Chapter 24 | Menyusun kepingan puzzle jawaban
Suasana kelas hari ini seperti biasanya, ramai dan hangat, mereka yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, yang paling banyak adalah mereka yang membuat perkumpulan untuk bercerita banyak hal, Laura tidak pandai bersosialisasi jika tidak akrab, ingin berbicara dengan Nada tentang jiwa Angga, tapi Nada belum datang, dan juga kulkas dingin di sampingnya ini sangat menyebalkan, "Angga terserah kamu mau bilang apa, tapi Aku hanya ingin bicara serius,"
Meskipun Angga tidak merespon apapun, Laura akan tetap mengatakannya, setidaknya Angga mendengar perkataannya, " Kamu yang sekarang adalah jiwa yang tidak sempurna, Aku tahu ini memang tidak masuk akal tapi Aku harap kamu percaya sama Aku," Laura menatap Angga yang sedang menelungkupkan kepalanya dengan tangan yang menjadi bantalan, ia tidak tahu Angga benar-benar tertidur atau tidak.
"Diam," Angga membuka matanya, menatap tajam Laura, tanpa menjawab perkataan Laura, Angga kembali menutup matanya.
Laura mengeratkan giginya kelas melihat tanggapan Angga, "Dasar batu es,"
"Selamat pagi Rara, Aku duduk ya," Nada baru saja menaruh tas di kursinya yang dekat dengan Laura, menyapa dan duduk di depannya, "Pagi Nada," Balas Laura dengan senyumnya.
"Ada yang mau Aku bicarakan sama kamu, tapi jangan di sini," Bisik Nada sembari mendekatkan wajahnya ke telinga kanan Laura, "Tapi bentar lagi pelajaran akan di mulai kan," Meskipun Ibu Guru belum datang, tetapi memang sudah waktunya pelajaran di mulai.
"Tenang aja udah, sekarang kamu ikut Aku," Nada menarik tangan Laura, mereka berdua berjalan menuju pintu kelas, dan sebelum mereka benar-benar pergi, Nada berujar kepada teman sebangkunya Dinda, "Din Aku sama Laura izin ke UKS ya, hari pertama soalnya," Dengan mengelus perutnya untuk mendukung alasan Nada dan Laura pergi, Dinda mengacungkan jempol menanggapi Nada.
Laura dan Nada berjalan menyusuri lorong kelas yang mulai sepi, meskipun masih ada beberapa dari mereka yang berbicara di depan kelas, "Kita mau kemana Nada?" Tanya Laura yang mengikuti langkah Nada sedari keluar dari kelas.
"Ke rooftop," Jawab Nada dengan cepat, ia terus melihat ke depan dan memperhatikan sekeliling mereka takut kalau tiba-tiba ada guru yang melihat mereka, karna ini bukan arah ke UKS.
"Ayuk naik Ra," Nada lebih dulu menaiki undakan tangga, Laura mengikuti di samping Nada. "Rooftop nya luas banget, udah gitu vibesnya tenang banget lagi," Ucap Laura sembari melihat sekeliling mereka, rooftop yang sangat terjaga kebersihannya dengan beberapa pohon dalam pot yang menambah keindahan rooftop dan ada beberapa kursi taman di sini.
Nada menepuk tempat duduk di sampingnya,"Duduk di sini Ra,"
Laura mendekati Nada yang sudah terlebih dahulu duduk di sana, "Nyaman banget di sini," Laura mendudukkan dirinya di samping Nada.
"Nah, karna suasananya juga udah tenang dan damai gini, sekarang kita bisa fokus mencari jawaban tentang Angga," Nada sengaja membawa Laura ke sini, karena saat di kelas ia lihat Laura begitu kebingungan dengan sikap Angga dan pastinya Laura juga ingin segera membebaskan Angga.
Laura tersenyum mendengarnya, ternyata ini rencana Nada, "Kita susun satu persatu peristiwanya, Aku udah mikirin ini semalaman kalau kota bisa mencari jawaban dari kilasan masa lalu Angga, kita pasti bisa membebaskan Angga, Aku mulai ya, Angga tidak bisa merakan sakit dan emosi yang tidak sempurna karena dia adalah jiwa yang terpisah, jiwa Angga terikat pada perpustakaan dan sekarang menghilang, pada peristiwa kembali ke masa lalu-" Luara tidak melanjutkan perkataan nya, menarik nafas dengan berat.
"Biar Aku lanjutkan, Angga mendapat banyak kekerasan fisik dan mental dari orang tuanya, tekanan yang begitu besar Angga terima di masa kecilnya, buku itu, buku Kembali Ke Masa Lalu, Aku yakin semua yang Angga alami pasti buku itu terlibat," Nada menyentuh dahinya berpikir lebih keras untuk menemukan cara menyatukan ikatan yang hilang.
Laura kembali memutar ingatannya tentang peristiwa masa lalu Angga, "Kakek Angga yang memberikan buku itu kan, dan benar aja Angga selalu tersenyum senang membaca buku itu," Memang tidak aneh kalau anak-anak suka sekali membaca buku, tapi entah kenapa Laura melihat Angga kecil seperti ketergantungan dengan buku itu, setiap ia merasa sakit dan sedih.
"Ya, karna buku itu menceritakan kisah bahagia atau kenangan indah Angga dan keluarganya kan," Nada mengatakannya sembari menyenderkan badannya pada kursi.
"Tunggu benar deh Nada, Kamu sadar nggak sih Nad, ikatan yang hilang itu kemungkinan besar ikatan antara Angga dan orang tuanya kan," Laura dengan serius mengatakannya, ia sangat yakin akan jawabannya.
"Kita hanya perlu menyatukan ikatan antara Angga dan keluarganya," Nada menjentikkan jari ke depan, ia mendapatkan solusi.
"Kamu yakin Nad, nggak ada yang kita lewatkan, Aku ngerasa kita melupakan satu hal," Entah kenapa Laura merasa pembicaraan mereka seakan ada yang terlewat, tapi apa.
***
Halo temen temen, panggil aja aku thata ya, jangan lupa Vomen ( vote and coment), matane!
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggara | school series [End]
Teen FictionAngga teman sebangkunya, Laki-laki yang sangat tertutup, dingin dan cuek, jarang tersenyum, tapi saat bersama Laura di perpustakaan, catat tempatnya, di perpustakaan, dia jadi sangat hangat, senyumnya manis dan sangat perhatian. Apa maksudnya coba...