Terserah🏠

501 67 11
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Sesampainya di rumah sakit,ke enam saudara itu berlari menuju resepsionis untuk bertanya Ayeon sudah di pindahkan atau masih di UGD. Setelah bertanya mereka langsung pergi menelusuri lorong rumah sakit yang cukup ramai menuju lantai dua ke ruang VVIP nomer 07.

Mereka kini sudah berada di depan ruang VVIP Ayeon,Aruka yang tertua memimpin paling depan hendak masuk ke ruangan tersebut,namun tangannya di tahan oleh Arami.

Arami akan menjelaskan terlebih dahulu apa yang terjadi pada kembaranya,meski hatinya sangat berdebar dan juga takut tapi ia harus mengatakannya. Lebih baik kakaknya dengar darinya dari pada dari dokter.

"Ka-kk Aru sebentar." Arami mengucapkan dengan terbata bata menahan lengan sang kakak sulungnya.

"Apasih ram,ayo kita masuk sekarang." Jawab Aruka yang masih panik dan menghadap ke arah depan pintu ruang VVIP mencari celah untuk melihat sang adik di dalam ruang tersebut.

"Kak aku mau jelasin dulu." Aruka yang mendengar Arami akan menjelaskan apa yang terjadi saat ini pun langsung menatap Arami.

"Arami mau jelasin dulu,tapi kak Aru jangan marahin kak Ayeon,kita duduk dulu di situ." Tunjuknya pada kursi di depan ruang VVIP.

Aruka hanya mengangguk sebagai jawaban,meraka berenam pun duduk di kursi yang disediakan di depan ruang VVIP itu.

"Jadi gini kak,maaf Arami enggak bilang sama kalian, Arami sebenarnya mau bilang sama kalian tapi belum dapat waktu yang tepat untuk mengatakannya. Dan hari ini aku akan mengatakan semuanya." Ucapnya dengan membuang nafas berat beberapa kali,Semua saudaranya menatap Arami dengan bingung.

"Ka-kk Aa-yeon sebenarnya saa-kkit kak." Lanjutnya dengan ragu,Arami sangat berharap kakaknya tak marah karena ia menyembunyikan masalah sebesar ini. Mereka berlima bingung apa yang di maksud Arami,eh ralat mereka berempat. Ya karena Arora sudah tahu jika Ayeon sakit.

"Ka-kk Ayeon sebenarnya sakit kan-nker ottak kak." Hening sejenak,semua yang di sana tak ada yang mengeluarkan suara,mereka masih mencerna ucapan Arami barusan,mereka saling menatap tanpa mengatakan apapun dan juga tak percaya.

"Jangan bercanda ram,enggak lucu bercanda di situasi seperti ini,aku tau kamu khawatir tapi jangan mengarang cerita,kita semua juga khawatir sama Ayeon."ucap Arfasa dengan frustasi mengusap kasar wajahnya, Arfasa mengagap itu hanya candaan karena mereka terlalu panik mendapat kabar Ayeon pingsan.

"Kak Arami enggak bercanda kok,lihat lah." Arora memberikan surat yang ia temukan di tas Arami saat itu,Arora memang selalu membawa kemanapun ia pergi. Entah apa yang di pikir Arora. Aruka mengambil surat itu dan membaca sekilas dan benar itu surat check up milik Ayeon. Arami juga terkejut bagaimana Arora bisa mendapatkan surat itu,dan pertanyaan yang ia ingin tanyakan adalah sejak kapan Arora tahu semua itu,apa Ayeon mengatakan padanya, pikirannya.

Mereka semua sudah membaca surat itu,dan mereka sangat bingung harus memberi ekspresi apa, perasaan campur aduk,entah apa yang harus di lakukan,marah, kecewa,takut, khawatir semua menjadi satu. Chiki sudah menangis dipelukan Arora sejak tadi dan langsung di tenangkan oleh Arora.

"Iya kak,Arami enggak bercanda,itu semua benar,kak Ayeon sakit. Aku juga beberapa kali mendapat kabar jika kak Ayeon pingsan,dan juga aku dan Arora selalu melihat di kamar kak Yeon banyak obat." Ucapnya mencoba melanjutkan penjelasannya.

"Kamu bedua kenapa tak pernah mengatakan pada kita,kita itu kakak kalian, seharusnya kalian gak menyembunyikan masalah yang besar seperti ini,bagaimana jika terjadi sesuatu yang lebih buruk pada Ayeon." Ucap Arita,ia ingin marah pada adik adiknya namun ia tak bisa,karena ini bukan sepenuhnya salah meraka dan juga bukan solusi terbaik untuk memarahi mereka.

Seven Girls Full Of Hope🏠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang