MENJELANG tengah malam yang gelap dan sunyi, secara diam-diam Quinn Carson-Link keluar dari dalam kamar di sebuah kastil tua tak berpenghuni. Dia bahkan tak membuat suara apapun saat terus melangkah meninggalkan kamarnya lalu turun perlahan menuju tangga berbentuk melingkar untuk menuju ke lantai dasar. Derap langkah kakinya saja nyaris tak terdengar—dia seolah-olah seperti melayang. Quinn terus melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke arah koridor untuk keluar dari dalam kastil tuanya. Hanya ada kegelapan yang menyelimuti ketika dia terus berjalan menyelusuri koridor demi koridor menuju ke pintu belakang.
Quinn sudah terbiasa dengan kegelapan maupun di dalam kegelapan. Dia dapat dengan mudah bisa melihat sekelilingnya dan dapat pula memanipulasi pikiran seseorang. Quinn kini membuka sebuah pintu ganda berukuran besar dan berukir itu. Tak ada suara decitan sama sekali ketika dia membukanya. Kemampuan menyelinapnya di tengah malam tanpa mengeluarkan suara benar-benar harus diacungkan jempol.
Quinn kembali melangkah keluar dari kastil tua bergaya gothic itu untuk melewati halaman belakang. Dia kembali melangkah melewati jalanan kecil yang gelap untuk mencapai ke trotoar jalan. Hembusan angin malam yang dingin menyapanya ketika dia terus melangkah menyelusuri trotoar. Cahaya pucat bulan tertutupi oleh kabut-kabut tipis awan kelabu. Quinn menggunakan gaun mengembang yang panjang dipadukan dengan cardigan sepanjang mata kaki dan sepatu boots kulit. Dari atas sampai bawah penampilannya serba hitam.
Tak lama Quinn tiba di sebuah tangga untuk turun ke bawah menuju ke kereta bawah tanah yang akan membawanya ke suatu tempat. Dia berjalan dengan santai dan tentunya hati-hati saat menuruni anak tangga. Penerangan stasiun kereta bawah tanah ini cukup memadai walaupun tak begitu terang. Quinn sempat melirik sekitarnya dengan ekor mata tajamnya untuk memperhatikan keadaan. Di sini cukup sepi dan hanya ada beberapa orang saja yang juga menunggu kedatangan kereta.
Quinn menundukkan kepalanya lalu menggesek-gesekan kedua telapak tangannya dan meniupnya agar dapat menghangatkan dirinya yang seolah-olah kedinginan seperti beberapa wanita dewasa di sekitarnya. Dia berpura-pura menahan hawa dingin pada tubuhnya agar dianggap normal oleh orang-orang di sekitarnya padahal dia tak merasakan apapun sama sekali.
Terdengar sayup-sayup suara tertawa sekelompok orang dan langkah kaki yang makin mendekati stasiun. Quinn tak melirik mereka karena fokusnya hanyalah menunggu kedatangan kereta bawah tanah. Kemudian terlihatlah tiga orang pemuda tampak bersenda gurau membicarakan hal-hal yang konyol. Mereka juga menggunakan jaket tebal dan menahan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang. Mereka sempat memberi isyarat satu sama lain sambil melirik ke arah Quinn—seorang gadis cantik berambut panjang sepinggang dan sangat lurus berwarna pirang platinum. Memiliki kulit seputih salju dan berpakaian serba hitam berdiri di hadapan mereka. Quinn hanya fokus memandangi rel kereta api di hadapannya. Ketiga pria itu tampak tersenyum jahil dan siap menggoda, namun mata mereka sempat melirik sekitar yang masih ada orang lain yang juga menunggu kedatangan kereta. Jadi mereka mengurungkan niat untuk melancarkan aksi laknat mereka saat ini.
Tak lama kemudian suara berisik kereta yang melaju menuju ke stasiun pemberhentian di peron ini terdengar. Semua orang tampak bersiap-siap. Kereta muncul dengan cahaya lampu depan yang terang. Kereta bawah tanah itu mulai berhenti dengan pelan. Pintu masuk terbuka bersamaan dengan suara desisan pelan. Quinn dan para penumpang lainnya memasuki kereta itu. Lagi-lagi di dalam kereta terlihat sepi, mungkin karena sudah tengah malam. Mereka semua langsung mencari tempat duduk masing-masing dan terpisah. Quinn memutuskan untuk duduk cukup jauh dari penumpang yang lain. Di kanan dan kiri maupun di depannya tak ada satu orang pun. Dia duduk dengan tenang sambil menatap lurus. Kereta kembali bergerak melaju dan perlahan mulai menyelusuri terowongan-terowongan yang tampak gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Blood
VampireQuinn Carson-Link merasa berhutang budi dengan sosok misteriusーsepertinya dia belum pernah melihatnyaーkarena telah menyelamatkannya. Suatu hari sosok misterius itu mendatanginya kembali dan meminta Quinn membalas budinya, namun yang ada Quinn malah...