Kontak manajer karaoke telah ku simpan, tanda tangan untuk berita acara pengukuran reklame dan parkir berbayar telah aku dapatkan juga. Kini, lengkap sudah targetku hari ini. Sisa menghubungi manajer karaoke itu untuk mengatur jadwal bertemu untuk wawancara saja setelah ini.
Saat aku sedang memutar otak untuk menulis pesan yang akan aku kirimkan kepada manajer karaoke tersebut, Sunghoon remas lengan kiriku dengan gemas sambil bergumam, "Y/n, kamu ga lapar kah?". Dengan ekspresi lempeng yang mampu membuatku tertawa pelan.
"Lapar banget ini, ayo makan! Aku sudah capai target juga, setelah ini aku temanin kamu survei yaa." seperti itulah hubunganku dengan Sunghoon. Saling melengkapi disaat kita butuh bantuan dan jika sudah terjun ke lapangan, aku cenderung menghabiskan banyak waktu bersamanya untuk mendata bersama beberapa objek yang kami rasa tak memungkinkan mendata sendirian.
"Makan apa ya?" tanya Sunghoon terlihat bingung. "Buddae Jiggae atau jjajangmyeon?" tanyaku sambil terus melihat handphone milikku untuk menyelesaikan pesan yang akan aku kirimkan ke manajer Sukakita Karaoke.
Saat ini, posisi kami masih berada di depan gedung karaoke tersebut setelah melakukan pengukuran reklame dan pengamatan lokasi parkirannya.
"Butuh nasi sih, aku ada rekomendasi tempat dekat sini. Ayo!" ajak Sunghoon berniat menarik lenganku. Beruntungnya, aku telah menekan tombol kirim untuk pesan yang telah aku tulis di handphone milikku.
"Hoon, anterin aku ke depan warnet Orion ya! Motor ku parkir disana." pintaku langsung naik ke bangku penumpang motor Sunghoon setelah lelaki itu mengeluarkan motornya dari parkiran ini.
"Jauh juga kamu jalan kaki, mana panas terik begini." entah itu sebuah pujian atau olokan dari Sunghoon tapi yang jelas aku hanya ingin terdiam di belakang lelaki itu sambil merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku saat Sunghoon mengendarai motornya menuju warnet itu.
Bahkan, aku masih mengingat jelas momen bersama Heeseung di karaoke tersebut. Sial! Aku pikir, aku telah melupakan kejadian itu berkat keberadaan Jungwon yang berhasil mengambil alih seluruh perhatianku. Tapi sepertinya aku hanya berusaha menutupinya agar rasa trauma dan sedih itu tak bangkit kembali dalam hidupku.
Sesungguhnya, aku masih belum bisa lepas dari bayang-bayang Heeseung.
Walau hati terasa berat, hari ini berlalu juga. Hanya saja, manajer Sukakita Karaoke tak kunjung membalas pesan dariku. Apa aku salah berbicara ya tadi? Aku takut, itulah sebabnya aku tak merasa tenang setelah pulang dari kantor. Sempat aku duduk di pinggiran kasurku sebentar, sebelum dering telepon dari Jungwon menghambur lamunanku dengan mudahnya.
"Nunaa~" panggil Jungwon begitu menggemaskan. Aku yang sangat menyukai sikap manja lelaki itu pun menjawab, "Iya sayang~". Dapat ku dengar kekehan bahagia Jungwon setelah mendengat panggilan yang aku sematkan tersebut padanya, "Sudah pulang kerja, belum?" tanya lelaki itu memancing diriku mengubah panggilan suara ini menjadi panggilan video.
"Sudah nih, baru aja sampai kosan." jawabku akhirnya kembali ceria berkat keberadaan lelaki manis bernama Jungwon ini. Jungwon pun menampilkan senyum yang sama excitednya dengan respon alami yang aku berikan padanya.
"Sudah makan malam belum, nuna?" sebenarnya ini pertanyaan klasik, tapi jika Jungwon yang menanyakankannya. Sensasi menjawab pertanyaan seperti ini menjadi berbeda.
"Belum nih, rencananya nuna mau mandi dulu lalu bersiap untuk pergi ke apartemenmu. Boleh kan nuna main kesana?" tanyaku sukses mengejutkan Jungwon sampai tak bisa lagi menahan reaksi bahagiannya.
Lelaki itu pun menjawab dengan yakin, "Boleh dong, sekalian nginep kan? Besok sabtu nuna, kita bisaa menghabiskan waktu bersama seharian~" yang paling aku suka dari Jungwon adalah sikap bersemangatnya ini yang tak henti ia berikan padaku setiap saat.