Chapter Five : What the Fuck?

228 31 4
                                    

{Attention Vibe's}{BxB Area}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{Attention Vibe's}
{BxB Area}

Previous Chapter :

Fathan panik dan segera menghampirinya, "Gimana? Udah?" Pandu menganggukkan kepalanya, merasa senang sambil menunjukkan ponsel miliknya

Berhasil.

"Eh, itu siapa, Than?" tanya Pandu pada Grady yang berada di belakang Fathan, memperhatikan mereka sedari tadi.

***

Next Day
|In Private restaurant|

Diam-diam ia membuat janji temu di sebuah restoran tertutup, bersama seorang polisi yang menangani kasus kematian kejadian dua hari yang lalu akibat ulahnya.

Tempat itu sudah dikosongkan, menyisakan satu meja untuk mereka berbicara empat mata.

Dengan membawa bukti yang sudah di dapat dari Driftwood Point, Fathan ingin melakukan negosiasi di sana.

"Hapus nama saya dari daftar pelakunya," pintanya tanpa basa-basi.

Orang tua itu hanya tertawa. "Hapus? Apa untungnya bagi saya jika membantu kamu?" katanya, menaikkan alis menantang Fathan.

Pertanda, Inilah waktu untuk mengeluarkan bukti yang Fathan simpan.

Fathan membalas tersenyum. Dengan santai, ia menunjukkan senjata yang sedari tadi di simpan sebagai bukti. Di layar, terlihat barang-barang ilegal yang secara terselubung disimpan oleh pihak kepolisian, tanpa sepengetahuan pemerintah.

Salah satunya, narkotika dan senjata api

Bahkan Fathan telah mendapatkan bukti untuk menguatkan argumennya tentang campur tangan polisi dalam kasus tersebut. Demi, mencegah orang tua itu membantahnya.

Semua terpampang jelas di sana. Fathan terus memperhatikan ekspresinya yang masih fokus pada bukti dan barang-barang yang telah mereka kumpulkan.

"Bagaimana? Anda bantu menghapus nama saya, maka saya juga akan melakukan hal yang sama," putusnya sambil menyeringai halus.

-

Tiba-tiba, orang itu menaikkan telapak tangan saling bertemu, memberikan Fathan sebuah applause, seolah bangga padanya.

'what?'

Fathan bingung, mengapa respon beliau berbeda sekali dengan prediksinya. Sama sekali, tak ada rasa takut pada raut wajahnya.

"Benar-benar anak seorang Anderson," ujarnya masih tepuk tangan.

'Dia tahu tentang ayah?' mulutnya sedikit terbuka, Fathan terkejut.

ᴍᴀꜰɪᴀ ᴋᴇᴄɪʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang