non-baku | fluff, romance | 4,4k words
prompt
Tidak tahu mana lelucon, mana kebenaran. Irene dan Seulgi sama-sama mencari kebenaran dibalik reaksi ambigu mereka.+++
Irene memandang dua ayunan yang kosong. Hawa dingin menyelimuti tengah malam, semua orang sibuk merayakan pesta tahun baru bersama keluarga dan kerabat. Mungkin, pacar juga.
Berbeda dengan Irene, dia bahkan tidak punya uang untuk kembali ke kampung halaman. Orang tuanya tak mempermasalahkan jika anaknya tidak bisa pulang akhir tahun ini. Berpikir jika lebih baik Irene tetap di Seoul agar fokus dengan kuliahnya, daripada membuang uang dan tenaga kembali ke rumah.
Meski setengahnya benar, tapi Irene tidak menyetujui orang tuanya. Pada akhirnya dia cuma bisa menjadi anak penurut, membiarkan waktu yang akan menjawab kapan Irene bisa pulang.
Sekarang, Irene duduk dan memegang kedua sisi rantai ayunan. Ia mengayunkan perlahan-lahan dan menatap pemandangan Sungai Han di depannya. Tidak disangka kalau tempat ini masih seramai seperti biasanya, dan ada beberapa pasangan menghiasi pemandangan Irene.
Melihat itu Irene semakin cemburu. Sudah tidak bisa pulang ke kampung halaman, dan sekarang dia harus menyaksikan orang pacaran?
"Enak ya," Irene memanyunkan bibirnya dan menengadahkan kepala. "Semua temanku udah punya pacar, dan mereka bisa pulang ke rumah Sedangkan aku di sini... sendirian..."
Nasib Irene tak seburuk itu, setidaknya. Temannya mengajak Irene untuk bergabung merayakan akhir tahun bersama keluarga mereka, tapi Irene menolak karena merasa itu hanya menambah beban keluarga temannya.
Ini kali pertamanya Irene disibukkan oleh kuliah sampai ia sendiri tak mampu untuk meluangkan waktu dan uang agar kembali ke Daegu, mengesampingkan orang tua mereka tak keberatan. Tak mengira kalau semester ini akan mencekik lehernya, juga terjebak di kota ternama. Irene menghabiskan waktunya di taman bermain kecil ini.
Tidak tahu kenapa harus taman bermain, Irene pikir di sini satu-satunya tempat yang memberikannya ketenangan di tengah kota yang selalu ramai.
Ditahun 2021, Irene tidak melakukan banyak hal yang membanggakan. Jadwal sehari-harinya cuma sibuk pergi kuliah, lalu makan, lalu nugas, lalu tidur. Irene tidak lepas dari handphone-nya, bisa saja dia semakin kecanduan dengan sosial media.
Tidak ada perkembangan, begitupun nilai dan status hubungannya. Irene tahu ia menyedihkan, tapi bagaimanapun dia sudah berusaha keras dan jika ini hasilnya, Irene cuma bisa menghela napas.
Tiba-tiba ada pasangan berjalan mendekat, memberikan radiasi buruk untuk Irene. Terpaksa kelinci itu bangun dan meninggalkan taman bermain daripada tersakiti melihat orang pacaran. Sebab tak punya tujuan lain, Irene pergi kembali ke apartement-nya.
Sebelum itu, Irene sempatkan untuk mampir ke 7-Eleven yang masih buka, tepat di samping gedung apartement-nya. Irene mendorong pintu kaca, masuk sambil bersenandung lagu kesukaannya. Dia hanya perlu membeli cemilan untuk menemani malamnya sambil menonton film, atau mungkin pergi belajar agar dia tidak diancam drop out.
"Padahal cuaca di luar itu dingin loh, dan kamu masih betah keluyuran, Irene?"
Irene berhenti mendengar sindiran tapi lembut itu, selagi mengambil keranjang Irene berputar ke arah kasir. "Bagaimana denganmu? Betah berdiri sambil menyapa pelanggan yang masuk?"
Senyum kecil terpampang di wajahnya. "Ya mau gimana lagi? Tanpa ini aku gak bisa makan."
Irene tersenyum tipis. Sejak tinggal di apartement, dan setiap kali Irene pergi berbelanja di sini, dia selalu diajak ngobrol oleh perempuan muda di kasir tadi. Meskipun Irene tipe yang tidak suka didekati orang asing, namun untuk perempuan itu berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall ─ Seulrene
Fanfic⸝⸝ wonderwall (n.) it's someone who is the reason for your happiness; a soulmate; a forever love. [ oneshots; short story ] ©Seulgibaechuu, 2021.