Chapter | Jiwa yang tidak sempurna
Keheningan melanda mereka, suasana tenang yang ada di perpustakaan, sangat berbeda dengan mereka, fakta tentang Angga adalah hal yang sangat mengejutkan sekaligus tidak masuk akal manusia.
"Aku adalah jiwa yang nggak sempurna, tapi Aku juga nggak tahu kapan dan dimana hal ini di mulai, dan yang Aku ingat hanya, Aku adalah potongan jiwa yang nggak bisa terlihat, Aku juga bingung Laura kenapa kamu bisa melihat keberadaaan ku saat itu di sudut perpustakaan," Angga menatap langsung mata indah Laura, ucapannya berhasil memecahkan keheningan di ruangan ini.
Laura menoleh ke samping, kemudian mengulang perkataan Angga kepada Nada, melihat ekspresi bingung Nada seakan ia paham akan kebingungan itu, karena dirinya pun begitu.
"Itu lah sebabnya, sikap dan sifat kalian berbeda, Aku selalu bertanya-tanya kenapa sikapmu selalu berbeda-beda, di sekolah berbeda dan di perpustakaan beda," Laura bingung, entah ia harus bagaimana mengekspresikannya, ingatannya berputar kembali saat ia bersama Angga yang sikapnya dingin dan saat bersama Angga dengan sikap hangatnya, sikap mereka sangat bertolak belakang.
"Tapi kenapa cuma Rara yang bisa liat Angga?" Tanya Nada menatap bingung Laura.
"Aku nggak bisa menjawabnya, tapi kalau kamu ingin tahu kenapa semua orang yang datang ke perpustakaan ini tidak sadar, jika kamu berbicara sendiri, itu karena tempat kita berbicara bersama ada di sudut perpustakaan, dan aku selalu mengajak mu pergi ke tempat yang lebih sepi," Jelas Angga sembari mengelus lembut kepala Laura.
"Apa itu karena itu juga kamu tidak merasakan sakit?" Tanya Laura yang kembali mengingat kejadian kemarin, dimana Angga kecelakaan tetapi dia bangun tanpa meringis sakit sedikit pun, sebenarnya ini hanya feeling nya saja tapi tidak salah kalau bertanyakan.
"Jiwa yang nggak sempurna, nggak bisa merasakan sakit, begitu juga dengan emosi yang di miliki, jadi nggak sempurna atau bisa di sebut cacat emosi," Jawab Angga, sudah dari lama ia memikirkan untuk memberitahu Laura namun ia merasa belum ada waktu yang pas untuk mengatakannya, tapi sekarang ia akan jujur akan semuanya kepada Laura.
"Bentar-bentar Ra, Aku masih berusaha mencerna penjelasan kamu, tadi kamu bilang cuma kamu yang bisa liat Angga, terus kamu juga bilang sikap Angga beda-beda, terus sekarang kamu bilang Angga nggak bisa ngerasain sakit, terus emosi yang nggak sempurna, rumit banget Ra," Nada memang tidak bisa melihat Angga atau mendengar ucapannya tapi Laura dengan sabar mengulang perkataan Angga untuk dirinya. Dan saat ini Nada pusing memikirkan penjelasan Laura.
"Intinya Angga yang di sekolah dan Angga yang sekarang sama kita adalah dua jiwa yang terpisah, Aku juga masih bingung Nada tapi itu yang Aku pahami," Laura mengerti secara garis besarnya dan memang ini masih tidak masuk akal.
"Terus gimana cara menyatukan jiwa, kalau jiwa bisa terpisah pasti bisa bersatu kembali kan," Nada menggerakkan tangan melebar untuk berpisah dan kembali bersama, ia mengisyaratkan jiwa Angga dengan gerakan tangan.
Laura mengangguk melihatnya, ikut bertanya kepada Angga yang sedang menatap dirinya, "Bagaimana caranya?"
"Tunggu dulu deh, caranya simple kan, kita cuma harus pertemukan kedua jiwa Angga terus nanti mereka berhadapan udah deh bersatu," Nada dengan semangat menjelaskan, tersenyum cerah menatap Laura, idenya sangat bagus bukan.
Angga menggeleng, "Nggak bisa,"
Laura mengulang perkataan Angga, membuat Nada kembali bertanya, "kenapa nggak bisa, menurutku dengan cara seperti itu pasti seratus persen dapat bersatu," Nada tetap kekeh pada usulannya.
"Itu mustahil di lakukan, nggak akan bisa," Angga kembali menjawab bahwa ide Nada tidak mungkin bisa ia lakukan.
"Kenapa, apa alasannya?" Tanya Laura menuntut jawaban dari Angga, mungkin memang benar ide Nada aneh tapi hal itu bisa di coba.
"Karena jiwa Aku sudah terikat di perpustakaan ini," Angga melebarkan kedua tangannya, menunjukan bahwa tempat ini, yaitu perpustakaan yang mengikatnya.
"APA MAKSUDMU?"
***
Halo temen temen, panggil aja aku thata ya, jangan lupa Vomen ( vote and coment), matane!* bonus pictures Angga dari sekolah
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggara | school series [End]
Teen FictionAngga teman sebangkunya, Laki-laki yang sangat tertutup, dingin dan cuek, jarang tersenyum, tapi saat bersama Laura di perpustakaan, catat tempatnya, di perpustakaan, dia jadi sangat hangat, senyumnya manis dan sangat perhatian. Apa maksudnya coba...