CHAPTER 33 ◆ The Savagery Of A Vampire Bitch

86 5 0
                                    

          BERHARAP mudah-mudahan segera bertemu dengan seseorang yang baik dan bisa membantunya, Quinn terus berlari ke dalam hutan dan tidak tahu ke mana harus pergi atau seberapa jauh dia melangkah. Dia sebenarnya khawatir jika malah bertemu dengan sekelompok vampir lain yang mungkin jauh lebih kejam. Dia hanya manusia biasa. Mereka mungkin menertawakannya dan membawanya pulang untuk makan malam. Atau mungkin dia bisa saja bilang jika dirinya mengenal Claude yang merupakan seorang pangeran dan mereka tidak akan mengganggunya.

          Quinn mulai merasa lelah dan kehabisan nafas, tetapi dia memaksakan diri untuk terus berlari. Dia memilih melangkah lebih lambat saat dia terus berlari. Tiba-tiba dia berhenti, menarik nafas dalam-dalam, semoga saja dia berlari cukup jauh sehingga pria besar itu tidak bisa mencium bau keberadaannya. Dia melihat sekeliling hutan, memperhatikan apakah dia dapat melihat sesuatu seperti kabin, kastil atau istana.

          Mata Quinn kemudian seperti melihat sesuatu, namun dia tidak dapat melihatnya dengan benar-benar jelas karena jaraknya jauh dan nafasnya yang terengah-engah membuat pandangannya sedikit kabur. Anehnya Quinn malah tidak peduli apa itu karena dia sudah berlari ke sana. Semakin dekat dia ke sana, segalanya menjadi jelas. Itu adalah sebuah kabin berukuran kecil, namun tetap sebuah kabin.

          Berlari menaiki tangga dan mulai menggedor pintu, Quinn sontak berteriak. “Permisi! Apa ada orang? Tolong! Tolong saya! Apakah ada yang bisa menolong saya? Kumohon! Tolong!”

          Setelah sekitar lima atau sepuluh detik, seseorang akhirnya membuka pintu. Seorang anak remaja laki-laki yang tampaknya berusia sekitar dua belas atau tiga belas tahun menjawab. Meskipun Quinn dan anak laki-laki itu sama-sama masih remaja, namun dia jauh lebih muda darinya. Dia memiliki rambut hitam panjang sebahu, mata berwarna hazel dan pucat, tapi itu cocok dengan penampilannya yang menakjubkan.

          “Siapa kau? Mengapa kau bisa muncul di sini?” Remaja itu bertanya seolah ia benar-benar tidak peduli.

          “Maaf sudah mengganggumu. Tapi tolong aku dan teman-temanku. Seorang vampir bernama Elmira sudah menculik kami di sebuah kastil di sana.” sahut Quinn sembari menunjuk asal keberadaan kastil milik Elmira. Ia bahkan tidak tahu siapa nama belakang Elmira jadi ia menyebut seadanya saja.

          “Elmira?” Remaja laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya seperti sedang berpikir. “Nama itu terdengar seperti nama kekasih Pangeran Claude.”

          Quinn hanya menganggukkan kepalanya dengan cepat meskipun pada kenyataannya Elmira bukanlah kekasih Claude. “Jadi, bisakah kau menolong—” Ia tidak menyelesaikannya karena tiba-tiba remaja laki-laki itu meninju wajahnya dengan sangat keras hingga ia pingsan.

          Beberapa saat kemudian...

          Mata Quinn terbuka karena dia merasakan seseorang menendang perutnya dengan menyakitkan. Apakah tidak ada cara yang baik untuk membangunkan seseorang?

          “Bangun, Pemalas!” Terdengar suara Elmira yang ketus. “Kau bukan Tuan Putri! Cepat bangun!”

          Quinn merasakan sesuatu seperti cairan kental keluar dari tenggorokannya. Tidak yakin apakah itu muntahan atau darah, tapi dia meludahkannya ke lantai.

          “Dasar jorok!” bentak Elmira dengan nada menjijikkan. “Beraninya kau meludahkan darah kotormu itu ke lantaiku!”

          Quinn tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap Elmira dengan tajam. Elmira berdecak kesal dengan marah dan memutar matanya. Pandangan Quinn beralih melirik remaja laki-laki yang sudah meninjunya. Bocah tengik itu menyilangkan lengannya di depan dada dan dia menyeringai pada Quinn yang sudah menahan jengkel. Bagaimana mungkin pikir Quinn dirinya bisa sebodoh itu ketika mendatangi rumah orang asing?

Night BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang