Bab. 10. Mila Disergap Bertiga

3.9K 5 0
                                    

Mila sangat terkejut mendengar pertanyaan itu.

"Di-diperkosa mas?"

"Iya hmm gini gini maaf, maksudnya pura-pura diperkosa. Nanti sebelum adegan kamu siapkan rekaman pakai hmm saya punya alatnya nanti saya ambilkan"

"Jadi setelah adegan rekayasa itu berhasil, kamu punya bukti kalau Anton pernah perkosa kamu begitu, bagaimana?"

Mila tampak berpikir sejenak dan menyetujui rencana tersebut. Aldi pun beranjak dan mencari alat perekam yang dia maksud tadi.

Aldi pun akhirnya memberikan sebuah korek api dengan kamera pengintai di bagian bawahnya. Aldi kemudian mengajarkan bagaimana cara menggunakan kamera tersebut dan letak lensa kameranya.

Setelah memahami cara kerjanya Mila pun menyimpan korek api tersebut. Secercah harapan dinhatinya untuk bisa melepaskan diri dari cengkeraman Anton.

"Terima kasih banyak ya mas, saya sedikit lega habis cerita sama mas Aldi"

"Iya Mila semoga lancar ya, usahakan sebelum dia berbuat lebih jauh kamu bisa kasih tanda ke pak Darmin. Nanti saya kasih pesan sama dia buat standby di dekat kamar kamu"

Mila pun meninggalkan kediaman Aldi untuk kembali ke kamarnya. Aldi pun mengakhiri hari dengan membersihkan diri dan menuju kamar tidurnya.

***

Keesokan harinya kembali menuju Nova House untuk memberikan hasil kerjanya pada Leonard sebagai rekomendasi atas tempat tersebut.

"Oke Aldi ini fix ya kamu merekomendasikan tempat ini buat ngisi interior dari project yang aku kerjakan sekarang?" Tanya Leonard

"Iya bener, dari yang aku lihat di beberapa display ruangan mereka bahan-bahannya berkualitas, warna dan modelnya sesuai sama desainku dan jenisnya beragam jadi lebih fleksibel milihnya" jelas Aldi.

"Oke kalau begitu aku lanjut ajukan ke atas, biar bisa segera diajukan penawaran harganya" ucap Leonard mengakhiri pertemuan pagi itu bersama Evelyn.

Mereka pun melangkah keluar ruang meeting. Beberapa meter di belakang Leonard Evelyn membisikkan sesuatu pada Aldi.

"Hei terima kasih ya. Kalau sudah deal sama mereka tar aku hubungin lagi ya" bisik Evelyn sambil menepuk bagian sensitif Aldi.

"Ohh hei" bisik Aldi yang terkejut.

"Hah maksudnya dihubungin lagi? Aduh jangan-jangan masa iya sih seperti yang kupikirkan?" Gumam Aldi dalam hati.

***

Di kampus tempat Mila berada. Dia berjalan santai menuju area kantin dengan uang yang dilemparkan Anton semalam.

Walaupun dia merasa kesal dengan uang yang dibawanya namun Kini Mila berusaha lebih kuat menerima kenyataan. Mila tampak melangkah dengan pelan sambil melirik sekitarnya berharap melihat Anton dan kawan-kawannya.

Benar saja tak jauh dari kantin mereka terlihat sedang mengobrol bertiga seperti biasa.

"Hei itu dia bro, ayo balikin ganti rugiku. Kemarin aku terlalu cepat jadi ga puas sama sekali" ujar Bowo

"Iya pas aku malah ada dosen datang, bingung panik semua" ujar Rico.

"Ah lu pada nih sok-sokan minta ganti rugi padahal kalian semua puas kemarin. Gak gak gada gada" ujar Anton.

"Ya udah aku tambahin segini tapi puasin bro, gmn?" Ujar bowo sambil mengacungkan 2 jarinya.

"Oke setuju aku tambahin segini" ujar Rico menambahkan 1 jarinya.

"Hah kalian berdua 3 juta gitu? Serius? Kok dermawan kalian sekarang?" Anton tampak heran dengan kawan-kawannya.

"Ya kan kalo kemarin kita cuma liat dari luar, dia seksi tapi ndak keliatan kan secara anaknya sederhana gitu"

"Bener bro na setelah tau dia seksi banget jadi pengen lagi gua, hahaha" sahut Rico.

"Hhh dasar, ya udah ya udah gua atur tar. Pulang kuliah gua kabarin ya"

Anton pun berlari menyusul Mila ke kantin. Tanpa disadarinya jika Anton telah berada si belakangnya.

Mila sedang antri di sebuah kedai bakso sementara Anton berdiri persis di belakangnya.

"Hai beb sudah enakan kamu? Aku kangen nih habis kamu tampar kemarin" bisik Anton.

"Huh bukannya kamu udah bales nampar aku, bukannya udah ndak mau liat aku?" Jawab Mila dengan tenang.

"Iya habis gimana dong beb kangen soalnya" bisik Anton sembari menyundul bagian belakang Mila dengan benda miliknya.

"Pulang kuliah aku tunggu di Metro house dekat tempatmu ya beb. Nanti aku wa nomer kamarnya" kemudian Anton pun pergi meninggalkan Mila.

Sepulang kuliah sesuai perintah Anton, Mila pun melangkah menuju metro house tidak jauh dari kosnya.

Melangkah melewati resepsion menuju tangga ke lantai 4. Sesuai chat dari Anton, dia menunggu Mila di kamar 402.

Setelah berada di depan kamar, Mila pun membuka pintu di hadapannya, melangkah masuk dan Mila melihat Anton sudah menunggunya di atas ranjang.

"Hei datang juga kamu beb, udah makan belum kamu beb?" Sapa Anton

Mila hanya melangkah melihat seisi ruangan tersebut. Mencoba mencari posisi yang tepat untuk meletakkan alat perekamnya.

Tak lama kemudian Rico dan Bowo pun tiba di ruangan tersebut. Senyuman lebar terpancar di wajah mereka, hidangan yang lezat telah tersaji bagi mereka.

Mila tampak tenang melihat mereka berdua mendekat. Mila sadar tubuhnya sudah tidak dapat dilindunginya, namun setidaknya Mila harus membuat mereka dapat dihukum atas perbuatannya.

"Kok sama teman-teman kamu lagi. Emamg yang kemarin kurang?" Tanya Mila

"Hehe iya beb tapi tenang, mereka ngasi lebih banyak dari kemarin kok" ujar Anton sembari mengeluarkan uang lembaran berwarna merah yang tampak sedikit tebal.

"Mau makan dulu atau langsung nih?" Tanya Bowo.

"Hehe iya gak sabar aku" sahut Rico.

"Aku bosen main seperti biasa. Kalian ngebosenin, males aku" ujar Mila yang membuat mereka semua kehilangan ekspresinya.

"Hehe maksudnya gimana nih beb, kamu mau yang kasar?" Tanya Anton sembari melangkah tepat di hadapan Mila.

Tiba-tiba Mila menampar keras wajah Anton membuatnya kembali terbelalak.

"Wwuuu wisss" ujar Bowo dan Rico bersamaan.

"Ohh hehe oke kalau ini mau kamu" Anton pun balik menampar wajah Mila, menarik bahunya dan mendorongnya di ranjang.

Bowo pun mendekat berusaha menindih Mila, namun Mila memberikan perlawanan dengan menendang perut Bowo.

Melihat Bowo yang kesakitan Rico pun mencoba meraih kaki Mila, namun Mila juga melayangkan tendangannya pada wajah Rico.

"Aduuhh ikkhh sialan kamu"

Mila pun tersenyum manis melihatnya, mereka bertiga pun memahami apa kemauan Mila, dengan senyum yang sama mereka mulai mendekati Mila perlahan sembari melepas pakaian mereka.

Bowo dan Rico menarik lengan Mila, kemudian Anton menampar wajahnya hingga Mila terhempas ke dinding di samping ranjang.

Mila tampak kesakitan dengan merundukkan wajahnya membelakangi mereka. Mila pun meletakkan korek apinya di meja diantara telepon dan lampu meja.

Tanpa diketahui mereka, Mila berhasil meletakkan korek itu di tempat yang tidak mencolok dan menyorot ke arah ranjang.

Karena sesuai rencananya, Mila pun ditarik kembali dan dibanting ke atas ranjang. Dengan brutal mereka menampar wajah Mila dan melucuti seluruh pakaiannya.

***

Gairah Gadis Penghuni KosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang