USAI makan malam, Quinn beralasan bahwa dia harus mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh sang guru di dalam kamar dan tak ingin diganggu. Dia bersyukur jika Jonah mempercayai kata-katanya. Sebelum masuk ke dalam kamarnya, Quinn menyempatkan dirinya menonton televisi sejenak bersama Kirby dan Tom yang berbaring di atas sofa, sedangkan Jonah sibuk memainkan ponselnya dengan wajah serius. Waktu juga sudah menunjukkan pukul delapan tiga puluh, dan pesta halloween malam ini tepat pukul sembilan nanti.
Quinn merasa agak was-was namun dia menjaga ekspresinya tetap tenang dan tidak bertindak aneh agar tak menimbulkan kecurigaan. Dia bangkit berdiri lalu berjalan perlahan menuju ke kamarnya. Begitu sampai di dalam kamar, dia segera menguncinya lalu bergerak cepat menuju ke lemari. Dia tak begitu memiliki banyak baju, hanya ada beberapa saja yang baru dibelikan oleh Jonah.
Merasa mendapatkan pakaian yang cukup bagus untuk pergi ke pesta halloween, Quinn mengecek keadaan di luar apartemen melalui jendela kamarnya. Dia berbalik memandang penampilan dirinya di depan cermin yang sedang menggunakan tanktop hitam dipadukan dengan cardigan dan celana jeans biru dongker. Tak lupa dia mengenakan sepatu boots andalannya.
Setelah puas memandangi penampilannya di depan cermin dan tak ada yang kurang sedikitpun, Quinn melangkah menuju pintu balkon dan membukanya pelan-pelan tanpa menimbulkan suara. Dia bergerak hati-hati menapakkan kakinya ke lantai balkon. Dia memperhatikan terlebih dahulu tangga besi yang terlihat curam untuk turun ke bawah. Agak mengerikan memang hanya untuk melangkahkan kaki di tangga tersebut sebab dia sedang berada di lantai tiga di gedung apartemennya ini, namun karena memiliki keinginan kuat untuk pergi bersenang-senang akhirnya dia memberanikan dirinya.
Menghela nafasnya dengan pelan untuk menenangkan detak jantungnya karena takut jatuh lalu ketahuan oleh Jonah, Quinn mengambil resiko dengan pelan-pelan menuruni tangga curam tersebut. Meskipun agak gemetaran, dia dengan hati-hati turun ke bawah.
Kurang lebih dua atau tiga menit kemudian, Quinn sudah turun dengan aman dan tanpa kendala berarti. Dia sempat memperhatikan pintu balkon kamarnya yang sudah dia tutup rapat sebelum menuruni tangga dan memastikan tak ada Jonah yang sedang mengintainya. Tak berpikir panjang lagi, dia berlari terburu-buru menuju ke jalan raya. Dia sudah membuat janji dengan Braden untuk bertemu di persimpangan lampu lalu lintas di dekat minimarket yang biasa mereka lewati saat pulang sekolah bersama-sama.
Sudah seminggu Quinn berada di sekolah dan dia sudah cukup akrab dengan Braden yang konyol serta melalui masa sekolah yang normal seperti remaja pada umumnya. Namun semua itu harus dilalui dengan agak rumit karena harus berhadapan dengan Reign yang banyak tingkah dan selalu mencari perhatian padanya. Quinn akan terus mengabaikan Reign sebisa mungkin, atau pemuda brengsek itu akan berakhir mengenaskan jika Jonah mengetahui tingkahnya yang memuakkan karena senang mengganggunya.
Quinn berlari sembari terus memandang ke belakang karena untuk memastikan tak ada yang mengikutinya. Hampir sesampainya di persimpangan jalan dan berlari di trotoar, dia malah tak sengaja menabrak seseorang yang juga sedang berlari kencang dari arah berlawanan. Quinn hampir saja terpental jatuh di trotoar. Untung saja dia bisa menjaga keseimbangan dirinya dengan baik.
“Hey, hati-hati! Kau menabrakku dengan brutal!”
Mendengar suara yang sudah familiar di dengar, Quinn mendongak dan melototkan matanya dengan terkejut. Seseorang yang tadi berbicara juga sama-sama tersentak kaget dan langsung tercengir bodoh seraya menggaruk kepalanya. Dia menyesal sudah membentak Quinn tanpa mengetahui bahwa yang bertabrakan tadi dengannya adalah teman dekatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Blood
VampiroQuinn Carson-Link merasa berhutang budi dengan sosok misteriusーsepertinya dia belum pernah melihatnyaーkarena telah menyelamatkannya. Suatu hari sosok misterius itu mendatanginya kembali dan meminta Quinn membalas budinya, namun yang ada Quinn malah...