kenyataan yang berawal manis

71 47 8
                                    

Hello guysss gimana kabarnya hari ini, baik? Semoga baik baik saja ya kalian, mau lanjut apa nggak ni?, lanjut aja deh keknya seru ya pada tantrum semua 🤣😭, bukan hanya kalian saja minya pun pengen nikah jadinya kalau lakinya kayak fikri😭.tapi nggak papa minya kuat kok hehehehe.
Yuk seperti biasa sebelum baca jangan lupa untuk vote, komen dan share sebanyak banyaknya oke..
.
.
.
.
.

.

Jika menunggu hasilnya kamu itu sangatlah indah
_Fikri Andriana putra_

🤍happy Reading guys🤍

Selesai mandi, Fikri segera berpakaian dan menuju dapur. Ia menemukan istrinya yang sedang memasak dengan wajah yang masih sedikit cemberut. Ia mendekati Zahra dan dengan lembut memeluknya dari belakang. "Maaf ya, sayang. Aku tidak bermaksud membuatmu kesal. Aku hanya ingin melihat senyumanmu," bisik Fikri di telinga Zahra.

Zahra menoleh dan mengangguk pelan. "Aku tahu, Fik. Tapi kadang candaanmu itu bikin mood rusak," jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Coba ulang tadi bilang apa fik hm?, no fik honey tapi sayang oke, aku nggak mau ah kalau dipanggil nama,coba ulangi panggil sayang honey".perintahnya sambil mengerucutkan bibir layaknya seorang anak kecil yang lagi ngambek jika tidak dipenuhi kemauannya.

Dengan tarik nafas yang panjang zahra menuruti apa kemauan dari suaminya untuk mengulangi ucapannya itu.
" Iya honey ,cinta, kasihku, zaujiku, sudah ayo makan keburu dingin nasinya".sambil mengambilkan porsi nasi untuk fikri, barulah zahra bisa makan dengan tenang.

Di sela-sela pertengahan makan fikri kembali membuka suara
"Sayang, jalan jalan yuk habis ini,biar mood kamu kembali bagus lagi dan senyum secara tidak kepaksa".
Zahra hanya merespon menganggukkan kepala tanda dirinya menyetujui ajakan suaminya itu.

Seusai makan mereka bersiap siap untuk pergi jalan berdua hingga malam.
" kita mau kemana" ujar zahra sambil kebingungan, dan ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

"Kita mau ke alun alun kota, aku denger disana lagi ada pasar malam, pasti seru deh yuk kesana honey".jawab fikri sambil memasangkan silbet ke Zahra.

" baiklah, kemana pun  perginya jika bersama kamu aku bahagia".ujar Zahra sambil menoleh kearah fikri.

Jarak antara rumahnya dengan alun alun tidak sampai harus menempuh waktu selama 30 menit.

Sesampainya di alun alun mereka masuk dan melihat sekeliling alun alun yang tidak seberapa banyak orang yang datang, karena waktu masih menunjukkan pukul 17.30 WIB.

Dimana perlahan mulai perlahan mulai terbenam dari ufuk barat. Dan munculah senja yang indah diatas langit.

"Lihat itu honey awannya indah sekali bukan".ucap fikri sambil menunjukkan keatas awan, Zahra pun melihat kearah yang ditunjuk oleh fikri.
" iya, indah sekali makasih ya sayang"ucapnya sambil memeluk pinggang fikri.
"Kamu tau nggak bedanya kamu sama senja, sayang? ".ucap fikri yang mulai menggombal.
" apa tuh, sama indah mungkin ".ucap Zahra dengan percaya diri.
" hampir bener, jawabannya adalah kalau senja itu indah, tapi ke indahnya ditatap oleh semua orang dimuka bumi ini, tapi kalau kamu keindahannya hanya aku seorang yang boleh melihatnya".jawabnya membenarkan jawaban Zahra.
"Helle iya ka?" jawab zarah yang tak percaya akan jawaban yang diberikan oleh fikri.
"Iya sayangku, cintaku".jawab fikri dengan gemas sambil mencium pipi Zahra.

Lanjut besok ya guys minya ngantuk
Besok ingetkan ya guys. See you tetap staytune ya🥰.
.
.
.
.
.
.
Hay guys minya balik lagi, gimana kabar kalian baik baik kan?, moga baik baik aja ya, jaga kesehatan guys sakit itu nggak enak.
Oke seperti biasa sebelum baca jangan lupa untuk vote, komen dan follow akun minya biar ada notif kalau minya ngeup bab baru.

.
.
.
🤍🤍Happy Reading guys🤍🤍

Sesaat setelah Fikri mencium pipi Zahra, mereka melanjutkan berjalan mengelilingi alun-alun yang semakin lama semakin ramai oleh orang-orang yang datang untuk menikmati senja.

“Kamu lapar nggak cinta?” tanya Fikri sambil menoleh ke arah Zahra.

“Lumayan. Kayaknya ada yang jualan makanan di sana, kita coba yuk!” jawab Zahra sambil menunjuk ke arah deretan pedagang kaki lima yang mulai menyiapkan dagangannya.

Mereka berjalan beriringan menuju deretan pedagang itu. Aroma makanan yang menggugah selera tercium semakin kuat. Fikri dan Zahra berhenti di salah satu pedagang yang menjual sate ayam.

“Dua porsi sate ayam, ya Pak,” pesan Fikri.

Sambil menunggu pesanannya matang, mereka duduk di bangku kayu di dekat pedagang tersebut. Zahra bersandar pada bahu Fikri, menikmati kebersamaan mereka. Angin senja yang sejuk berhembus lembut, membawa kehangatan di hati mereka berdua.

“honey, kamu pernah kepikiran nggak, kita akan selalu seperti ini? Bahagia, menikmati momen-momen kecil bersama?” tanya Zahra tiba-tiba.

Fikri menatap Zahra dengan lembut. “Aku selalu berharap begitu sayang,Karena kamu adalah bagian dari hidupku yang nggak tergantikan. Setiap momen bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri di dalam hidupku.”

Zahra tersenyum, matanya berbinar penuh harapan. “Aku juga berharap begitu, honey. Semoga kita selalu bisa bersama, melewati setiap senja dan pagi bersama.”

Sate yang mereka pesan akhirnya siap. Mereka makan dengan lahap sambil terus bercanda dan menikmati waktu bersama. Setelah selesai makan, Fikri mengajak Zahra berjalan ke arah air mancur yang berada di tengah alun-alun.

Air mancur itu dihiasi lampu-lampu warna-warni yang mulai menyala seiring dengan langit yang semakin gelap. Mereka duduk di tepi air mancur, menikmati pemandangan malam yang mulai terbentuk.

“sayang, aku punya sesuatu buat kamu,” kata Fikri tiba-tiba, merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru.

Zahra terkejut dan penasaran. “Apa ini, honey?” tanyanya sambil menerima kotak itu.

“Buka aja, sayang,” jawab Fikri dengan senyuman penuh makna.

Zahra membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya terdapat sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati yang indah. Zahra menatap Fikri dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“aahh Ini indah sekali sayang. Makasih ya sayang.” ucap Zahra dengan suara gemetar karena terharu.

“Ini simbol dari perasaan aku ke kamu, sayang. Aku ingin kamu selalu ingat kalau kamu adalah hati aku, bagian yang paling berharga dari hidupku,” kata Fikri sambil memasangkan kalung itu di leher Zahra.

Zahra memeluk Fikri erat. “Aku sayang kamu,Terima kasih yah sudah selalu ada buat aku.”

Mereka berdua duduk dalam diam, menikmati kebersamaan mereka di bawah langit malam yang kini penuh bintang. Di tengah keramaian alun-alun, mereka rasa seolah alun alun hanya ada mereka berdua, yang mana tenggelam dalam cinta yang tak terucapkan oleh kata-kata.

percintaan yang rumit (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang