Chapter 4

773 58 0
                                    

Seseorang tengah duduk di kursi mirip singgasana layaknya raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang tengah duduk di kursi mirip singgasana layaknya raja. Tapi di sekelilingnya hanya ada ruang hampa tanpa batas seperti sebuah ruang waktu yang di paksa berhenti.

"Hah...kau begitu naif kak."

Ucapan dari nya menggema, laki-laki dengan postur tinggi semampai dan mempunyai wajah yang begitu tampan itu menatap layarnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Ekspresinya lebih dingin dan serius dari biasanya, walau jika di bandingkan sebuah robot yang minim ekspresi dia juga orang yang tak banyak senyum apalagi bicara.

Sebuah layar di depannya memperlihatkan wajah yang hampir begitu serupa dengannya.

Kakak kembarannya.

"Dari dulu kau tak pernah berubah, selalu memberikan banyak perhatian padaku... dan ketika aku besar aku ingin membalas itu semua meskipun aku tau budi itu tak akan pernah cukup membalas mu. Kau satu-satunya keluarga sekaligus rumah ku kakak..."

Theo masih mengingat masa lalu, kenangan suka dan duka dan trauma menyakitkan yang mungkin tak dapat di sembuhkan telah mereka berdua lalui bersama.

Ya kita hanya berdua waktu itu. Batin Theo.


...

Theo POV.

Semenjak kecil Theo tau dia tak kenal dengan orang yang di sebut ibu yang telah melahirkan mereka.

Dia juga tak mengetahui peran ayah, kasih sayang yang ia dapatkan mungkin hanya ia pelajari dari saudara kembarnya.

Ya karna Theo berbeda dengan anak lain, dia menjadi anak yang lebih tertutup misterius dan misterius.

Pria tua yang merawat mereka berdua bernama Zon. Pak tua itu sangat baik kata Thero, namun Theo masih belum paham apa itu kebaikan hati sesungguhnya, dia tak menyangkal bahwa dirinya bersyukur ada orang lain yang menyayangi mereka dan memberi tempat tinggal. Setidaknya itu demi kakaknya hal yang sering ia pikirkan dan ia tanamkan dalam dirinya.

Theo bisa berpikir dewasa di usianya yang dini, tapi dia berpura-pura lugu jika di depan saudaranya.

Theo tau Thero kakak baik dan berhati lembut, dan Zon pria tua itu terkadang bisa jadi jahat dengan memanfaatkan mereka berdua.

Ada pepatah 'orang jahat itu sebenarnya tidak menakutkan, yang menakutkan itu orang jahat yang pura-pura baik.'

Waktu sepulang sekolah ia khawatir dengan sang kakak yang tak ada di toko padahal sudah tengah hari, mereka berdua memang biasa kembali ke tempat toko roti itu setelah melakukan aktivitas belajar.

Hingga ia tau rahasia Zon yang diam-diam menjemput kakaknya dari sekolah untuk menjualnya pada orang tua angkat yang sangat menginginkan kakaknya itu Theo menjadi sangat marah, untungnya kecerdikan yang ia miliki saat berumur 10 tahun membantunya untuk menggagalkan rencana pak tua itu meskipun ia harus menerima hukuman kecil dengan cambukan tapi kakaknya mengetahui adiknya akan di hukum berusaha melindunginya dan menerima penderitaan juga.

Luka itu membekas dan ingatan dendam di hati Theo, walaupun ia menganggap pak tua itu juga memberi kebaikan besar pada mereka tetapi ia juga mengingat kesalahan besar atau kecilnya sampai sekarang.

Dia tak akan memaafkan orang yang pernah melukai sang kakak, dia juga benci sendirian tanpa ada kakaknya. Maka dia akan melakukan segala cara agar sang kakak tak berada jauh darinya.

Menurutnya kakaknya orang baik..

Dia tau kakaknya sering menangis merindukan kedua orang tua mereka tapi tak pernah mau menunjukkan kelemahan kecilnya di depan sang adik.

Baginya kakaknya adalah rumahnya.

Selalu menjadi orang pertama dan satu-satunya mendengarkan ku.

Tak peduli kebohongan dan kesalahan apapun yang ku buat kakak akan memaafkannya dan mempercayai ku dengan tulus.

Itulah Thero.



...

Thero POV.

"Kak apa kau tak curiga dengan wanita itu?"

Suara Theo terdengar di dalam benaknya.

"Maksudmu Asa?komandan prajurit itu?"

"Aku tidak tau namanya, jangankan aku mau menyebut namanya saja aku tak akan pernah sudi."

Thero mengerutkan keningnya.

"Dia baik padaku. Memang ada yang salah?"

"Aku tau kau akan menjawab seperti itu, tapi aku meretas data miliknya kalau dia adalah peng-"

"Kak ero ngapain?"

Bocah kecil vampire itu memeluk kaki Thero, sudah ia duga bahwa Rio tak akan pernah lepas darinya.

"Anu..Rio eh namamu pangeran Reynold kan? apa sekarang aku harus memanggil mu dengan nama aslimu?"

Rio menggeleng keras, tampaknya bocah itu tak setuju. Padahal jika orang lain tau status tinggi anak itu pasti panggilan kehormatan harus tersematkan sesuai dengan peraturan kerajaan.

"Aku menyukai nama yang kakak berikan padaku, jadi kakak ero tidak perlu mematuhi aturan dari kerajaan."

Dia membaca pikiranku, atau menganggap ku orang asing tak harus ikut campur dalam bagian kerajaan?

"Kak ero adalah kakak Rio!"

Astaga bocah ini cenayang.

"Aku ingin membunuh bocah itu."

"Theo! jangan!"

"Ada apa?"

Tiba-tiba Asa di sampingku, aku tak tau kapan gadis itu sudah ada di sana.

"T-tidak."

"Jika ada masalah kau bisa memberitahu ku Thero." jawab gadis tegas.

"Sungguh! ini bukan apa-apa dan tidak ada masalah serius!"

Kurasa aku mulai mengerti cara bicaranya yang kaku adalah menunjukkan perhatian nya pada orang terdekatnya.

Asa benar-benar baik.

"Baiklah, aku percaya pada perkataan mu kali ini. Sebentar lagi kita akan sampai di ibu kota."

"Ibu kota? maksudnya kerajaan?"

Aku mulai berpikir kalau kerajaan vampire di dunia ini akan sama seperti yang ada di film-film.

Pasti menakutkan!

"Asa boleh aku bertanya."

"Tentu."

"Apa warga di sana seorang manusia?"

"Ya, beberapa dari ras elf dan goblin."

"Huh? kedengaran memang ini dunia fantasi."

"Apa maksudmu dunia fantasi?"

"Dunia fantasi yang ku kenal adalah dunia di mana banyak hal ajaib, seperti sihir! kau pengendali pedang yang sangat hebat pasti kau juga bisa mengunakan sihir kan?"

Asa terkekeh kecil.

"Tidak, kami tidak mengandalkan sihir atau semacam yang kau ketahui di dunia khayalan itu, negri kami adalah ras kuat dan lemah sama seperti kau menceritakan bagaimana perilaku manusia asli di bumi. Ras elf hanya membentuk dari penampilan menawan mereka sementara itu mereka sangat lemah dan mudah di tindas seperti rakyat jelata biasa, sedangkan goblin setara dengan pangkat pasukan mereka bisa kuat berkat bimbingan player seperti kami."

"Tunggu...kau melatih goblin!tapi kan...bentuk mereka seperti monster."

"Monster? ya...itu hanya pemikiran mu kan?"

"....."






My little brother become system Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang