Drunken Seulgi

2.2K 252 27
                                    

non-baku | fluff | 2,8k words

prompt
Belum pernah Irene melihat seseorang yang mabuk bisa sangat menggemaskan ketika dia bicara.

+++

Irene melihat ke jam dinding di kamar. Sudah jam 11 malam dan Seulgi belum pulang. Padahal sedari tadi Irene sudah meneleponnya berkali-kali, tapi entah kenapa Seulgi tak pernah mengangkat.

Wanita ini mencoba untuk tidak khawatir. Irene sangat mengerti kalau pekerjaan Seulgi menumpuk, atau setidaknya Seulgi pernah menjelaskan kalau dia suka pulang larut.

Irene tak keberatan meski faktanya dia harus menghabiskan malam tanpa Seulgi. Sebab ketika dia bangun, dia akan melihat Seulgi tertidur pulas di samping Irene masih dengan pakaian kerjanya.

Tapi, karena ini sudah sangat larut, Irene tak bisa pergi tidur duluan. Sejak tadi Irene bolak-balik ke pintu depan lalu ke kamarnya lagi, mengecek jika Seulgi sudah datang.

Handphone-nya bergetar, seseorang menelepon. Irene tersenyum lega ketika nama Seulgi yang muncul di layar.

"Hallo, Seulgi?"

"Ah, hallo! Ini dengan Irene?"

Irene berkedip. Suaranya tidak familiar. Jelas itu bukan Seulgi yang menjawabnya. Siapa wanita dibalik suara itu? Dan, mengapa dia menelepon pakai handphone Seulgi?

"Ya, aku Irene. Kalau boleh tau, ini siapa?"

"Oh, maaf! Aku Wendy, teman kantor Seulgi."

Oh. Teman kantor. Sangat konyol karena tebesit di kepalanya kalau wanita itu adalah orang asing yang sedang bersama Seulgi. Irene sangat mudah khawatir, dia tak tahu harus apa jika Seulgi belum pulang dan harus mendapatkan telepon dari orang asing.

"Oh, Wendy. Ada apa? Apa sesuatu terjadi pada Seulgi?"

"Seulgi gapapa, hanya aja dia mabuk berat. Aku dan temanku sedang mengantarkannya pulang. Aku ingin bertanya nomor apartement-nya tapi sepertinya Seulgi terlalu mabuk untuk menjawab."

Otomatis Irene tersenyum. Dia tidak pernah melihat Seulgi mabuk sebelumnya. Mereka pernah minum bersama tapi itu pun tidak cukup kuat membuat mereka mabuk.

"Lantai 3, nomor 23."

"Terima kasih, Irene. Sekarang aku masih diperjalanan, sebentar lagi kami sampai."

Telepon mati membuat Irene beranjak dari kamarnya. Memilih untuk duduk di sofa sambil sesekali menatap ke pintu depan. Isi kepalanya mulai dipenuhi tentang gambaran seperti apa kalau Seulgi mabuk.

Tidak terasa waktu berjalan, Irene mendengar suara bel pintu. Dia bergegas membukakan pintu dan melihat ada 3 wanita yang menggendong Seulgi ditengah-tengah mereka.

"Irene, kan?"

Dari suaranya Irene tahu dia siapa, "Ya, dan kamu pasti Wendy. Terima kasih udah mau nganterin Seulgi pulang."

"Nah, it's nothing. Seulgi sangat mabuk malam ini."

Tiga wanita itu membantu Seulgi berjalan setidaknya sampai terduduk lemas di sofa. Hidung sensitif Irene bisa mencium bau nyengat alkohol dari baju Seulgi dan teman-temannya.

Wonderwall ─ SeulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang