26. The Nightmares

303 10 1
                                    

Sudah sebulan pasangan suami istri Leonor dan Umberto menjalani pisah ranjang. Mereka hanya menyapa dan berbicara seperlunya. Tidak lebih.

Akan tetapi, suatu malam seseorang mengetuk pintu kamar Umberto. Umberto yang saat itu sedang membaca buku pun beranjak ke pintu.

"Bolehkah aku masuk?" ucap wanita itu.

Umberto tak percaya dengan penglihatannya. Hatinya berteriak gembira. Leonor berada di depannya.

"Tentu saja, Ratuku. Pintu ini selalu terbuka lebar untukmu, Your Majesty."

"Aku sering mimpi buruk akhir-akhir ini. Krisis ekonomi semakin memburuk. Semakin banyak pengangguran. Minggu depan pemilihan umum. Semakin banyak yang anti monarki. Aku takut...."

Umberto meraih kedua tangan istrinya dan menggenggamnya erat-erat.

"Jangan takut. Aku bersamamu kemanapun kau berada."

"Bolehkah aku tidur di sini?"

"Tentu saja." Umberto menjawab secepat kilat.

"Tapi hanya tidur. Tidak lebih. Aku hanya ingin lebih tenang tanpa mimpi buruk."

"Tentu saja. Kau mau teh chamomile? Itu bisa menenangkan pikiran sebelum tidur."

"Boleh." Leonor duduk di sofa sebelah tempat tidur, sedangkan Umberto menyeduh teh instan dengan air panas.

"Ini, hati-hati masih agak panas." ucap Umberto sambil menyerahkan cangkir itu.

"Terima kasih." Teh itu memang masih panas. Leonor meletakannya di meja di depannya. Sedangkan Umberto duduk di sisinya, menatap istrinya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Well, kau masih berstatus sebagai istriku. Tidak ada yang salah kan?"

Leonor menghela nafas dan tak segera menjawab. Diambilnya cangkir teh yang mulai mendingin itu. Satu seruputan. Dua seruputan.

"Tidak ada yang salah. Dan terima kasih atas tehnya. Aku merasa lebih baik." Leonor mencoba tersenyum.

"Sama-sama."

"Bolehkah aku tidur sekarang? Kepalaku berat setelah tadi sore Perdana Menteri memberikan laporan-laporannya. Negara ini sungguh kacau."

"Tentu saja." Umberto beranjak menyiapkan salah satu sisi tempat tidur untuk Leonor.

"Terima kasih." Leonor menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. 15 menit kemudian dia sudah jatuh tertidur.

Sementara itu, Umberto yang masih belum mengantuk menatap istrinya yang sudah tertidur. What a beauty, like an angel. Umberto memaki dirinya sendiri atas perselingkuhannya. Seandainya waktu bisa diputar kembali...

____________

Umberto terbangun pada jam 6 pagi. Namun ada yang aneh. Sebuah tangan melingkar di perutnya. Pemilik tangan itu pun belum bangun. Rupanya Leonor memeluknya saat tidur.

Umberto tak ingin momen ini berakhir. Dia berusaha diam agar Leonor tak terbangun. Namun 10 menit kemudian, Leonor akhirnya bangun.

"Oh, maaf. Aku tak sengaja." ujar Leonor begitu sadar tangannya memeluk Umberto sepanjang malam.

"Tidak apa-apa. Kau tidak mimpi buruk kan semalam?"

"Tidak. Mungkin teh darimu benar-benar manjur."

"Atau mungkin karena kau memelukku?"

Umberto berbalik sehingga tubuhnya menghadap Leonor. Kedua pasang bola mata biru itu saling menatap. Tangan Umberto melingkari pinggang Leonor, membuat tubuhnya mendekat. Dan akhirnya bibir mereka tertaut. Satu kecupan. Dua kecupan.

"I miss you." ucap Umberto dengan jujur.

"I miss you, too." Leonor pun tak bisa berbohong dengan perasaannya. Apapun yang terjadi, dia masih mencintai suaminya.

Namun kegiatan mereka diinterupsi oleh handphone Umberto yang bergetar.

"Sialan. Siapa yang menelepon sepagi ini." umpat Umberto.

"Angkatlah dulu. Ini hari libur. Kita punya waktu seharian untuk melakukan apa saja. Apa saja." Leonor menekankan kalimat terakhirnya dan tersenyum manja.

"Baiklah." Umberto berjalan gontai mengambil handphonenya. Rupanya nomor yang tak dikenal memanggilnya

"Halo. Ini siapa?" ucap Umberto dengan tidak sabar.

"Halo, Umberto. Ini Gabrielle. Aku hamil." jawab wanita di ujung telepon.

Seketika itu juga muka Umberto berubah menjadi pucat. No! Ini benar-benar mimpi buruk.



.

Princess Leonor : Viva La Reina! (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang