6

961 84 2
                                    

Olivia memikirkannya. Agak ragu karena saat ini yang ingin dia lakukan adalah membentang jarak sejauh mungkin dari Elias. Jadi mana mungkin dia mau bersama pria itu pergi ke perusahaannya.

"Paul akan menjemputmu di sana. Aku sudah memberitahunya."

"Apa katanya?"

"Akan aman bersamaku."

Paul begitu percaya pada ayahnya. Padahal Elias memperlakukannya tidak pernah terlihat penuh sayang. Seolah Paul malah bukan anaknya melainkan anak yang tidak dia senangi.

Dengan pelan Olivia mengangguk akhirnya. Dia juga tidak ingin berlama-lama di sini. Apalagi dengan tanduk ayahnya yang masih tampak di kepala, lebih baik menghindari masalah.

Elias menunjukkan jalan dan mempersilakan.

Dengan enggan Olivia melangkah dan mengikuti jalan setapak rumahnya, kemudian sampai di jalan sopir Elias sudah bergerak membukakan pintu untuk Elias.

Olivia sudah akan memutar mengambil pintu lain yang ada di sisi seberang, tapi Elias meraih lengannya. Menahannya.

"Ke mana?"

"Masuk ke mobil."

"Pintu sudah dibuka mau masuk ke pintu yang tertutup?"

Olivia menatap tidak yakin. "Bukankah dia membukakannya untukmu?"

Kepala Elias miring. Menatap sopirnya. "Kau membukanya untuk siapa?"

Sopir yang mendengar segera salah tingkah. Dia menatap dua orang yang menunggu jawabannya. Pandangan Elias lebih dingin dari biasanya, membawa sopir paham kenapa pertanyaan itu terlayangkan.

"Untuk nyonya Holmes. Silakan, Nyonya."

Elias mengangguk dengan persetujuan.

Sopir merasa lega.

Olivia dengan ragu bergerak ke arah pintu, tapi dia masih diambang pintu dan menatap sopir yang tengah menunduk.

Sadar pandangan Olivia, sopir segera membalas tatapan itu dengan bingung.

"Jika ada pertemuan di masa depan, mulailah memanggil nama. Aku bukan nyonya lagi. Aku juga bukan Holmes. Jadi itu harus dihentikan."

"Salah saya, Nyo—nona."

Nona? Itu terdengar agak berlebihan tapi meminta sopir menyebut nama juga tidak akan membuat akhir yang bahagia. Karena peraturan keluarga itu sungguh ketat soal pemanggilan. Jadi Olivia hanya mengangguk dan segera masuk. Dia bisa melihat senyuman Elias beberapa detik lewat pantulan ekor matanya.

Olivia berpikir mungkin dia mengkhayalkannya. Pria itu hampir tidak pernah tersenyum. Bahkan dalam pertemuan dengan orang penting sekali pun, dia tidak pernah menunjukkan seperti apa senyuman di wajahnya.

Seolah ada yang merenggut kebahagiaan dari dirinya.

Mereka berkendara lagi. Tapi kali ini tidak ada percakapan di dalamnya. Itu membuat Olivia merasa lega. Dia tidak perlu menunjukkan kegugupan lebih banyak.

Setelah sampai di perusahaan pria itu, yang sepertinya mendapatkan dukungan penuh dari Hannah, mereka turun bersama. Di lobi semua orang sudah menunggu Elias. Sepertinya akan diadakan pertemuan mendadak yang membuat Elias bersiap-siap.

"Kau pergi dengan Gabriella. Dia akan mengantarmu ke tempat kau bisa menungguku. Aku akan selesai dengan cepat pada pertemuan ini."

Olivia hanya mengangguk. Gabriella sendiri adalah karyawan yang memang cukup dekat dengan pekerjaan bersama Rupert. Dia seperti asisten Rupert. Seorang asisten memiliki asisten. Olivia tidak mengerti cara kerjanya.

Di Ranjang Mantan Mertua (RAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang