34.

431 34 2
                                    

Eric tertidur ketika menangis didalam pelukannya tadi. Dirinya mengelus surai Eric sampai Eric tertidur pulas. Setelah dirasa Eric benar benar pulas.

Dirinya berjalan mendekati laptop Eric yang berada diatas meja belajarnya. Dia malas untuk mengambil laptop didalam kamarnya karena jalannya saja masih pincang dan susah.

Dia mendudukkan pantatnya diatas kursi lalu membuka laptop Eric dan membukanya.

Mencari sebuah file dan mengirimkan sesuatu didalam nomor seseorang yang tersimpan didalam hpnya.








"B-bang Jeno" panggilnya dengan suara serak khas orang menangis yang cukup lama.

Jeno menoleh kearah Eric "apa?" Tanyanya.

Eric menoleh kearah Jeno dengan tatapan memelas dan badan sangat lesu tanpa energi "emang bener yang dikatakan mamah itu emang bener?" Tanyanya dengan wajah yang sangat sangat menyedihkan.

Jeno diam tak bisa berkata kata. Dia menghela nafas panjang "iya" ujarnya dengan rasa sangat berat.

"Berarti kita sebenarnya anak piatu bang?" Tanya Eric.

Jeno bangun dari duduknya, berjalan masih dengan kaki yang pincang. Mendudukkan pantatnya dipinggir ranjang Eric.

"Gimana ya ric.gw juga gatau kalo kita selama ini dibohongi dalam masalah besar. Apalagi kita baru tahu ketika kita sudah sebesar ini" ujar jeno.

Eric menatap langit langit kamarnya dengan tatapan sendu "kira kira ibu kita beneran mati gak ya?" Tanyanya.

"Gatau"

Eric menoleh kearah Jeno "tapi kalo sebenarnya ibu kita beneran ga mati gimana? Dan kita ternyata dibodohi sama perempuan itu lagi" ujarnya tanpa memanggil Karina dengan embel embel 'mamah' yang biasa digunakan Eric maupun Jeno.

"Gw gatau ric, gw bakal cari keberadaannya dan Lo cukup sabar aja. Cari orang tanpa ketahui siapa dan bagaimana wajahnya itu susah ric" ujar jeno.

Eric menghela nafas panjang "gw berharap ini cuma mimpi".

Jeno mengelus rambut hitam Eric "ini sepertinya fakta bukan hanya sekedar mimpi lagi" ujar jeno.

"Gw ga nyangka, orang yang selama ini gw percaya, orang yang selama ini gw buat sandaran ternyaman ternyata orangnya bisa sebusuk itu ya" ujarnya. Meneteskan setetes air brilian itu terjatuh mengenai sarung bantal.

Jeno tersenyum kecut "kita ga bisa ngapa-ngapain juga kan?" Tanya Eric menoleh menatap kearah Jeno.

Jeno menatap mata kelam itu dengan intens"gw bakal balas dendam" ujar jeno.

"Dengan cara?" Tanya Eric.

"Pria itu punya perusahaan namanya LM COMPANY dan perusahaannya berjalan dengan pesat. Apalagi banyak sekali cabang dimana mana. Perusahannya itu memiliki hasil yang memuaskan jadi dia menjadi orang tersukses dengan urutan nomor 6" ujar jeno.

"Jadi Lo paham kan apa yang akan gw lakuin sebagai orang tersukses nomor 3?" Tanya Jeno dengan senyum sangatlah manis dan hangat. Dan menampakkan bulan sabit dimatanya.

"Hmm"

"Lo istirahat lagi biar matanya ga capek" ujar Jeno kembali mengelus rambut sang adik.

Eric mengangguk lalu membenarkan posisi Ternyaman dengan memeluk Jeno.









Mark sekarang tengah dilanda kesibukan setelah mendapatkan beberapa file dari Jeno.

Dia membenarkan letak kaca matanya yang melorot. Dia mengetik dengan lincah tanpa adanya hambatan ketypoan. Emang udah ahli ya begini.

"Mark kamu ngerjain apaan tumben fokus amat?" Tanya soobin selaku salah satu teman akrab Jeno dan Mark ketika berada dikantor.

Soobin sekarang tengah istirahat karena memang waktunya istirahat sedangkan Mark. Dia tengah dilanda kesibukan walaupun jam istirahat sudah tiba.

Soobin sedang memakan kimchi ramyeon yang terjual dikantin perusahaan. Dan tidak lupa satu cup cappucino untuk menemaninya makan ramyeon.

Sesekali soobin menyeruput ramyeonnya walaupun masih kondisi asap mengebul diudara.

"Ini tadi dapet kiriman file dari Jeno" ujar Mark.

"Emang sepenting itu Sampek jam istirahat aja masih dikerjain. Biasanya sepenting apapun pekerjaannya tetep makan nomer satu" ujar soobin.

"Ini penting banget dan harus cepet cepet ngerjainnya" ujar Mark.

Soobin yang penasaran sedikit mengintip "emangnya file tentang apaan sih?" Tanya soobin.

"Ya intinya misi penting dah" Mark memperlihatkan isi dalam file yang tengah ia kerjakan.

Soobin melototkan matanya "wahhh gila gila banget. Pantesan kamu ngerjainnya pakek mata batin"

Plakkk

"Jangan bercanda Choi Soobin" ucapnya. Lalu kembali fokus dengan laptopnya.

Soobin hanya bisa meringis saja tanpa mengeluh. "Yaudahdah semangat aja ngerjainnya, aku tinggal makan aja" ucapnya kembali menyeruput ramyeonnya dengan wajah sangat menikmati rasa ramyeon yang wahhh dahsyat sekali membuat lidahnya menari nari karena kepanasan.






Tbc

seniors || sunric • bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang