Ruangan putih tak berujung yang sama. Sama seperti saat dia tak sadarkan diri ketika keguguran beberapa tahun lalu. Leonor berjalan mencari petunjuk. Lebih tepatnya mencari mendiang Papanya.
"Papa..." Tapi suaranya hanya bergema.
Leonor menangis. Apakah aku sudah mati? Ia pun menghentikan langkahnya dan terduduk.
Di sela-sela tangisnya, ia merasakan sebuah tangan melingkari pundaknya.
"Jangan bersedih, anakku". Itu Papa!
Leonor langsung memeluk Papanya, mendiang Raja Felipe VI.
"Papa, apakah aku sudah mati?" Mata Leonor berkaca-kaca.
"Tidak. Kamu harus kembali. Kamu harus kuat."
"Umberto berselingkuh, Pa."
"Biarkan. Jangan pedulikan dia. Kamu harus kuat, bukan untuk dia, tapi untuk anak-anakmu, untuk kerajaan."
"Tapi aku lelah, Pa. Semua beban ini terlalu berat. Mungkin aku ikut Papa saja." Leonor masih menangis dalam pelukan Papanya.
"No, ingat anak-anakmu. Ingat Luisa dan Giovanna. Mereka masih kecil. Kalau kau mati, Luisa hanya akan jadi ratu boneka. Kau tak ingin suamimu dan selingkuhannya menyetir Luisa kan? Jangan biarkan mereka menang."
Tangis Leonor mulai mereda. Dia lepaskan pelukan Felipe. Kedua mata biru mereka bertemu.
"Apakah Papa yakin aku akan kuat menjalani semua ini?"
"Papa yakin, dan Papa akan selalu bersamamu. Di sini." Tangan Felipe menyentuh dada Leonor.
"Terima kasih, Pa."
Namun bayangan Felipe perlahan lenyap. Leonor kini kembali sendiri.
____________________________________
Umberto masih menunggui istrinya hingga hari ke-10. Dia tak memperdulikan dirinya sendiri. Makan tak teratur dan tidur ala kadarnya. Semua orang telah membujuknya untuk pulang, namun dia tak bergeming.
Hingga hari itu, dengan rasa kantuk yang ia tahan, Umberto melihat mata Leonor terbuka.
"Oh, Tuhan. Kau sudah sadar, sayang. Kau butuh apa? Eh, aku panggilkan dokter." Ucapnya sambil berlari mencari dokter.
Lima menit kemudian dia kembali bersama dokter Martinez.
"Yang Mulia Ratu, apakah Anda bisa mendengar suara saya?"
Tapi Leonor tetap diam. Hanya matanya yang terbuka sambil sesekali mengedip.
"Maafkan saya, Pangeran. Yang Mulia Ratu belum bisa merespon. Nanti akan kami lakukan cek lebih lanjut. Permisi." ucap sang dokter.
Umberto masih terfokus pada wajah istrinya. Berharap mulut itu mengeluarkan suara. Tapi ketika dia melihat matanya, dia baru menyadari sesuatu.
"Tunggu, dokter. Dia merespon."
Dokter yang hampir mencapai pintu pun berhenti berjalan.
"Maksud Anda?"
"Kedipan matanya seperti kode Morse. Kedipan pendek dan kedipan panjang. Kedipan pendek untuk titik. Kedipan panjang untuk strip."
Dokter pun kembali memeriksa Leonor. Diambilnya sebuah kertas.
Kedipan pendek 3x, kedipan panjang 3x, kedipan pendek 3x.
... / _ _ _ / ...
S O S"SOS. Dia meminta bantuan. Yang Mulia, apa yang bisa kami bantu?"
Tapi jawabannya adalah format yang sama, kedipan pendek 3x, kedipan panjang 3x, kedipan pendek 3x.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Leonor : Viva La Reina! (Bahasa Indonesia)
FanfictionPrincess Leonor akhirnya menjadi ratu Spanyol. Tapi apakah masa jabatannya berjalan mulus? Apakah sang adik, Infanta Sofia dapat menemukan belahan jiwanya? Bagaimana perjuangan Leonor untuk mendapatkan pewaris? Viva la Reina! adalah sekuel dari The...