2

16 4 0
                                    

Selamat Membaca 💗

Seminggu telah berlalu, banyak yang sudah terlalui. Pernikahan Papa dan ibu tirinya itu pun sudah terjadi dari tiga hari yang lalu. Alisa mengikhlaskan Papa nya menikah lagi, walau berbeda dengan keinginan hatinya. Mungkin ia harus menerima kenyataan itu. Lagi dan lagi ia diingatkan untuk tidak egois.

Sekarang adalah hari Senin, hari dimana Alisa kembali untuk bersekolah setelah mengambil libur untuk urusan keluarga. Urusan keluarga yang dimaksud adalah Alisa menghadiri acara pernikahan Papa dan ibu tirinya itu.

Pagi ini, suasana dalam rumah berlantai tiga itu sangat hening. Khususnya di ruang meja makan. Alisa sedang menyantap sarapan paginya dalam diam, begitu juga dengan Papa dan ibu tirinya itu. Hari ini yang memasak bukanlah bibi Enon, melainkan ibu Anindya.

Walau demikian Alisa tidak banyak protes, ia bahkan bersyukur ibu tirinya itu mau memasak untuk dirinya dan juga Papa nya. Mungkin pemikirannya terlalu negatif tentang ibu tiri yang kejam. Ia akan mencoba untuk selalu berpikiran positif dan  menerima ibu Anindya sebagai ibu tirinya.

" Apakah masakan ibu kurang enak, Alisa? " Celetuk ibu Anindya setelah mereka selesai dari sarapannya.

Sontak saja mendengar hal itu Papa Gallen menoleh untuk melihat reaksi anak gadisnya itu.

Alisa yang ditanya oleh ibu Anindya langsung menatap ibu tirinya itu dengan senyuman yang lembut. " Itu tidak benar, masakan ibu enak. Maaf sedari tadi aku diam, aku hanya terlalu fokus untuk hari ini. " Jawabnya baik.

Papa Gallen hanya bisa menghembuskan nafas lega mendengar penuturan anaknya. Ia pikir Alisa akan marah atau tidak menjawabnya. Ternyata anak gadisnya itu menjawab dengan baik.

Mendengar respon itu, ibu Anindya langsung tersenyum lebar dan menatap wajah anak tirinya itu seraya berkata " ibu senang mendengarnya, apa Alisa mau ibu buatkan bekal untuk sekolah, sayang? " Tanyanya lagi dengan penuh harap

Ibu Anindya hanya ingin mencoba dekat dengan anak tirinya itu tidak lebih dari itu. Ia ingin membangun hubungan yang baik.

" Maaf sebelumnya ibu, bukan maksud Alisa untuk menolak. Tapi, untuk hari ini Alisa buru-buru ke sekolahnya karena hari ini upacara. " Jawab Alisa, " dan terimakasih karena ibu memiliki niat baik untukku. " Lanjutnya lagi dengan tersenyum tipis.

" O_oh... Iya sayang, ibu maklumi. Tapi untuk kedepannya Alisa mau kan  ibu buatkan bekal? " Ujar nya masih dengan penuh harap

Alisa hanya menanggapi dengan senyuman hangat nya saja. " Pa Isa berangkat dulu ya " ucap Alisa sambil menyalim tangan Papa nya.

Kemudian beralih kepada ibu Anindya, " Alisa berangkat dulu ya Bu " ucap Alisa sambil menyalim tangan ibu tirinya.

" Kamu gak berangkat bareng Papa saja, sayang ? " Ajak papa Gallen

" Enggak usah pa, Isa bawa motor aja. Bolehkan pa? " Balas Alisa seraya bertanya kepada Papa nya.

" Boleh. Tapi Isa harus pelan-pelan ya nak, jangan ngebut bawa motornya. Jangan lupa juga pake helm ya, sayang. " Ucap Papa Gallen dengan memberikan nasihat kepada putrinya.

Alisa mengangguk-anggukkan kepalanya " baik Pa, kalau gitu Isa berangkat dulu ya Pa... Bu... " Pamit Alisa kepada Mereka yang diangguki oleh keduanya.

ALISA JOHNSON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang