Ponsel Jeffrey berbunyi, dan ia perlahan membuka matanya, merasa enggan untuk bangkit dari tempat tidur. Dengan tangan yang masih merasa berat karena mengantuk, ia meraih ponselnya dari meja samping tempat tidur dan mengklik untuk menjawab.
"Ya?" katanya dengan suara serak dan mengantuk.
"Jeffrey, ini Mami," suara lembut ibunya terdengar melalui telepon, menggema di telinganya.
"Oh, hai Mam. Apa kabar?" Jeffrey bertanya, berusaha menghapus rasa kantuk dari suaranya.
"Mami baik-baik saja, sayang. Maaf kalau teleponnya terlalu pagi. Mami hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," ibunya menjelaskan dengan nada khawatir.
"Aku baik-baik saja, Mom. Hanya sedikit panik terhadap badai," Jeffrey mengatakan dengan lembut, merasa tenang mendengar suara ibunya.
"Baiklah, tapi Mami masih belum bisa pulang karena pesawat kami masih tertunda. Yang penting, apakah kau sendirian atau bersama seseorang? Mami tahu kau mengalami serangan panik karena badai."
Jeffrey tersenyum, merasa hangat oleh perhatian ibunya. "Tidak, Mom, aku tidak sendirian. Aku bersama seorang teman. Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja. Datanglah saat semuanya sudah baik-baik saja."
"Oke, sayang. Mami mencintaimu dan sangat merindukanmu!" ibunya mengungkapkan dengan penuh kasih sayang.
Jeffrey tersenyum sendiri. "Aku juga mencintaimu, Mom. Oh, dan sekadar peringatan, aku akan berlari memelukmu seperti bayi kecil saat melihatmu nanti," katanya dengan penuh semangat, membuat ibunya tertawa bahagia.
"Haha, tidak sabar menunggu. Baiklah, Mami harus pergi sekarang. Mami menyayangi, pangeranku. Sampai jumpa lagi!" dan sambungan terputus.
Jeffrey merasa sedih dan sangat merindukan ibunya. Ia merindukan pelukannya yang hangat, percakapan-acakan yang selalu mereka lakukan, dan masakannya yang lezat. Namun, ia tahu bahwa ia akan segera bertemu ibunya, mungkin dalam satu atau dua hari. Kenyataan bahwa ia hanya harus menunggu sedikit lebih lama memberikan sedikit rasa tenang.
Dengan ponselnya yang masih di tangan, Jeffrey melihat beberapa notifikasi baru dari Twitter dan Instagram. Ibunya baru saja men-tweet:
"Panggilan telepon dengan pangeranku adalah hal terbaik saat ini. @JeffreyU127".
Jeffrey tersenyum membaca tweet itu. Ia senang mengetahui bahwa ibunya bahagia hanya dengan mendengar suaranya. Dengan perasaan hangat di hatinya, ia memfavoritkan dan me-retweet tweet tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakeven [JaeYong]
Fanfiction"I'm still alive but I'm barely breathing." Semuanya berawal dari kepura-puraan, perasaan yang berusaha disembunyikan, dan kebohongan terhadap diri sendiri.