05 - Night Beach

7.3K 434 4
                                        

Welcome back!

Happy reading 💖


-o0o-

Otak dalam kepalanya memproses sesuatu yang tak pernah dia pikirkan sekarang. Bukannya membalas, justru bos muda yang masih termakan emosi itu langsung mendial nomor Raya. Tidak lewat dua menit setelah pesan itu sampai.

"Raya, masih kerja?" tanya Tama terburu-buru begitu panggilan tersambung.

---

CHAPTER 05 – NIGHT BEACH

Playlist: Tulus - Labirin

---

Mobil Tama | 16.50

"Raya, masih kerja?" tanya Tama terburu-buru begitu panggilan tersambung.

Suara di sana tampak sedikit gaduh ketika pertama kali Tama mendengarnya. Apa gadis itu sedang di kantor? Kenapa ricuh sekali? Seperti... barang jatuh?

"Ng-nggak, Mas. Harusnya bisa bales chat aja nggak usah samp—"

"Mau temani saya sore ini? Saya jemput kamu. Stay there, in apart," potong Tama langsung.

"Bisa, sih," nada Raya berubah gelisah. "Mau ke mana?"

"Ke mana aja. Saya butuh refreshing," desah Tama lelah. "Tolong."

"Oke," jawabnya masih hati-hati.

"Kenapa jawaban kamu kayak gitu dari tadi?" tanya Tama heran.

"Menurut kamu aja kenapa? Aku tadi cuman ngirim chat dan kamu langsung nelpon. Awalnya aku pikir kepencet. Malah surprise part 2 ngajak keluar," gerutu Raya.

Kekehan Tama terdengar. Akhirnya, perasaannya ringan. "Saya butuh temen. Kev lagi di kantor."

"Bisa, kan, dijelasin pelan-pelan," decaknya. "Iya, aku siap-siap kalau gitu. Kamu nggak perlu naik, tunggu di basement aja. Mau main doang, kan? Aku nggak pakai baju formal."

"Tadi kamu tanya wawancara, ya? Kalau sekalian aja gimana?" tawar Tama.

Gadis di seberang terpaku sebentar. Suaranya berubah berbinar, "Boleh! Yes!"

Entah sadar atau tidak, tapi Raya yang memutuskan telepon itu sepihak. Benar-benar tanpa kalimat perpisahan—walaupun sebentar lagi mereka juga akan bertemu.

Tama yang awalnya bertujuan menyetir ke luar kota membanting stir belok ke apartemen Raya. Masih macet tapi tidak ada masalah. Perasaannya yang sedari tadi terhimpit amarah sudah lega. Memang. Ia hanya butuh teman berbicara.

Hari semakin sore dan baru disadari Tama bisa jadi Raya sudah lelah seharian ini bekerja. Kenapa dia tidak bertanya hal itu lebih dulu? Dasar. Sepertinya dia harus banyak berlatih komunikasi dengan Raya setelah ini.

Kini mobilnya terparkir rapih di basement apartemen. Ia juga sudah menghubungi Raya kalau tiba di bawah. Rasanya seperti mau kencan saja.

Pikiran itu membuat Tama menahan senyum.

"Hai!" sapa Raya riang. Senyumannya ikut membuat Tama tersenyum. "Spill, dong, mau kemana?"

Tama terkekeh pelan. Pandangannya terpaku dengan pakaian Raya yang santai. Tampak sekian tahun lebih muda dari umurnya. "You're pretty. Memang selalu begini kalau keluar?"

Stable - Unstable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang