"Ada apa denganmu, nuna?" pertanyaan Jungwon itu seolah menamparku atas sikap agresif yang aku berikan pada lelaki itu. Aku sadar Jungwon merasa tak nyaman, itulah sebabnya aku berjalan mundur untuk menjauh dari lelaki itu.
Saking malunya, aku sampai membuat keputusan untuk meninggalkan lelaki itu dan berusaha membatalkan seluruh rencana yang kami buat sebelumnya. "Jungwon, nuna tak jadi nginap di tempatmu ya. Nuna pulang duluan." setelah mengatakan itu, aku balik badanku dan segera bergegas memasuki lift yang telah terbuka untukku. Jungwon yang kebingungan hanya terus berdiri terdiam sambil menatapku penuh arti dari kejauhan.
Sementara diriku yang telah memastikan lift ini perlahan naik menuju lantai apartemenku pun langsung menyandarkan tubuhku pada dinding lift tersebut. Dalam hati begitu merutuki sikap agresif yang aku berikan pada Jungwon sampai membuatnya ketakutan, tapi di sisi lain aku dilanda rasa takut yang teramat hebat berkat ancaman yang manajer karaoke SukaKita berikan padaku. Hanya seks yang dapat menenangkan ku dan aku merasa rasa haus ini benar-benar merubah diriku menjadi pribadi yang mengerikan.
Tak bisa, aku tak bisa mengajak Heeseung ke karaoke tersebut atau sekedar menghubungi lelaki itu lagi. Dia sudah memiliki wanita baru yang lebih kalem, cantik, pendiam, dan dapat ia gunakan sepuasnya sepanjang hari. Aku tak ingin lelaki brengsek sepertinya masuk ke dalam kehidupanku lagi.
Ya, aku sudah susah payah meninggalkan Heeseung tepat setelah ku pastikan kalau diriku tak hamil anaknya. Lalu sekarang, aku diminta untuk melibatkan dirinya lagi dalam kehidupanku? Padahal aku telah mengungkapkan seluruh keluh kesahku pada lelaki itu. Mulai dari kekhawatiranku pasca pemerkosaan yang ia lakukan, sampai mengutarakan alasanku tak meninggalkannya tepat setelah kejadian itu terjadi.
Dia memang penjahat kelamin. Aku takut, aku hamil anaknya. Itulah sebabnya aku bertahan menjalin hubungan tak jelas dengannya hingga akhirnya masa menstruasi itu tiba, barulah aku lepaskan penjahat kelamin itu dari hidupku.
Aku tak butuh lelaki bermodal kelamin doang seperti dirinya di dunia ini. Hidupku terlalu berharga untuk berurusan dengan lelaki brengsek itu lagi.
Tapi sekarang, aku bisa apa?
Ting!
Pintu lift terbuka, buru-buru aku berjalan menuju kamarku hingga tiba-tiba pintu lift di sebelahnya ikut terbuka seiring panggilan seseorang terdengar dari dalam lift tersebut. Aku balik tubuhku dan mendapati Jungwon berlari ke arahku untuk dipeluknya erat tubuhku secara tiba-tiba. Hampir membuatku limbung ke belakang jika tidak ditahan tubuh Jungwon yang kokoh.
"Kenapa kau meninggalkanku nuna?!" kesal lelaki itu dengan suara napas yang terdengar berat. Tak lama, ia lepaskan pelukan kami untuk menangkup wajahku menggunakan kedua tangannya. Tanpa sadar, aku berikan tatapan lemah untuk lelaki itu walau air mata telah menggenang di pelupuk mataku. Aku merasa sangat ketakutan dan malu, tapi sikap agresif Jungwon ini dapat sedikit mengobati ku kekhawatiran yang aku rasakan.
"Maafkan nuna, Jungwon." dengan suara yang bergetar aku ucapkan kalimat itu pada Jungwon. Jungwon yang sadar atas air mata di pelupuk mataku pun mengelus pipiku dengan lembut. "Jangan tinggalkan aku, nuna berjanji ingin menghabiskan malam denganku. Tapi setelah mendapat panggilan itu sambil menyebutkan nama lelaki lain. Nuna malah pergi meninggalkanku!" kesal Jungwon membuatku mengerti.
Aku alihkan pandanganku ke arah lain sambil mengutarakan, "Maafkan nuna atas ajakan yang tadi Jungwon. Nuna begitu kalut sampai tak bisa berpikir jernih. Padahal, nuna tak-" belum selesai aku berbicara. Jungwon sela ucapanku dengan ekspresi yang bingung, "Ajakan yang 'mengendaraiku'?" tanya Jungwon yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala.
Jungwon sempat terdiam sebentar sambil memperhatikan diriku yang berusaha menghapus air mata yang mengalir di wajahku. Dengan ekspresi yang lebih dingin dari sebelumnya, Jungwon berkata, "Sejujurnya, aku lebih suka berada di atas tubuhmu nuna." yang memancing diriku menatap mata Jungwon penuh rasa terkejut. Tunggu dulu, jadi Jungwon bukan merasa risih atas ajakan mesum ku melainkan tak suka karena hal tersebut?
"Aku tak suka nuna menyebut nama lelaki lain, siapa tadi? Lee Heeseung? Kenapa manajer karaoke itu meminta nuna mengajak dirinya saat melakukan survei? Apa yang terjadi di antara kalian berdua sampai membuat sikapmu berubah seperti ini, nuna?" tanya Jungwon begitu penasaran. Aku yang merasa tak enak pun menarik tangan Jungwon untuk masuk ke dalam apartemenku.
Aku ajak Jungwon duduk di sofa ruang tengah apartemenku tanpa mengatakan apapun untuk menjawab pertanyaan yang Jungwon berikan. "Manajer karaoke itu mengancamku menggunakan rekaman CCTV saat Heeseung memperkosaku." jujurku pada Jungwon sambil berusaha menahan seluruh gejolak yang aku rasakan saat ini.
Jungwon ubah posisi duduknya menjadi menghadapku untuk mengangkat wajahku agar tatapan kami bertemu. "Memperkosa?" tanya Jungwon memastikan. Aku anggukkan kepalaku yang memancing tangan Jungwon menghapus air mata di wajahku. "Iya, ceritanya panjang. Tapi nuna merasa begitu ketakutan, itulah sebabnya nuna butuh adrenalin dan satu-satunya adrenalin yang nuna inginkan hanya berhubungan seks saat ini." ungkapan ku seketika membuat Jungwon melepaskan sentuhannya di tubuhku sambil ia tatap diriku penuh arti menggunakan mata indahnya itu.
Aku yang merasa takut Jungwon menghakimiku pun berusaha menjelasakan, "Semenjak kejadian itu, Heeseung selalu memanfaatkan tubuh nuna untuk melampiaskan seluruh emosi dalam dirinya. Saat ia merasa sedih, takut, marah, cemburu, senang bahkan saat merasa cemas ia selalu melakukannya pada nuna yang membuat pola pikir nuna juga ikut berubah." sempat aku terdiam sebentar dengan tubuh yang bergetar menahan kekalutan yang aku rasakan.
Sampai aku nekat menjauh dari Jungwon sambil mengatakan, "Maafkan nuna Jungwon." tanpa sedetikpun berusahan menatap mata Jungwon dihadapanku. Namun Jungwon yang sadar atas ketidakstabilan emosi dalam diriku pun malah berusaha menahan tubuhku yang ingin bangkit dari sofa ini, "Nuna, hal yang pertama. Kau bukan Lee Heeseung, si penjahat kelamin itu. Jika kau merasa sedih, menangislah. Jika kau merasa senang, tertawa lah dan jika kau merasa marah, berteriak lah dengan keras. Bukan malah berhubungan badan seperti yang dia lakukan padamu. Kedua, apa kau mengajak semua lelaki baru yang dekat denganmu untuk melakukan hubungan badan seperti ini?" tanya Jungwon yang seketika memecah tangisku begitu parau.
"Tak ada Jungwon, hanya kau. Selama dua bulan terakhir pasca aku akhiri hubunganku dengan Heeseung. Aku tak berani menaruh perhatian bahkan membuka diri pada lelaki lain!!" jawabku sedikit tak terima dengan ucapan Jungwon. Itulah sebabnya aku berusaha bangkit dari sofa ini, namun lagi-lagi di tahan Jungwon sambil ia dorong tubuhku agar sedikit terjatuh di sandaran tangan sebelah kiri sofa tersebut.
Dengan gerakan cepat ia naik ke atas tubuhku untuk mengatakan, "Itulah sebabnya kau merasa sangat kehausan nuna, tergambar jelas dari sorot matamu sejak di parkiran tadi." ucap lelaki itu membuatku semakin malu setengah mati. Berusaha aku dorong tubuh Jungwon yang mulai menghimpit ku di sofa ini. Sekarang posisinya tubuhku sudah terbaring seutuhnya di atas sofaku atas bantuan Jungwon yang begitu agresif.
"Pulanglah Jungwon!" tanpa sadar, aku mengusir lelaki itu yang membuat tatapan mata Jungwon semakin terlihat mengerikan. "Kau mengusirku nuna?!" tanya Jungwon begitu tak terima. Tanpa menjawab pertanyaannya, aku dorong tubuh Jungwon yang membuat lelaki itu malah menangkup wajahku menggunakan kedua tangannya.
"Kalau aku memaksamu sekarang, apa nuna akan menyebutnya pemerkosaan juga? Bukankah nuna yang ingin mengendarai ku pertama kali? Sayangnya, aku tak suka dikendarai nuna. Aku dominan." Fuck! Interaksi macam apa ini?! Jungwon kenapa kau tempatkan aku dalam situasi seperti ini?!
TBC