31. Epilog

120 8 4
                                    

"Yang Mulia Ratu, tolong menghadap ke sini." Fotografer itu mengarahkan pose pasangan suami istri itu.

"Nah bagus begitu. OK." Satu dua jepretan berhasil diabadikan.

"Untuk pose selanjutnya, bisakah tangan Yang Mulia Pangeran diletakkan di pinggang Yang Mulia Ratu?"

"No problem." Umberto mengikuti perintah sang fotografer dengan tersenyum.

"Ya, sudah bagus. Siap. Satu dua tiga." Sang fotografer kembali memotret Sang Ratu dan Sang Pangeran.

Dalam 30 menit selanjutnya, beberapa pose lain dilakukan. Akan tetapi, Leonor terlihat kurang nyaman.

"Apakah masih lama?" tanya Leonor.

"Saya rasa foto-fotonya sudah cukup, Yang Mulia. Saya pastikan hasilnya akan siap sebelum tanggal ulang tahun pernikahan Anda, untuk disebarkan lewat website dan sosial media." jelas sang fotografer.

"Bagus. Kalau begitu aku bisa pergi. Terimakasih." Leonor segera beranjak dari taman istana kerajaan Madrid yang dijadikan tempat pengambilan foto dalam rangka ulang tahun pernikahannya.

"Leonor, tunggu.." seru Umberto. Namun Leonor sudah masuk ke dalam mobilnya sendiri. Mobil itu melaju ke istana Zarzuela.

____________________

Umberto mengetuk pintu ruang kerja Leonor. Tak ada jawaban. Bagaikan pintu ruangan itu, pintu hati Leonor sudah tertutup untuknya. Apa yang ditampilkan kepada publik seperti di sesi pemotretan tadi hanyalah akting belaka.

Akhirnya Umberto berbelok ke ruang kerjanya sendiri. Ia menghidupkan laptop dan membuka email yang baru masuk. Akan tetapi, membaca judulnya, hatinya mencelos.

Judul : It's a boy.

Isi : Halo, Umberto. Aku tahu aku tidak boleh menghubungimu seperti ini. Tapi semua terjadi begitu cepat. Aku merasa aku perlu membagikannya padamu. Dia terlahir prematur tapi kami berdua baik-baik saja. Dia sangat tampan. Aku menamainya Konstantin, seperti ayahmu.

Salam,
G

Umberto mencari-cari jika email itu juga berisi lampiran file foto. Tapi nihil. Gabrielle tidak mengiriminya foto anaknya. Anak mereka.

Umberto menangis sejadi-jadinya. Dia merasa kalah. Bagaimanapun juga telah muncul rasa sayang pada anaknya itu. Anak yang bahkan belum pernah ia lihat. Tapi dia tak boleh melihatnya, menemuinya, apalagi menjadi ayah baginya.

Inikah karma atas apa yang telah ia lakukan pada Leonor?

Tanpa sadar ia membuka kembali laci mejanya. Sebuah pistol hitam kembali menantinya.

_________ tamat ________

Dari penulis : Saya tahu ini ending yang agak kurang. Tapi hanya sampai sini kemampuan dan ide saya. Maaf jika cerita ini jelek. Terima kasih sudah membaca.

Princess Leonor : Viva La Reina! (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang