27.belum siap🍁

7 1 0
                                    

○●○●○

Alletha termenung di atas batu besar dengan segala beban yang di dalam pikirannya, dengan satu senter yang memberi cahaya di sekitarnya saja. Dia melewati area perkemahan yang pastinya gelap ketika malam tiba, tapi dia butuh tempat menyendiri seperti ini. Ketahuilah, dia sama sekali tidak takut jika nanti ada makhluk yang mengejutkannya. Suasana hatinya terlalu kacau untuk merasa takut. Batu kecil di sekitarnya dia lempar ke air sungai yang bertepatan di depannya. Tak ada siapapun disini, hanya dirinya saja.

Huh! Kesepian sangat dia benci,tapi kali ini berhasil membuat nya tenang seperti air. Perlahan air matanya jatuh membasahi pipinya, dia terlalu cengeng hingga menumpahkan air mata berharga nya.

Dia memegangi dua undangan yang dia dapatkan dari kepala sekolah tadi, dia memandang kertas itu dengan dadanya yang terasa sesak. Sakit rasanya, ketika mendapatkan undangan dari kedua orang tuanya sendiri. Undangan ini adalah undangan pernikahan kedua orang tuanya, anak mana yang ingin datang? Anak mana yang tak sedih? Anak mana yang tak sakit ketika mereka meninggalkan dan memilih keluarga baru?

Air mata itu semakin deras saja meluncur seperti air terjun, ingin rasanya dia melukai diri sendiri di saat seperti ini. Jika ini di rumahnya, sudah banyak karya yang terukir. Tapi ini perkemahan, dan juga ada sahabatnya yang tak menyukai perbuatannya. Sebisa mungkin dia tahan.

Ting!

Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya, aneh, padahal dia berada di tengah hutan yang pastinya tidak ada sinyal apapun. Tapi pesan ini masuk begitu saja.

Papa:
Papa harap kamu hadir, nak. Papa sangat berharap sama kamu, papa tau berat, tapi papa mohon. Setelah pernikahan papa selesai papa akan kembali ke Jepang dengan keluarga papa.

Papa:
Papa mau liat wajah kamu

Papa:
Dan kamu juga harus ketemu sama istri baru papa.

Menghadiri pernikahan sang ayah dengan wanita barunya? Entahlah, ini terlalu berat. Anak mana yang ingin melihat ayahnya bahagia dengan wanita lain? Ini baru pesan dari ayahnya, belum lagi dari ibunya.

Mama:
Minggu depan hadir ya, Al. Mama mau kenalin kamu sama papa baru kamu.

Mama:
Setelah ini kamu urusi hidup kamu sendiri, kamu sudah besar dan sudah seharusnya mandiri tanpa bantuan mama. Masalah keuangan nggak usah khawatirkan itu, mama akan terus TF setiap bulan. Papa kamu juga melakukan hal yang sama nanti

Mama:
Pih jalan hidup sendiri, mama tidak mau mengurusi kamu. Banyak hal yang lebih penting, Al.

Sudah cukup, rasanya terlalu sakit ketika mereka menemukan kebahagiaan mereka sedangkan anaknya sendiri menderita tanpa sepengetahuan mereka berdua. Dua undangan sekaligus dan acaranya nya yang sama, Alletha rasa dia tak akan pergi. "Kalau gue hadir pun, acara itu bakal hancur"

Alletha mengusap jejak air matanya " Gapapa, gue bakal hadir kok. Gue bakal dandan cantik sumpah terlihat bahagia. Gue bakal cari kado buat kalian berdua, setelah itu..... "

"Dor, gue acak acara itu. Gue bunuh semua tamunya, mau masuk penjara atau enggak ga peduli gue. Mereka mau gue bahagia di acaranya bukan? Itu satu-satunya cara, membantai semua termasuk mempelai" Pikiran aneh, namun berhasil menghibur dirinya. Bayangkan saja jika itu benar terjadi, seheboh apa nanti. Apalagi mereka berdua adalah orang penting, pasti akan masuk ke dalam berita. " Gue bakal bunuh mereka, gue rela membusuk di penjara dari pada mereka hidup bahagia dengan keluarga baru mereka dan membuang gue"

"Tapi membunuh bukan hal yang harus di benarkan, Al. " Teguran itu membuat Alletha mendonggak ke atas melihat Seon yang datang menghampirinya. Seon ikut duduk di sampingnya. "Pantes di tenda nggak ada, ternyata disini"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang