Chapter 3: Cry

1.1K 185 22
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️

.

.

.

-Happy Reading-

🤍🤍🤍🤍

19.00 AM

Tap

Tap

Tap

Ketukan sepatu kulit terdengar jelas dan memecah keheningan di lorong rumah sakit yang begitu senyap. Seorang pria yang masih berpenampilan kantoran karena baru menyelesaikan meeting tengah berlari menyusul sebuah ruang inap anak.

Jantungnya berdegup kencang ketika mendengar bahwa anak itu telah tersadar dan entah kenapa perasaan begitu menggebu-gebu untuk bertatap langsung pada pemilik tubuh mungil itu.

Langkah itu berhenti tepat di depan kaca yang bisa ia lihat kondisi tubuh anak itu. Mata setajam elang dan sedingin kutub es itu menatap seorang dokter dan satu perawat yang sedang melakukan pemeriksaan.

Pria itu menunggu sampai kedua orang tua berjalan keluar dan tentu tanpa membuang waktu ia siap mendengarkan penjelasan kedua orang yang barusan memberikan pemeriksaan pada Bintang.

"Bagaimana kondisinya?"

"Kondisi balita saat ini lebih baik dari sebelumnya namun masih perlu pengawasan dari rumah sakit unt-.."

"Intinya kondisinya belum stabil" tukas Reygan dan membuat kedua orang itu menganggukkan kepalanya. Tak ada yang berani menyalahkan sikap pria tersebut karena ia adalah seorang Alexius, marga dari keluarga konglomerat yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar di benua Asia.

"Kami akan melakukan pengecekkan setiap dua jam sekali" Reygan hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti kemudian ia mempersilahkan dokter dan perawatnya itu untuk pergi.

Kini saatnya ia menemani balita tersebut. Perlahan namun pasti kini Reygan telah duduk di samping brankar Bintang yang kini menatap dirinya dengan tatapan sayu.

Keheningan membentang di antara keduanya, namun di balik keheningan itu ada sebuah kejadian yang begitu langka di mana tangan Reygan tergerak untuk memegang tangan kecil Bintang.

Bintang pun menatap Reygan seolah menunggu pria itu berbicara. Adapun Reygan lagi-lagi kembali terpaku pada Bintang, entah kenapa hatinya terasa hangat ketika tangan kecil itu berada di dalam genggaman tangannya yang besar.

Sebuah insting untuk melindungi Bintang begitu kuat saat kedua mata itu saling bertaut pada sang pemilik mata bulat menggemaskan itu.

"Bintang.. namamu Bintang" ucap Reygan. Mudah bagi pria itu untuk mencari informasi tentang Bintang dan juga seorang pemuda bernama Genta itu.

"Pasti selama ini hidupmu menderita baby.." ucap Reygan seraya mengelus lembut rambut Bintang. Sikapnya yang begitu lemah lembut pada Bintang membuat Reygan merasa heran dengan dirinya sendiri. Ia tidak mampu menunjukkan pribadi yang dingin dan arogan seperti biasanya di hadapan Bintang.

Star (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang