Maret 2034.
"Carlos de Borbon Lawrence"
Sofia menggendong bayi laki-laki berusia 4 bulan itu. Bapa pendeta memercikkan air pada kening sang bayi.
Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin.
Resmilah bayi Carlos dibaptis dalam agama Katolik Roma. Pembaptisan dilakukan di chapel Istana Zarzuela pada awal musim semi. Orangtuanya memilih Ratu Leonor dan Pangeran Umberto sebagai ibu dan bapak wali baptis (godparents).
Senyum terpancar dari kedua orangtua dan kedua orangtua baptis dalam sesi foto. Sang bayi pun tenang dalam gendongan sang ibu.
Carlos kini berada dalam garis suksesi tahta no.2 setelah ibunya, Sofia. Jika bibinya, Ratu Leonor tidak mempunyai anak, maka Carlos lah yang menjadi raja masa depan Spanyol.
____________
Malam harinya, Leonor terbangun dari tidurnya.
"Umberto, kau dengar itu?" tanyanya pada suaminya.
"Apa? Bayi menangis kan biasa." jawabnya sambil mengucek matanya dan melihat pada jam di sampingnya."Ini sudah jam 1 malam, tidurlah, Leonor" lanjut Umberto.
"Aku mau mengecek mereka. Kasihan Sofia." Leonor menyingkap selimutnya dan beranjak dari tempat tidurnya.
"Baiklah, terserah kau." Umberto kembali pada tidurnya.______
Tok tok tok...
"Sofi, ini Leonor. Kalian baik-baik saja?"
Pintu pun terbuka tapi bukan Sofia yang berada di balik pintu, melainkan suaminya, Alex.
"Maaf jika Carlos mengganggu tidur kalian. Tapi kami tidak tahu kenapa dia menangis terus."
"Tidak masalah. Aku justru mau membantu jika bisa." Leonor masuk ke ruangan itu. Terlihat Sofia menggendong bayinya sambil menepuk-nepuk punggungnya.
"Sini, sini.. Coba sama tia (bibi) Leo ya."
Sofia menyerahkan Carlos untuk digendong Leonor. Ajaib, tangisnya mereda saat sudah dalam gendongan Leonor. Sofia dan Alex tak percaya pada penglihatannya.
"Kok bisa begitu ya?" Sofia terheran-heran.
"Bayi bisa merasakan perasaan orang yang menggendongnya. Kalian pasti lelah, kurang energi. Dan itu bisa dirasakan Carlos." jawab Leonor sambil menciumi pipi Carlos."Nah kalian beristirahatlah. Biar Carlos tidur denganku malam ini. Dan pikirkan juga, mungkin sekarang saatnya kalian mempekerjakan seorang nanny (pengasuh bayi)." lanjut Leonor.
"Baiklah. Tapi soal nanny, kami rasa tidak. Kami ingin membesarkan anak kami sendiri." jawab Alex.
"Kalian memang pasangan keras kepala." Leonor berbalik menuju pintu.
"Eh, jangan pergi dulu, bawa tas ini. Ada diapers dan ASIP beku. Nanti tinggal dihangatkan di alat ini. Semuanya ada di tas ini." Sofia menyerahkan tas itu.
"Iya, iya aku mengerti. Hey, Carlos. dadah dulu sama Mama dan Papa." Leonor melambaikan tangan Carlos.
"Dadah, sayang."
_________
"Apa? Kau bawa Carlos ke sini?" Umberto kembali terbangun dari tidurnya ketika Leonor masuk bersama bayi Carlos.
"Tidak apa-apa kan? Hanya semalam. Kasihan Sofi dan Alex.""Maksudku kalau dia butuh apa-apa..."
"Tenang saja, semua ada di tas ini." Leonor menepuk tas yang ada di bahunya.
"Baiklah. Bilang saja kalau kau perlu bantuan ya.""Perlu. Ambilkan basinet dari ruang sebelah dan letakkan di sebelah tempat tidurku."
"Bassinet?"
"Bassinet yang seharusnya untuk anak kita." Ada nada sedih dalam kalimat Leonor.
"Baiklah, tunggu ya." jawab Umberto sambil mencium kening istrinya.Bassinet itu terletak di ruang sebelah yang menyimpan barang-barang yang sudah tidak mereka gunakan. Tapi bassinet itu masih seperti baru karena bungkus plastiknya pun belum dibuka.
Saat Umberto membawa masuk bassinet itu, ia melihat Leonor dengan cekatan membuatkan susu untuk Carlos. Hal itu membuat mata Umberto berkaca-kaca. Namun dia hapus air matanya sebelum Leonor melihatnya.
"Kenapa diam saja, sayang? Letakkan itu di situ." Leonor menunjuk tempat kosong di sebelah tempat tidurnya.
"Iya, iya, sebentar."
"Kalau mau tidur, tidur saja. Besok kamu kan ada agenda. Aku masih akan menidurkan Carlos." Mata Leonor masih terpaku pada bayi di gendongannya. Tangan kanannya memegang botol susu.
"Baiklah." jawab Umberto.
_____
Tapi Umberto tidak bisa tidur. Pikirannya penuh pengandaian bahwa seandainya Leonor tidak keguguran waktu itu, seandainya tidak ada kista di rahim Leonor, seandainya mereka punya anak sendiri.
Dua jam kemudian tangisan Carlos membuyarkan pikirannya. Leonor sudah terlelap tertidur. Umberto segera memeriksa Carlos. Ternyata diapers nya perlu diganti.
Umberto tak ingin membangunkan istrinya. Dia gendong Carlos dan meletakkannya di sisi tempat tidurnya agar tidak mengganggu Leonor. Dia ambil diapers dan tisu basah dari tas yang diberikan Sofia tadi. Dengan pengetahuan seadanya, dia berhasil mengganti diapers itu.
Ketika akan mengembalikan Carlos ke bassinet, ternyata Leonor terbangun.
"Kau sedang apa, Umberto?" ucap Leonor dengan mata setengah terbuka.
"Carlos perlu diganti diapersnya. Tapi tidak masalah, aku sudah menggantinya. Kamu tidak perlu bangun."
"Terima kasih, sayang." Leonor memejamkan mata kembali.Lagi-lagi Umberto tidak bisa tidur. Ditatapnya Leonor yang telah tertidur sampingnya. Pikirannya kembali berandai-andai.
Dia seharusnya sudah jadi ibu.
Aku seharusnya sudah jadi ayah.______
Hari-hari berikutnya Carlos semakin sering menghabiskan waktu bersama tia (bibi) Leonor dan tio (paman) Umberto. Akan tetapi itu menimbulkan masalah baru.
"Sayang, apa tidak berlebihan kalau Carlos sering menginap di kamar mereka?" tanya Sofia pada Alex, suaminya. Malam itu Carlos kembali tidur di kamar Leonor dan Umberto.
"Maksudmu bagaimana?""Minggu ini saja anak kita sudah di sana selama 3 malam berturut-turut. Aku takut dia tidak mengenali kita sebagai orangtuanya lagi. Kita lah orangtuanya, bukan mereka." Tak terasa air mata mengalir di pipi Sofia.
"Hei.. hei.. Jangan menangis, sayang. Nanti aku bilang ke mereka. Tenang saja.""Jangan bilang ke Leonor kalau ini dari aku. Dia sangat sensitif, apalagi dia pernah keguguran."
"Baiklah, akan aku bilang ke Umberto saja. Kami para pria lebih memakai logika daripada perasaan."______
"Apa? Hanya 1 malam dalam seminggu? Tidak bisa." Leonor terkejut ketika Umberto memberitahukan keinginan Sofia dan Alex.
"Tapi mereka adalah orangtuanya, sayang."
"Siapa yang meminta ini? Siapa yang bilang padamu? Sofia?""Alex, bukan Sofia."
"Kenapa mereka tidak bilang langsung padaku?"
"Itu tidak penting siapa bilang ke siapa. Yang pasti mereka lebih berhak atas Carlos. Mereka juga butuh bonding dengan anak mereka." Umberto mencoba menjelaskan.Tapi Leonor justru meninggalkan tempat duduknya. Matanya menatap keluar melalui balkon kamarnya.
"Ini semua tidak perlu terjadi jika kita punya anak sendiri. Aku bukan hanya seorang ratu yang ingin punya pewaris. Aku juga seorang perempuan, seorang istri, yang ingin punya anak."
Umberto memeluknya dari belakang. Suami istri itu menangis bersama.
Tolong bantu VOTE (tekan bintang) jika Anda berkenan dengan cerita saya. Satu VOTE Anda sangat berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Leonor : Viva La Reina! (Bahasa Indonesia)
FanficPrincess Leonor akhirnya menjadi ratu Spanyol. Tapi apakah masa jabatannya berjalan mulus? Apakah sang adik, Infanta Sofia dapat menemukan belahan jiwanya? Bagaimana perjuangan Leonor untuk mendapatkan pewaris? Viva la Reina! adalah sekuel dari The...