Chapter 14 | Terbongkar
"Apa maksudmu, Aku nggak sendirian, ini sama Angga," Jawab Laura menoleh pelan ke samping kemudian kembali menatap Nada, "Rara kayaknya kamu jangan nutupin apa-apa sama Aku, Aku udah tau kok, ekhem, kamu suka ya sama Angga," Nada bertopang dagu menatap Laura dengan senyum cerahnya menggoda Laura.
"A-apa sih Nada, Aku serius loh, Angga di samping Aku lagi duduk," Laura berusaha menutupi kegugupan nya dan menyakinkan Nada dengan ekspresi serius.
"Tapi Aku nggak liat ada Angga di samping kamu Rara," Nada mengatur ekspresinya saat melihat wajah serius Laura,
Laura menoleh saat merasa tangganya di sentuh pelan oleh Angga, "Akan Aku jelaskan Laura," Ucap Angga yang sedari tadi diam mendengar pembicaraan mereka.
"Aku—"
"Nada," Potong Ditto sambil menghampiri mereka.
"Aku tadi cariin kamu, ternyata kamu di sini sama Laura, tapi kamu udah dapet bukunya?" Tanya Ditto duduk di samping Nada.
"Belum hehe," Jawab Nada dengan cengirannya.
"Gapapa kok, kamu santai aja, tapi maaf ya, Aku nggak bisa lama, Mamah aku minta di jemput," Ditto beranjak setelah mengusak kepada Nada.
"Dah," Ditto melambaikan tangannya ke arah Nada yang di balas lambaian juga oleh Nada, kemudian berjalan menuju pintu perpustakaan.
"Udah pergi Ditto nya Nada," Ucap Laura mengingatkan Nada yang sedari tadi tidak menurunkan tangannya yang masih melambai ke arah pintu perpustakaan, "Hehe," Nada menurunkan tangannya, ia sebenarnya sedih karena perpustakaan datenya hanya sebentar tapi tingkah manis Ditto membuat dirinya sangat senang.
"Ditto juga nggak bisa lihat kamu, maksudnya apa Angga," Laura menatap Angga meminta penjelasan.
"Aku akan menjelaskannya Laura, tapi nggak di sini,"
***
"Kata Angga dia yang di sini adalah jiwa yang terpisah," Laura menatap Angga tepat pada mata hitam legamnya, di sini tidak hanya ada mereka, tetapi Nada juga ikut, mereka bertiga duduk bersampingan menghadap jendela besar. Berada di ruangan tertinggi di perpustakaan, tempat Laura dan Angga menempelkan kupu-kupu kertas.
"APAH?!"
"Ssttt," Laura menaruh jadi telunjuk di depan mulutnya, mengisyaratkan Nada untuk tidak teriak.
"Maaf Ra, tapi kamu serius?" Nada merasa heran dan hal ini tidak masuk akal kan.
"Terus kamu kira ini khayalan Aku ajah, Aku serius Nada," Laura menatap Nada dengan serius, sejujurnya ia juga masih sangat terkejut tentang hal ini, tetapi pertanyaan yang menumpuk karena sikap Angga yang berbeda-beda terjawab.
"Tapi Aku masih nggak percaya, nggak masuk akal Ra," Nada berbicara sesuai dengan pikirannya. Ini terlalu tidak masuk akal.
"Dia benar kok Laura, yang terjadi sama Aku itu nggak masuk akal, kamu berhak buat ngga percaya sama Aku" Ucap Angga dengan pelan.
"Aku percaya sama kamu, dan Aku yakin Nada juga begitu," Laura mengakui apa yang Nada bilang itu benar, tapi ia yakin dengan yang Angga jelaskan.
"Emm halo Angga, kalo emang beneran kamu di sini coba kamu pegang handphone Aku nih," Nada mengulurkan tangan nya di depan Laura, ia tidak tau dimana posisi Angga duduk.
"Aku pegang ya," Angga memegang ponsel Nada.
"Coba lepasin," Celetuk Laura
"Aku lepas ya," Nada dengan ragu menurunkan tangannya, ia menutup kedua mata takut sambil memposisikan kedua tangan menangkup di bawah untuk berjaga-jaga agar tidak jauh beneran.
"Nggak jatuh kan," Ucap Laura kepada Nada yang tengah membuka matanya, dan secara tiba-tiba ia berdiri berjalan mundur, Nada sangat terkejut melihatnya.
"H-handphone Aku, KOK BISA?!" Teriak Nada sembari kembali duduk di dekat Laura, ia akan berusaha lebih tenang, "Jadi Angga dua beneran ada di sini?" Tanya Nada sembari menatap handphone nya yang melayang.
Laura mengangguk membenarkan, tapi ia heran kenapa Nada menyebut Angga begitu, "Angga dua?"
"Iyah yang sama kamu Angga dua dan yang dingin bin cuek Angga satu," Jelas Nada kepada Laura.
"Back to topik, Tapi kok bisa Angga jiwanya kepisah?" Tanya Nada dengan serius kepada Laura.
***
Halo temen temen, panggil aja aku thata ya, jangan lupa Vomen ( vote and coment), matane!* Picture random Angga
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggara | school series [End]
Genç KurguAngga teman sebangkunya, Laki-laki yang sangat tertutup, dingin dan cuek, jarang tersenyum, tapi saat bersama Laura di perpustakaan, catat tempatnya, di perpustakaan, dia jadi sangat hangat, senyumnya manis dan sangat perhatian. Apa maksudnya coba...