MENGANGGUKKAN kepalanya, Quinn berjalan ke arah kamar mandi. Dia membuka pintu dan masuk. Dia lalu berjalan ke cermin. Rambutnya sedikit berantakan, tapi masih terlihat oke. Dia tampak pucat dan matanya menunjukkan sedikit kantung. Namun secara umum, dia terlihat sama, tidak ada yang berubah pada dirinya.
Quinn melihat pakaiannya di keranjang anyaman. Dia berjalan ke arah pakaiannya itu dan segera mengambilnya. Baunya seperti bunga. Dia menyukai baunya. Dia kemudian menanggalkan gaun tidurnya. Begitu dia melihat labelnya bertuliskan huruf E, dia tahu itu milik siapa. Tertuju pada satu orang, yang tak lain dan tak bukan... tentu saja, Elmira.
Ya ampun, Claude memakaikan Quinn ke dalam gaun tidur milik Elmira? Yang benar saja? Quinn merasa tak sudi dan jengkel. Pipinya mulai memerah karena sempat memikirkan jika Claude melihatnya telanjang! Oh, ini tidak bagus.
Pakaian Quinn mungkin terkena darah, tapi kenapa harus memakai gaun tidur Elmira? Benar-benar menyebalkan! Dia mengabaikan apa yang baru saja dia kenakan. Dia melempar gaun tidur itu ke dalam keranjang dan mengenakan pakaiannya sendiri serta memakai sepatunya.
Quinn berjalan ke wastafel dan menghela nafas. Dia benar-benar tidak ingin kembali ke sana. Apa yang baru saja dia lakukan? Kenapa dia berciuman dengan vampir itu? Lagi? Dia berharap hidupnya lebih sederhana dan mudah.
Dengan segera Quinn menyalakan air dingin dan memercikkan air ke tubuhnya agar merasa lebih hidup dan segar. Dia ingin lari, dari sini, dari vampir, dari dunia ini, dan tentu saja, dari Claude. Dia sangat bingung dengan semua ini.
Akhirnya Quinn pergi ke pintu dan membukanya. Ia berjalan keluar dan melihat Claude duduk di tempat tidurnya. “Jadi, um... ” Ia merasa canggung lagi. “Sebaiknya aku kembali sebelum Hannah bertanya-tanya di mana aku berada. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku keluar.”
“Hanya beberapa jam. Semua orang harusnya sudah tidur sekarang di kamar mereka. Aku rasa kau memang harus kembali.” kata Claude yang suaranya terdengar agak normal, tapi sepertinya ia berusaha menjaganya agar tetap normal.
Quinn mengangguk, berjalan ke pintu kamar. Ia berhenti, memutar kepalanya untuk melihat Claude. “Aku akan berada di sini besok tepat waktu.” Ia berkata lalu berjalan keluar. Ia berjalan menyusuri lorong menuju tangga dan juga kamarnya. Hanya karena ia cukup sering bermesraan dengan Claude, bukan berarti ia tidak melepaskan apa yang terjadi di pesta dengannya dan Elmira.
Ketika Quinn sampai di depan pintu, dia masuk. Berpikir Hannah sudah tertidur sekarang dan mudah-mudahan dia bisa berjalan ke tempat tidur dan merangkak masuk tanpa membangunkannya. Namun itu tidak terjadi, lengan Hannah melingkari lehernya tepat saat dia berjalan masuk.
“Dari mana saja kau? Aku sangat khawatir.” kata Hannah seraya menarik diri. Ia melihat ada pembalut luka di leher Quinn dan ia langsung paham situasinya.
“Aku... um itu,” kata Quinn yang mencoba memikirkan sesuatu. “Seperti biasa aku harus melakukan lebih dari yang kukira untuk Claude. Sialan dia yang membuatku begitu sibuk dan repot.” Ia berpura-pura tertawa dan tersenyum.
Hannah sepertinya tak ingin menanyakan perihal pembalut luka itu karena biasanya luka bekas gigitan akan hilang dengan sendirinya pada keesokan harinya. Menurutnya itulah resiko yang harus mereka hadapi sebagai pekerja di kastil vampir ini. “Ya, kau di sini sekarang. Kami jadi merindukanmu saat makan malam, tapi aku sudah menyiapkan makanan untukmu. Untungnya kau tiba di sini lebih awal saat cuaca sedang dingin.” Ia berkata seraya berjalan ke meja dengan beberapa makanan yang ditutupi dengan kertas plastik di atasnya. Ia menyerahkannya pada Quinn yang tersenyum sebagai ucapan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Blood
VampirQuinn Carson-Link merasa berhutang budi dengan sosok misteriusーsepertinya dia belum pernah melihatnyaーkarena telah menyelamatkannya. Suatu hari sosok misterius itu mendatanginya kembali dan meminta Quinn membalas budinya, namun yang ada Quinn malah...