Chapter 2

1K 88 6
                                    

Tempat ini hampir persis seperti dunia luar dari perkotaan, dengan kata lain tempat ini adalah hutan atau semacam pulau dimana ia terdampar sekarang.

Aku mencoba berjalan ke arah kanan, pakaian yang ku kenakan tetap sama walau sedikit lusuh karna tanah.

Mata violet ku berpendar meneliti karna tertarik dengan warna tumbuhan yang kehijauan dan tampak begitu alami.

Tiba-tiba...



...

"Hiks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hiks..hiks..."

Tangisan kecil itu berasal dari bocah yang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak.

Thero terkejut tak percaya dengan apa yang di lihatnya, dari mana bocah ini berasal? apa dia tersesat sepertinya.

"Kak sepertinya dia berbahaya, jangan menyentuhnya."

Hingga suara Theo menyadarkan lamunannya.

"Dia hanya bocah yang entah dari mana, kenapa kau bilang dia bahaya?"

"Pokoknya jangan mendekatinya!atau aku akan membuat sengatan listrik agar bocah itu mati!"

Kali ini peringatan serta ancaman Theo berhasil, sedangkan Thero tak habis pikir bagaimana adiknya bisa sekejam itu pada bocah biasa.

Aku (Thero) mulai berpikir untuk keluar dari situasi ini, namun perasaan yang di sebut nurani hati manusia begitu menganggu ku.

Ugh...lihat saja penampilan anak kecil di depan nya ini, ia memiliki rambut putih perak berantakan seperti punya Thero, kedua bola matanya berwarna merah darah tapi pipi yang menurut ku sedikit tembem mirip adonan bakpao itu membuatnya hampir mengigit bibir menahan gemas.

Apa aku memang lemah terhadap anak kecil?

"Kau memang lemah jika di hadapan anak kecil, padahal kau tidak tau anak itu naif atau munafik.".

"Hei jangan membaca pikiranku tanpa seizinku!"

"Kakak..."

Suara seperti cicitan anak burung itu makin membuat Thero frustasi, pertahanannya lemah dan akhirnya setelah berperang dengan pikirannya alias membujuk sistem adiknya dia bisa mengusap rambut anak kecil itu.

"Apa kau sendirian?" tanyaku lembut sambil berjongkok untuk menyamai tinggi dari kaki pendek anak itu.

Sedangkan buntalan itu mengerjapkan mata bulatnya seolah terpesona dengan visual wajah Thero dari dekat, dia menganggukkan kepalanya lucu.

"Aahh..sepertinya ada alasan kita berdua sama-sama tersesat karna di takdirkan bertemu. Kau ingin ikut dengan ku?"

"Kak!"

My little brother become system Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang