08.

998 74 0
                                    

Jiwa Emilio benar-benar dalam keadaan linglung saat ini, kenapa takdir seakan tidak pernah puas untuk mempermainkannya.

Apakah ini bagian dari hukuman yang harus dia jalani? Tapi mengapa?Apakah fakta bahwa tubuh yang dia tempati saat ini bagaikan duplikat dari dirinya dimasa lampu masih belum cukup?

Kenapa harus sampai menghadirkan seseorang dengan paras yang sama persis seperti orang itu, seseorang yang menjadi bagian dari lukanya dimasa lalu.

"William"

Bahkan, sampai kebagian suara pun sama.
Sebenarnya kehidupan apa yang sedang ia jalani.

"Ini kakak, Jimmy. Maaf baru sempat datang lagi, dua hari lalu kakak datang, tapi kamu masih tidur. Gimana kabar kamu sekarang?"

Bibirnya terasa kelu untuk sekedar menjawab sosok di hadapannya, rasanya masih tidak percaya. Kenapa harus seperti ini?

"Bodoh! Fakta bahwa aku dihidupkan kembali pun sudah tidak masuk akal"

Baiklah, semuanya pasti berbeda. Sekarang dia memiliki kesempatan untuk menghabisi waktunya dengan baik, dan dia harus berhenti hidup dimasa lalu.

"William" ucap Jimmy sekali lagi, guna menyadarkan sang adik dari lamunannya

Larut dalam pikiran sampai tidak sadar sosok di hadapannya masih saja berbicara.

"Liam, kakak minta maaf. Mungkin waktu ingatan kamu kembali nanti, kamu bakal marah sama kakak. Tapi kakak benar-benar minta maaf sama kamu, maaf karna dulu kakak ga bisa jadi sosok saudara yang baik buat kamu. Maaf karna kakak terlalu bodoh dalam bertindak, sampai gak sadar bahwa kamu terluka dengan apa yang kakak anggap benar. Kakak minta maaf" tutur sosok itu dengan lirihan maaf di akhir ucapannya.

Sosok Emilio terdiam kaku, apa-apaan ini. Baru saja dia berharap semuanya berbeda, tapi apa ini? Apakah dulunya william asli mendapatkan perlakuan yang kurang baik?

Persetan! Dia akan terus hidup sampai waktunya habis, tidak perduli dengan apa yang orang-orang ini lakukan. Dia ingin hidup sebagai emilio bukan William.

Biarkan dengan prahara yang sudah lebih dulu terjadi sebelumnya, sama sekali tidak perduli, toh memang seharusnya begitu.

"Terserah, lagipula aku tidak mengingat apapun. Lakukan apapun yang kau mau, asal tidak membuatku rugi"

Deg

Terlambat, satu kata itu yang terus terngiang di kepalanya. Sudah sejauh ini, bahkan ketika liam tidak mengingat apapun, sudah pasti timbul rasa marah di batinnya.

"Maaf"

Sekali lagi, hanya lirihan itu yang dapat dia keluarkan. Berbagai pikiran buruk mulai berkecamuk di benaknya, tapi dengan cepat dia menepis semua hal-hal buruk itu.

Sebelumnya dia sudah menjadi seorang yang egois, maka kali ini dia juga akan memaksakan diri. Mengganti waktu-waktu yang sudah terlewat, dia akan berusaha sekeras mungkin melindungi sosok adiknya secara terang-terangan.

Orang itu harus tau, bahwa ancamannya kali ini tidak akan pernah berlaku untuk jimmy. Lagipula sudah menurut pun adiknya masih saja terluka. Lihat saja, tidak akan sedikit pun dia termakan olah omongan busuknya itu.

"Ini, kakak dengar kamu minta ini"

Usai dengan pikirannya, jimmy kembali mencoba untuk mendekatkan diri dengan memberikan satu buah kotak persegi panjang berwarna putih.

"Aku menginginkan milikku, bukan yang baru" Ujarnya ketika melihat sebuah box ponsel yang masih terlihat baru.

"Kakak tau, tapi paling tidak ini bisa mengusir rasa bosan kamu. Kamu bisa pake itu untuk hal lain kan? Walaupun itu bukan yang lama?"

SECONDE VIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang