non-baku | semi-lokal, angst, toxic | 19k words
Prompt
Tak pernah Seulgi menaksir orang semudah dan secepat ini. Tanpa tahu resiko, konsekuensi, dan bayaran yang harus ia terima. Liburan singkat berubah menjadi pelajaran yang datang sekali seumur hidup.+++
Seulgi terbiasa dipanggil sebagai anak mama. Bukan karena dia manja atau apa-apa selalu ditemani Mama tercinta. Banyak orang salah kaprah setiap Seulgi dipanggil seperti itu oleh Mamanya.
Yang dimaksud itu tidak jauh-jauh dari keluarganya. Bukan bermaksud lain, Seulgi memang lebih dekat dengan keluarga besar dari Mama dibanding Papa. Menurut Seulgi keduanya baik, tapi ketika membicarakan keluarga Mamanya, Seulgi merasa seperti di rumah.
Seulgi penasaran jika ada yang mengerti maksudnya.
Orang-orangnya hangat. Meskipun canda tawanya kuno, tapi banyak yang memedulikan Seulgi. Apalagi setiap pulang dari mudik, Seulgi selalu mendapatkan uang jajan dari Pakde Dan Budenya.
Seulgi harus diam-diam menyimpannya agar Mama tidak mengambil hak uangnya. Terus terang saja, Seulgi memang menyukainya karena dengan begitu ia bisa membeli apapun yang ia mau.
Atau ketika berkumpul dan semuanya mulai membicarakan satu sama lain. Kenangan lama, status kehidupan, apakah dia sudah kuliah atau bekerja atau masuk sekolah. Hal-hal sederhana itu yang Seulgi temukan di sana dan dia menyukainya tahun demi tahun.
"Lo mikirin apa, sih?"
Seulgi cuma tersenyum. Apakah sahabatnya mau mendengar apa yang dia pikirkan?
Ia benarkan posisi iPad-nya dan mengambil gelas kopi yang tersisa setengah itu. Kini dia bersama sahabatnya sedang menikmati ramainya kafe di sini.
Seulgi cengar-cengir. "Ada deh."
"Hadeh, pikirin itu skripsi lo! Malah nyengir kuda... Kenapa sih?!"
"Ada deh, Wen."
"Orang gila." Wendy ikut mengambil gelas kopinya, ia teguk sedikit kasar. "Yaudah, kan lo di sini buat bantuin gue. Berarti bantuin gue."
"Mana... heheh, mana yang sulit, Wen?"
Wendy berdecih. Ia taruh kedua tangannya di samping tubuh, kelakuan jail Seulgi ini benar-benar tak mendukung situasinya. Wendy tidak ingin marah, mungkin sahabatnya lagi dalam keadaan hati yang bahagia. Hanya saja, hadeh!
"Iyaaaa, maaf, maaf." Akhirnya Seulgi kembali serius. "Sini, yang mana?"
"Gak jadi, deh." Wendy menutup sedikit layar laptopnya agar bisa melihat wajah Seulgi lebih baik. "Mending ceritain aja deh apa yang lo pikirin itu."
"Loh, yo opo toh? Jare ngambek?"
"Udah lah, cepetan!" Wendy mengibas-ngibas tangan di udara. "Keburu gue berubah pikiran!"
"Gue bakal balik ke Malang."
Wendy kaget. "Tiba-tiba? Acara apa?"
"Jadi, sepupu gue wisudaan. Nyokap ngajak gue buat ikut ke sana. Awalnya gue mikir-mikir toh gue lagi skripsian kan."
"Tapi lo mau ikut biar lo bolos bimbingan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall ─ Seulrene
Fanfiction⸝⸝ wonderwall (n.) it's someone who is the reason for your happiness; a soulmate; a forever love. [ oneshots; short story ] ©Seulgibaechuu, 2021.