga ucapan mu Jeff, kamu hanya anak kecil. Ada banyak hal yang tidak kamu ketahui tentang keluarga kami" Ujar wilma dengan cepat, jauh di lubuk hatinya, ada sedikit rasa gelisah yang mulai muncul.

SECONDE VIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang