Bayangan pekat menyelimuti kolong jembatan, mencekam, sunyi. Di tengah kegelapan itu, dua kubu berseteru saling berhadapan. Gang Graka, anak-anak SMA Lentera yang dipimpin Rama, dengan lambang diamond berwarna merah dengan sayap bewarna putih terukir di punggung jaketnya.
Di seberang, Gang Varla, anak-anak SMA Gemilang yang dipimpin Viktor, dengan lambang Cerberus di punggung jaketnya.
Udara terasa dingin, bercampur dengan aroma tanah dan air yang menggenang. Ketegangan merayap di antara mereka, siap meledak.
"Kita akan melaksanakan tradisi, RAMA!" ucap Viktor sambil mengembangkan tangannya dengan penuh semangat.
Setiap tanggal 22 Juni sekolah Lentera dan sekolah Gemilang selalu melakukan peperangan,
peperangan ini di lakukan sejak kejadian Lentera gelap dan menjadi tradisi hingga sekarang.Rama hanya terdiam, matanya menatap tajam ke arah Viktor. Tanpa sepatah kata pun, Rama menghisap rokoknya dengan perlahan, lalu dengan gerakan tegas membuang puntung rokok ke arah Viktor. Ketegangan pun terasa di udara saat kedua kubu mulai bergerak dan bersiap untuk bertarung.
"SERAANG!" teriak para siswa, memecah keheningan malam dengan semangat yang membara,
Namun, sebelum pertarungan benar-benar dimulai, suara gemuruh keras memecah keheningan malam. Hujan deras tiba-tiba turun dari langit, membasahi tanah di bawah kaki. Tetapi, hal itu tidak menghentikan niat mereka untuk saling menunjukkan kekuatan dan keberanian.
Rama mengalahkan pasukan Viktor dengan mudahnya, pada akhirnya Rama berhadapan dengan Viktor,
"Menjadi pemimpin kerena Abang"
Ucap Viktor mengejek Rama.
Tanpa aba-aba Rama memukul Viktor mereka berdua pun bertarung dengan sengit.Gama yang sudah terjatuh kerena kualah melawan Gantha tangan kanan Viktor, Yuda yang dikenal sebagai monster lentera tak bisa tinggal diam saat melihat itu pun berlari dan menendang kepala Gantha hingga terjatuh tak berdaya.
Namun, di tengah-tengah pertarungan yang semakin memanas, kehadiran polisi tiba-tiba menghentikan segalanya. Rama hampir saja berhasil mengalahkan Viktor, namun Yuda, sahabat setia Rama, menariknya sambil berteriak, "Ayo, ada polisi!"
Rama melirik Viktor dengan tatapan penuh intimidasi sebelum akhirnya memutuskan untuk menghentikan pertarungan dan membawa pasukannya menuju markas. Sesampainya di markas, Rama memastikan keamanan dengan berteriak, "Semuanya aman?"
Dengan suara bulat, pasukan Rama berseru, "AMAN!".
Di gudang yang menjadi tempat kumpul para siswa lentera dari angkatan ke-2, Rama dan kawan-kawannya bersantai sekaligus beristirahat setelah peristiwa memanas sebelumnya.
Pukul 09:36, Rama terbangun dari tidurnya dan melihat Yuda dan Gama merokok di dekatnya.
"Nih makan"
Ucap Gama menawarkan makanan, seraya menggeser nasi bungkus ke arah Rama.Rama bangkit dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri. Setelah itu, dia duduk di samping Yuda dan Gama, bertanya, "Sudah makan, kalian?"
"Udah" jawab Gama sambil menunjuk ke pojok ruangan yang dipenuhi sampah bekas nasi bungkus.
Rama menikmati makanannya dengan lahap, lalu mengambil rokok dan mulai menghisapnya. "Enak banget hidup, abis makan langsung ngudut," ucap Yuda si tubuh besar itu.
Rama, Yuda dan Gama adalah sahabat sejak sekolah dasar, ketiganya bagaikan benang yang saling terjalin.
Suasana di gudang terasa hangat dan akrab, meskipun kejadian sebelumnya masih menggema di udara. Rama dan teman-temannya menikmati momen santai ini, sambil merenungkan perjalanan mereka sebagai siswa SMA Lentera.
"Gua pulang lah"
Ucap Rama seraya beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Gama dan Yuda.Gama dan Yuda mengikuti Rama dari belakang. Rama yang menengok ke arah belakang paham bahwa gama dan Yuda ingin pulang juga.
Sesampainya Rama di rumah, ia sudah di sabut dengan kakaknya bernama Aganta yang sedang duduk di ruang tamu,
"Gimana menang?"
Tanya Aganta yang sudah mengetahui kejadian semalam. Aganta adalah salah satu anggota lentera di masanya."Hampir"
Ucap Rama seraya meninggal Aganta.Aganta berdiri, mengikuti Rama yang melangkah menuju kamar. "Ini yang terakhir, Rama. Lo udah janji sama gua," desaknya, suaranya sedikit meninggi.
"Berisik!" bentak Rama, suaranya dingin menusuk. Suasana menegang, udara terasa sesak.
Tiba-tiba, suara ceria Adiwidiya, adik mereka, memecah ketegangan. "Abang ma!" teriaknya dari lantai atas, langkah kakinya berderit menuruni tangga.
Widiya, begitu ia biasa disapa, berlari ke arah Rama dan memeluknya erat. Wajahnya cemberut.
"Aku semalam enggak bisa tidur. Ayah baru pulang tadi pagi. Kakak dari mana?"Rama melepas pelukan Widiya, menggenggam pipinya dengan lembut. "Kan ada Kak Aganta. Kakak istirahat dulu ya," jawabnya, senyum tipis menghiasi bibirnya.
Rama meninggalkan Widiya dan Aganta, melangkah masuk ke kamarnya. Di balik pintu, ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Pertempuran belum berakhir, dan janji yang terucap masih membayangi.
Tipba-tiba, suara dering ponsel Rama memecah keheningan. Dengan perasaan penasaran, Rama melirik layar dan melihat panggilan dari Kesya. "Apa lagi ini?" desis Rama dalam hati, namun tanpa ragu, ia menjawab panggilan itu.
"Ayo, kita kan mau jalan," desis Kesya penuh semangat.
"Besok," balas singkat Rama sebelum menutup telepon dengan mantap.
Beberapa menit berlalu, pintu kamar Rama tiba-tiba diketuk dengan keras.
Dok-dok-dok!
Rama membuka pintu, dan di baliknya terlihat Kesya, dengan tatapan penuh tuntutan. Tanpa berkata apa-apa, Kesya menarik tangan Rama seraya berkata, "Ayo, kamu harus tepati janji."
Rama hanya pasrah, mengikuti langkah Kesya tanpa sepatah kata pun. Kesya, salah satu dari banyak yang mendekati Rama, namun Rama tetap dingin tanpa menyimpan perasaan untuk siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rama -Tetaplah Bersamaku Di Bumi -
Genç KurguRama Kusuma. Nama yang mungkin terdengar biasa, tapi di jalanan Tangerang, nama itu punya arti. Aku, pemimpin geng motor, yang hidup di dunia keras, dunia di mana kekerasan adalah bahasa sehari-hari. Tapi di balik semua itu, ada satu kisah yang meng...