YOU POV
"Nuna, sayang?" panggil seorang laki-laki sambil mengelus puncak kepalaku dengan lembut. Mataku mengerjap beberapa kali sambil berusaha aku kumpulkan kesadaranku secara penuh. Aku fokuskan pandanganku pada seorang laki-laki yang tengah memperhatikanku sambil tersenyum manis penuh kasih sayang. Detik itu juga aku teringat pengalaman seks paling menyenangkan dan luar biasa dalam hidupku bersama lelaki itu.
Ya, dia adalah Yang Jungwon.
"Handphone nuna terus berdering sejak tadi. Maaf membangunkan mu ya nuna, sayang. Takutnya ada sesuatu yang penting." Jungwon berikan handphone milikku untuk aku angkat panggilan tersebut. Sempat aku lihat waktu masih menunjukkan pukul lima dini hari sebelum ku lihat nomor yang menelpon ku tersebut. Ternyata nomor tak dikenal, namun kata Jungwon sudah menelpon ku beberapa kali. Mungkin sesuatu yang penting? Entahlah!
"Hallo!" jawabku sambil menuntun Jungwon berbaring kembali di sampingku. Aku menghambur ke dalam pelukan Jungwon lalu meletakkan handphone tersebut di atas telingaku yang berbaring menyamping.
"Jangan lupa, bawa Lee Heeseung atau teman kerjamu untuk menemui saya nanti siang! Saya tunggu di karaoke SukaKita!" setelah mengatakan itu, pria yang tak lain adalah manajer karaoke SukaKita pun mematikan secara sepihak panggilan tersebut. Sukses menghilangkan kantuk yang aku rasakan sampai nekat melepaskan diri dari pelukan hangat Jungwon.
"Siapa nuna?" tanya Jungwon begitu penasaran. Aku yang tak ingin Jungwon kepikiran mengenai masalahku pun mengatakan, "Salah sambung aja. Yok lanjut tidur, sayang!" ajakku sempat mematikan handphone milikku lalu meletakkannya kembali ke atas nakas sebelum menghambur ke dalam pelukan Jungwon lagi.
Dapat ku rasakan Jungwon yang mengelus puncak kepalaku dengan lembut. "Maaf atas ucapanku semalam yang terkesan kasar, nuna. Aku begitu cemburu dan tak suka saat nuna menyebut nama lelaki lain di hadapanku!" ucap Jungwon dengan nada bicara yang merasa bersalah. Membuatku tertawa pelan, "Nuna tak ambil pusing dengan ucapanmu semalam. Nuna malah ingin berterima kasih padamu karena telah memberikan pengalaman seks yang amat menakjubkan dalam hidup nuna." pujiku kini balik menatap dan mengelus wajah tampan Jungwon menggunakan jemariku.
Semakin mengembangkan senyuman manis di wajah tampan Jungwon. "Kau milikku nuna." Tak bosan, lelaki itu ingatkan diriku atas status baru kami yaitu sepasang kekasih.
Bagaimana bisa? Jungwon sangat pintar memanfaatkan situasi dengan menyatakan cinta padaku disaat hidupku begitu dipenuhi olehnya, hentakan tubuhnya, tatapan matanya yang tajam serta kenikmatan yang ia berikan di sekujur tubuhku. Siapa yang akan menolak lelaki sempurna sepertinya? Tak hanya tampan dan nikmat, Jungwon juga sangat perhatian dan menyukaiku melebihi dirinya sendiri. Itu yang Jungwon terus utarakan sejak semalam dan dia berhasil memiliki ku seutuhnya.
"Iyaa Jungwon. Ayok lanjut tidur, nuna masih ngantuk dan lelah." gumamku berniat menenggelamkan wajahku di dada Jungwon sebelum lelaki itu tangkup wajahku menggunakan dua tangannya lalu mengecup bibirku singkat. "Nanti siang aku ada janji dengan temanku, malamnya aku jemput nuna untuk menginap di apartemenku yaa?" tanya lelaki itu.
Kebetulan sekali! Siang ini aku harus menyelesaikan permasalahanku dengan manajer karaoke SukaKita.
"Iyaa Jungwon sayang~" jawabku dengan nada yang membuat Jungwon semakin gemas padaku sampai nekat mencium pipiku brutal penuh kasih sayang.
"""""""""""""""
Siang harinya..
Jungwon baru saja kembali ke apartemennya, sementara waktu telah menunjukkan pukul 12 siang. Handphoneku tak henti bergetar pertanda ada puluhan panggilan masuk dari nomor manajer karaoke SukaKita yang harus aku data. Sempat aku pejamkan mata sambil bersandar pada sofa di kamarku untuk memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Namun, aku tak bisa menghubungi Heeseung lagi. Nomorku di blokir olehnya yang membuatku tak memiliki akses lagi berhubungan dengan lelaki itu.
Bagaimana ini? Sementara manajer karaoke SukaKita bagai rentenir pinjaman online yang terus menerorku untuk segera bertemu dengannya di karaoke tersebut. Aku kalut dan merasa begitu ketakutan, namun apalah daya aku tak memiliki jalan keluar lain selain memilih opsi kedua dari pilihan yang beliau tawarkan, yaitu mengajak Sunghoon untuk pergi bersamaku.
Buru-buru, aku telepon teman kerjaku tersebut setelah mematikan sepihak panggilan dari manajer karaoke yang masuk ke handphoneku. Tak menunggu waktu lama, panggilan itu Sunghoon angkat yang langsung aku tembak dengan memintanya untuk menemaniku melakukan survei detik ini juga. Beruntungnya, Sunghoon sedang tak memiliki kesibukan sehingga mau menemaniku pergi ke karaoke tersebut.
Kami janjian bertemu di depan gedung karaoke tersebut. Sunghoon yang tiba pertama kali karena memang jarak dari rumahnya menuju karaoke SukaKita lebih dekat ketimbang jarak dari apartemenku. Butuh waktu setengah jam untukku tiba di karaoke itu, untungnya Sunghoon begitu sabar menunggu diriku.
Menyadari kedatanganku, Sunghoon tersenyum manis sambil merapikan rompi tugasnya agar terlihat rapi di depanku. Aku pun membalas senyumannya lalu menepuk lengan Sunghoon setelah berdiri di depan lelaki itu.
Perasaanku tak enak dan aku yakin skenario buruk telah mereka tata untuk menghindari pendataan pajak yang akan kami lakukan. Itulah sebabnya aku berkata, "Sunghoon, maaf ya." tidak, aku tak sanggup berkata jujur mengenai posisiku.
"Maaf kenapa?" tanya Sunghoon menampilkan ekspresi bingung di wajahnya. Aku hembuskan napas kasar, "Maaf aku menganggu waktu liburmu. Aku tak berani jika harus mendata sendiri." jawabku, sukses memecah tawa lelaki dingin ini begitu manis. Sunghoon, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah ini yaa.
"Tak usah takut, kan ada aku." jawab lelaki itu, tiba-tiba menepuk puncak kepalaku dengan lembut. Aku yang semakin tak enak dengannya pun tanpa sadar menatap Sunghoon dengan mata yang berkaca-kaca. Tak apa, semoga skenario buruk itu hanya di pikiranku saja.
Bergegas aku keluarkan papan LJK yang telah terdapat berita acaraku di atasnya. Sempat aku aktifkan rekaman suara di handphone milikku sebelum mengajak Sunghoon masuk ke dalam gedung karaoke itu.
"Biar aku saja yang bicara." ucap Sunghoon begitu gentleman. Aku anggukkan kepalaku sebagai tanda persetujuan atas sikapnya tersebut. Setelah kami masuk ke dalam gedung karaoke itu, Sunghoon ajak aku menghampiri dua resepsionis yang telah berdiri seolah menyambut kami. Namun, belum sempat Sunghoon mengatakan apapun, tiba-tiba dua orang berbadan besar menghampiri kami dan menutup mulut kami dengan sapu tangan yang mengandung obat tidur di dalamnya.
Hidungku terasa sakit setelah mencium aroma keras dari sapu tangan tersebut, kepalaku terasa berdenyut dan pandanganku mulai terasa berat. Aku masih sadar ketika Sunghoon memberontak di sebelahku, namun beberapa detik setelahnya, semua menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri dan aku yakin, ini adalah awalan yang buruk untuk kami.
Tuhan, selamatkan aku.
TBC