13

522 75 0
                                    

"Masuk," perintah Elias. Dingin dan jauh, seperti biasa.

Olivia tidak mengatakan apa pun, hanya menatap sekilas dan kemudian melangkah lagi. Mengabaikan mobil itu yang terus mengikutinya.

"Liv, jangan keras kepala. Masuk!"

Olivia masih melangkah. Bahkan dia mempercepat langkahnya.

Elias yang tidak kuasa melihat bibir membiru itu, tidak bertahan membiarkannya terus kehujanan di luar. Jadi dia sendiri yang keluar dan menghampiri gadis itu yang terus melangkah dengan cepat. Bahkan saat sopirnya melarangnya melakukannya, Elias tetap keluar dan mengejar.

Dia meraih lengan gadis itu, tapi seperti orang yang kehilangan kewarasannya, Olivia berontak melawan. Sampai Elias sendiri terkena tamparannya yang tidak sengaja.

Tamparan itu tidak hanya mengejutkan Elias melainkan juga Olivia. Dia menatap tangannya sendiri dengan menyalahkan. Tapi saat ingat apa yang Elias lakukan padanya, Olivia berhenti menyayangi apa yang sudah dia lakukan.

"Aku sudah tidak berguna bagimu, sebaiknya kau pergi dan tinggalkan aku sendiri. Aku tidak ingin lagi ada hubungan dengan kalian semua." Olivia mengatakannya dan hendak berbalik.

Tapi gadis itu tidak akan pernah menyangka kalau Elias akan berbuat nekat dengan meraih tubuhnya dan membawa Olivia dalam gendongan di bahunya. Olivia melawan meminta di lepaskan. Tapi Elias segera melemparnya masuk ke dalam mobil dengan cara yang cukup kasar. Karena saat ini bersikap lembut dengan gadis kecil pemarah itu, hanya akan membuat Elias kewalahan.

Olivia segera mundur dan duduk di sudut. Elias sudah bergabung dengannya dan mobil berjalan meninggalkan area itu.

Elias melepaskan dasinya lalu menangkap kedua tangan gadis itu dan mengikatnya.

Wajah Olivia dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian. Dia berusaha melawan agar Elias tidak berhasil memberikan ikatan matinya. Tapi terlambat, pria itu sepertinya belajar cara tercepat mengikat. Karena sekarang tangan Olivia benar-benar menyatu dalam ikatan tersebut.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"

"Untuk berjaga-jaga. Tamparanmu cukup menyakitkan." Elias menyentuh wajahnya dan meringis kemudian. "Kau sepertinya melukaiku."

"Aku tidak sengaja ...."

Tatapan Elias dalam. "Sungguh tidak sengaja?" tanya pria itu dengan ragu.

Olivia mengangguk. Dia benar-benar tidak sengaja dan dia sekarang merasa bersalah karena pipi Elias terluka. Sepertinya kukunya tidak sengaja menggores saat menampar tadi.

"Aku pikir kau sedang membayangkan cara mencakar dan membuat aku berdarah di sepanjang kau berjalan tadi."

"Kau menebaknya dengan tepat."

Elias menyeringai dingin. "Aku tidak heran."

"Kau menjadikanku alat," ungkap Olivia. Tidak ingn menyembunyikan apa yang dia tahu.

"Shamus mengakatannya?"

"Dia berbohong padaku?" Olivia balas bertanya. Karena kalau Elias mengatakan ya, Olivia akan percaya.

Tapi pria itu sepertinya tidak ingin menyembunyikannya. "Tidak."

Wajah Olivia segera dilanda kekesalan. Dia memutar pandangannya dan menatap ke arah luar. Lebih suka memandang jalanan yang diguyur derasnya hujan.

"Kau terluka karena aku memanfaatkanmu?"

Olivia menatap Elias. "Jika kau mengatakannya, tidak akan terlalu terasa dikhianati. Bagaimana pun, hari itu hubungan kita cukup baik. Kau menyakiti teman seperjuanganmu," Olivia mengatakannya dengan dengusan.

Di Ranjang Mantan Mertua (RAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang