Olivia sudah membawa tas bekalnya dan masuk ke gedung besar itu. Di depan dia sudah bertemu dengan resepsionis yang memberikan sapaan sopan dan menanyakan keperluannya. Saat hendak menjelaskan, sopir Elias sudah muncul memberikan pandangan tidak senang ke arah resepsionis itu.
"Dia adalah calon istri bos. Lain kali lihat agar kalian tidak mendapatkan masalah."
Resepsionis segera menunduk dengan sopan dan mengucapkan permintaan maaf.
Olivia hanya memberikan gelengan dengan senyuman. Kemudian sopir sendiri yang mengantar Olivia ke lift. Tadinya sopir mau mengantar sampai ke atas tapi Olivia menolak. Mengatakan dia bisa melakukannya sendiri.
Sopir akhirnya pamit undur diri dan mempersilakan. Setelahnya Olivia menekan nomor lantai Elias. Menunggu beberapa saat, lift terbuka. Dia berjalan ke lorong dan menuju ke pintu di mana pintu itu sudah sepenuhnya terbuka. Ada beberapa orang yang baru saja keluar dari pintu tersebut. Beberapa orang itu menatapnya dan segera memalingkan wajah. Seolah jika menatap lebih lama pada Olivia, mereka akan mendapatkan hukuman besar,. Jelas sekali mereka tidak menyukainya.
Tapi Olivia tidak peduli. Sudah lama memang tidak ada yang terlalu peduli padanya. Bahkan terang-terangan tidak menyukainya jadi ini bukan hal baru.
Apalagi fakta kalau akhirnya dia benar-benar menjadi kekasih Elias. Bukan lagi sekedar alat bagi Elias untuk berpisah dari Hannah. Itu jelas akan membuat namanya semakin tercoreng.
Selama dia memiliki Elias, dia tidak membutuhkan yang lainnya.
Saat hendak mengetuk pintu ruangan meski pintu itu terbuka, sikap sopan tetap dia lakukan, tapi tangannya berhenti di tengah jalan. Pandangannya menatap ke arah Gabriella yang sedang sibuk memasukkan semua bunga ke kotak.
"Bos, kenapa kita harus memindahkan bunga-bunga ini? Bukankah anda menyukainya?"
"Gadisku tidak suka."
"Gadis? Anda benar-benar ...."
"Jangan banyak bertanya. Singkirkan saja semua itu. Dia sebentar lagi akan datang."
"Sudah di sini," timpal Olivia tidak jadi mengetuk pintu. Dia mendatangi Elias yang duduk di kursinya. Berdiri di dekat pria itu dan meletakkan kotak bekalnya. "Kau tidak perlu menyingkirkan bunga yang kau suka. Aku hanya perlu tidak terlalu dekat dengan bunga-bunga itu."
"Ruangan ini akan menjadi tempat kau sering datang. jadi aku harus menyingkirkan semua yang membuatmu tidak nyaman. Agar kau betah dan sering datang ke sini."
Mendengar itu Olivia hanya bisa terkekeh dengan geli. Dia sudah akan mengambil kotak bekal saat tangan Elias lebih dulu meraih pinggangnya dan menarik Olivia jatuh ke pangkuannya.
Pandangan Olivia menajam dengan rona wajah yang memudar malu. Dia memberikan tatapan peringatan pada pria itu. "Ada karyawanmu di sini." Olivia melirik ke arah Gabriella. Dan dia menemukan perempuan itu sedang mencuri lihat ke arah mereka. Jelas dilakukan dengan hati-hati. Olivia hanya beruntung menemukannya di saat yang tepat.
Itu membuat Olivia semakin ingin lepas karena perasaan malu yang menghantuinya. Tapi pria itu seperti biasa, keras kepala.
"Aku memeluk gadisku sendiri. Memeluk milikku. Apa masalah dengan mereka yang melihat?"
Olivia membiarkan kemudian. Dia segera melirik ke arah kotak bekalnya. "Aku membawakan makanan untukmu. Kau harus mencobanya."
Elias menatap kotak bekas berwarna biru muda itu. "Kau memasak?"
"Ya. Sedikit. Coba, aku ingin tahu apakah kau suka."
"Suapi aku."
"Elias! Kau bukan anak kecil."
"Aku hanya ingin bersikap manja padamu. Tidak boleh?"
Olivia akhirnya mengambil kotak bekal itu dan masih dengan tangan Elias yang merangkul pinggangnya, dia mulai membuka kotak bekal dan menunjukkan apa isi di dalamnya.
Elias mencium aromanya dan cukup menggugah selera. Dia belum makan siang juga, suara perutnya berbunyi keras.
Mendengar suara kelaparan itu, Olivia terkekeh geli. Tapi kekehan itu berhenti saat Elias mengecup bibirnya dengan cepat, membawa keterkejutan pada gadis yang sedang sibuk mengambil makanan. Dia melotot memberikan peringatan pada Elias. Tapi semakin dilarang Elias nampaknya semakin suka.
"Elias!"
"Aku lapar." Elias mengalihkan topik.
"Dasar ...." Meski begitu tak ayal Olivia mengambil makanan lalu menyuapi Elias. Melihat pria itu makan dengan lahap, dia sedikit agak curiga. "Sungguh enak?"
"Kau pikir aku sedang berpura-pura. Tentu saja enak. Kau bisa mencobanya."
Olivia hendak menyendok untuk dirinya. Tapi Elias merebut makanan di sendok itu dengan mulutnya. Olivia yang segera ingin marah malah terpana saat pria itu menyodorkan makanan itu dengan mulutnya.
Olivia ternganga.
"Makan," tegas Elias. Dia tidak akan berhenti sampai Olivia memakan makanan bulat yang dicampur kentang dan daging itu. Elias sendiri menggigit makanan itu dengan kedua giginya. Tangannya sudah meraih ke tengkuk Olivia.
Pelan menunduk, Olivia membuka mulutnya dan menggigit makanan itu. Mengunyahnya sebentar lalu dia akan menarik diri saat mulut Elias malah mengusai mulutnya dalam ciuman panas bergairah. Mengantarkan perasaan menyenangkan pada gelenyar di perutnya.
Bibir yang bertemu itu memiliki kehangatannya pada satu sama lain. Membuat mereka tidak lagi peduli siapa yang melihat mereka. Selama mereka bisa menyatu seperti ini.
Tangan Olivia yang bebas meraih rambut Elias, memasukkan jemarinya ke sana dengan gerakan sensual. Menyisir rambut lembut pria itu dengan erangan saat lidah Elias mulai bermain di antara gigi-giginya. Apa yang terjadi beberapa malam belakang mulai membayang di ingatan Olivia. Dia merasa damai dan ini menyenangkan.
Sampai suara deheman tentu saja menghentikan mereka. Ah, bukan mereka melainkan Olivia sendiri karena Elias tetap menjelajah dan sepertinya tidak peduli dengan angin badai, selama dia bisa merasakan Olivia.
"Aku tidak ingin mengganggu ...."
"Bukankah kau harusnya pergi jika memang tidak ingin mengganggu?" suara Elias yang terdengar diantara rambut Olivia yang tergerai.
Olivia sendiri merapikan rambutnya dan membuat dua pria itu bertemu pandang. Kemudian dia hendak menyingkir tapi tangan Elias masih menahannya. Membuat dia tidak dapat ke mana-mana, berharap Rupert yang datang akan mengerti kalau Olivia tidak memiliki kuasa atas semua ini.
Pria itu memegang kuasanya.
***
Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di akuSampai jumpa mingdep 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ranjang Mantan Mertua (RAB)
RomantikDi malam dia mengumumkan perceraiannya dengan suaminya, Olivia Jansen yang merasa sudah tidak lagi memiliki kekang di keluarga Holmes menghabiskan malam dengan menenggak sebanyak mungkin minuman keras. Dia akhirnya terbebas dari pria yang tidak pern...