“QUINN, ayo.” Suara Grace menyadarkan Quinn yang melamun memandangi tempat di mana Claude menghilang tadi. “Sebelum Pangeran Claude menjadi lebih marah lagi.”
Quinn tanpa segan memutar matanya dengan muak. Apa sebenarnya yang akan Claude lakukan padanya jika dia tidak benar-benar patuh? Dan mengapa dia harus patuh?
Tampaknya Grace keheranan sebab Quinn enggan beranjak sama sekali. Quinn terdiam sembari menunggu beberapa detik untuk memastikan apakah Claude akan muncul tiba-tiba lagi. Tapi sepertinya dia tak akan muncul.
“Kumohon jangan membuatnya marah besar terutama padaku ataupun yang lainnya. Kami tidak mau sama sekali jika dia marah. Percayalah padaku.” Grace kembali berujar.
“Um, baiklah.” sahut Quinn dengan nada kesal.
Mereka saat ini berada di dapur. Bagaimana pun mereka harus menjalankan tugas sebagai pekerja. Grace menuju ke wastafel yang dipenuhi oleh peralatan makan yang kotor. Quinn hanya bisa jengkel dalam diamnya. Ya ampun, dia akan mencuci semua ini? Grace tersenyum miris memandanginya dan dia mulai membersihkan kotoran di piring maupun gelas. Mau tak mau Quinn melakukan hal yang sama karena dia agak tak tega membiarkan Grace bekerja sendirian.
“Jadi, Quinn... ” Grace kembali mengajak Quinn untuk mengobrol. “Bagaimana keadaan dunia luar sekarang?”
“Um,” Quinn ingin menjawab dengan hal-hal yang menarik namun ia sendiri bingung bagaimana kabar dunia luar sesungguhnya sedangkan ia tinggal bersama dengan orang-orang seperti Jonah. “Menurutku tergantung sudut pandang setiap orang saat melihat dunia luar. Bagiku dunia luar saat ini tampak lebih berkembang dan maju, terutama teknologi. Ada ponsel canggih yang memudahkan kita untuk melakukan apapun, termasuk membayar tanpa uang cash, mencari teman atau kencan di aplikasi media sosial, menonton film, mendengarkan musik secara streaming, ataupun memesan makanan, jemputan dan paket. Lalu ada mobil yang bisa melaju tanpa pengemudi, kamera yang bisa terbang, bahkan ada robot kasir di sebuah minimarket.”
“Whoa!” Grace terlihat takjub. Ia sendiri sudah tak melihat dunia luar hampir separuh hidupnya. Ia sudah terpenjara di kastil ini dan kesulitan untuk keluar. “Segalanya tampak luar biasa.” Ia terdengar cukup sedih. “Aku berharap bisa melihat segala hal yang terjadi di masa kini dan menikmatinya.”
Quinn memandang tak tega pada Grace yang menghentikan mencuci sebuah gelas dengan kepala tertunduk serta ekspresi wajahnya yang terlihat sedih. Ia jadi menyesal karena menceritakan hal yang sekarang menjadi beban pikiran Grace yang tampaknya akan menangis. “Grace... ”
“Aku tidak apa-apa.” Grace kembali menyelesaikan mencuci gelas. Ia menahan agar airmatanya tak jatuh.
Quinn tahu jika Grace sedang tidak baik-baik saja. Dia benar-benar akan menangis karena suaranya terdengar bergetar. Quinn jadi sungguh menyesal telah bercerita.
Setelah melakukan banyak tugas yang bagi Quinn selalu saja mengerikan, mereka akhirnya menyiapkan makan malam bersama dengan pekerja di kastil ini. Quinn duduk diam sebab mulai merasakan tubuhnya pegal-pegal. Dia merasa hari berjalan sangat lambat. Matanya kemudian melirik makan malam sederhana mereka.
“Hari ini benar-benar melelahkan. Apakah akan seperti ini setiap harinya?” Pertanyaan Quinn hanya dijawab anggukan pelan oleh Grace.
“Apakah kita langsung makan atau menunggu yang lainnya?” tanya Grace yang sepertinya sedang lapar sehingga ia terlihat tidak sabar.
“Kira-kira bagaimana?” Pikiran Quinn tampaknya melayang jauh. “Bagaimana jika aku melarikan diri dari kastil ini?”
Grace sontak menoleh seraya memandang aneh Quinn yang sedang melamun. “Semoga beruntung. Setahuku tidak ada yang tahu bagaimana caranya melarikan diri dari sini. Lagipula Pangeran Claude akan tahu di mana keberadaanmu dan akan segera menemukanmu dalam waktu singkat.” Ia menyerahkan sendok, garpu dan piring pada Quinn yang segera menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Blood
VampirosQuinn Carson-Link merasa berhutang budi dengan sosok misteriusーsepertinya dia belum pernah melihatnyaーkarena telah menyelamatkannya. Suatu hari sosok misterius itu mendatanginya kembali dan meminta Quinn membalas budinya, namun yang ada Quinn malah...