"Bonjour, mademoiselle Arnault" sapa Letizia dari ujung telepon.
"Bonjour, ini siapa ya? Ada keperluan apa?" Gabrielle tak mengerti siapa yang meneleponnya.
"Bukan siapa-siapa. Tapi kami hanya ingin memberi penawaran," jawab Letizia.
"Oh, kami dari pihak Kedutaan tidak menerima penawaran apapun. Maaf," Gabrielle hampir mematikan telepon itu, namun Letizia langsung menyambar.
"Kami tahu tentang kau dan Umberto."
"What? Ini siapa?" tanya Gabrielle dengan ketakutan. Tangan dan kakinya tiba-tiba dingin.
"500.000 euro agar hubungan kalian yang berakhir dan untuk mulutmu agar diam. Deal?"
Gabrielle terdiam. Ini pasti ada hubungannya dengan keadaan Ratu Leonor, pikirnya. Bagaimanpun dia tahu dia harus mundur. Dia tidak mungkin bersaing dengan seorang ratu. Tapi pikirannya memiliki ide lain, ketamakan manusia.
"1.000.000 euro," jawab Gabrielle setelah beberapa menit berpikir.
Letizia menghela nafas. Itu terlalu banyak.
"700.000 euro kalau begitu, bagaimana?
"No. 1.000.000 euro. Tidak kurang, tidak lebih." Kini Gabrielle lebih berani dalam tawar menawar itu.
"750.000 euro. Itu tawaran terakhir. Jika kau menolak, kami bisa melakukan apapun pada dirimu, termasuk hal-hal buruk."
Bulu kuduk Gabrielle berdiri. Pihak seberang kini mengancam nyawanya. Dia tahu dia hanya orang biasa. Pihak kerajaan bisa melakukan apapun padanya. Mau tak mau ia menerima.
"Baiklah. Aku setuju." jawab Gabrielle.
Setelah memainkan tangannya pada keyboard komputernya, Letizia menyahut. "Done. Sudah ditransfer ke rekeningmu. Dan jangan mengganggu keluarga kerajaan Spanyol lagi. Jika tidak, ingatlah kami bisa melakukan apapun. Apapun pada dirimu. Au revoir, mademoiselle." Letizia pun mematikan teleponnya.
Satu masalah selesai, pikirnya. Diambilnya rokok yang tadi dia taruh. Satu hisapan, dua hisapan, pikirannya mulai tenang.
___________________________________
Sementara itu, di rumah sakit, Sofia masih menunggui Leonor. Sofia mencoba mencairkan suasana di antara mereka.
"Leonor, kau harus dengar ini. Ada suatu anekdot lucu tapi juga miris tentang kita." kata Sofia sambil menggenggam tangan Leonor.
Leonor tak menjawab. Tapi Sofia tahu Leonor mendengar. Matanya masih terbuka.
"Katanya, ketika seorang Borbon lahir, Tuhan melemparkan sebuah koin. Satu sisi, dia akan berselingkuh, satu sisi dia akan diselingkuhi." Sofia menjelaskan sambil tersenyum, tapi matanya menangis.
"Kita kini tahu dimana koinmu mendarat. Tapi, jangan khawatir, kami tidak akan membiarkan Umberto menyakitimu lagi," lanjut Sofia.
"Kita tahu kakek kita, Juan Carlos berkali-kali berselingkuh. Demikian pula kakeknya sendiri, Alfonso XIII. Sementara itu tante Cristina diselingkuhi mantan suaminya. Mama sendiri pernah terkena gosip berselingkuh dari Papa. Aku tak tahu mana fakta yang sebenarnya. Aku hanya berharap Alex tak berselingkuh dariku." Sofia menggunakan tangan kirinya untuk menghapus air matamya.
"Orang-orang sudah menandai klan Bourbon sama dengan klan penuh skandal. Tapi aku yakin kita bisa memutuskan rantai sialan itu. Kau kuat, saudariku. Kau ratu terbaik yang pernah ada." lanjut Sofia.
Leonor masih belum merespon tapi Sofia yakin dia paham apa yang dikatakan saudarinya
_____________________________________
Sementara itu di rumah orangtua Umberto. Konstantin dan Maria sedang duduk di ruang keluarga. Beberapa saat kemudian terdengar pintu terbuka. Anak laki-laki mereka satu-satunya, masuk.
"Hey, bagaimana kondisi Leonor?" tanya Konstantin sambil beranjak berdiri.
"Dia sudah sadar." jawab Umberto dengan datar.
"Oh, terima kasih Tuhan. Itu kabar yang bagus." ucap Maria sambil berjalan untuk memeluk anaknya. Tapi Umberto hanya diam, tak membalas pelukan ibunya.
"Tapi dia belum bisa bicara atau menggerakkan anggota tubuh lainnya. Dokter bilang butuh waktu." lanjut Umberto tetap dengan ekspresi datar.
"Oh begitu. Jangan bersedih, anakku. Kami akan terus mendoakan menantu kami, sang Ratu." ucap Konstantin sambil menepuk pundak anaknya.
"Bolehkan aku istirahat di sini? Zarzuela terlalu ramai. Aku lelah, Ma, Pa." Umberto memandang ayah dan ibunya bergantian.
"Tentu saja. Ini masih rumahmu. Kamarmu masih seperti dulu."
"Kalau begitu aku permisi dulu. Aku ingin istirahat." Umberto pun berjalan menuju kamarnya.
"Hey, satu lagi, nak. Bagaimana kabar Luisa dan Giovanna cucu-cucu kami?" ucap Konstantin setengah berteriak. Tapi Umberto sudah masuk ke kamarnya dan tidak mendengarnya.
"Sudah lah, biarkan dia istirahat." potong Maria.
"Eh kau lihat tidak, Umberto seperti aneh kelakuannya." ucap Konstantin.
"Aneh bagaimana? Kau terlalu curiga. Dia kan lelah menunggui istrinya berhari-hari." Maria tak paham.
"Seperti ada yang disembunyikannya. Tapi ya sudah lah. Biarkan saja. Nanti aku tanyai kalau dia sudah bangun." akhirnya Konstantin mengalah.
___________________________________
Sementara itu, di kamar rumah sakit itu sudah hening. Leonor sudah memejamkan matanya kembali. Dari tarikan nafasnya, rupanya dia tertidur. Untuk mengusir kejenuhan saat menunggui Leonor, Sofia memainkan games di handphonenya.
"Ah, kalah lagi. Sialan." umpat Sofia dengan lirih agar Leonor tak terbangun.
Tiba-tiba ada notifikasi di bagian atas layar handphonenya. Sebuah pesan.
Ahmad
"Yang Mulia Putri Sofia, saya ikut berduka dengan kecelakaan yang menimpa Yang Mulia Ratu Leonor. Saya juga minta maaf atas kejadian beberapa tahun lalu di antara kita."Sofia tak mempercayai matanya. Ahmad? Ahmad yang dulu sempat dia taksir ketika berkunjung ke Palestina? Ahmad yang dulu sempat ke Spanyol demi dia? (Untuk yang tidak paham, silakan baca part-part awal).
Akhirnya Sofia menjawab pesan itu.
"Terima kasih, Ahmad. Bagaimana kabarmu? Masih di Jerman?"Sofia memandangi layar handphonenya dengan tersenyum. Dia tak menyadari bahwa "koin"-nya masih berputar, antara sisi berselingkuh atau diselingkuhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Leonor : Viva La Reina! (Bahasa Indonesia)
FanfictionPrincess Leonor akhirnya menjadi ratu Spanyol. Tapi apakah masa jabatannya berjalan mulus? Apakah sang adik, Infanta Sofia dapat menemukan belahan jiwanya? Bagaimana perjuangan Leonor untuk mendapatkan pewaris? Viva la Reina! adalah sekuel dari The...