Kantin FEB sedikit lengang karena pada jam sore hari mahasiswa banyak yang meninggalkan kampus. Menyisakan beberapa orang yang lalu lalang beraktivitas di luar kegiatan belajar.
Jaendra cukup senang mendapati kantin yang biasanya ramai, kini menyisakan banyak bangku kosong seakan seluruh kantin menjadi miliknya sendiri. Ia bisa bebas memilih tempat duduk sesuka hati.
Jaendra baru makan siang di jam 4 sore setelah melewati beberapa jadwal super padat di hari senin ini. Bersyukur perutnya bisa bertahan, hanya dengan dua buah risoles mamah Dedeh yang Jaendra beli sebelum kelas profesor Tirta dimulai dua jam yang lalu. Itupun ia makan secara sembunyi-sembunyi karena tak sempat meluangkan waktu untuk makan siang di kantin.
Setelah memesan es jeruk, laki-laki itu memutuskan untuk pergi ke kursi paling ujung sambil menikmati angin sore yang sedikit lebih sejuk. Kelas Dion masih sekitar 30 menit lagi, jadi Jaendra akan memesan nasi goreng nanti setelah Dion— yang berbeda fakultas dengannya, tiba untuk makan bersama.
Baru saja mendaratkan bokongnya di kursi kantin, Jaendra terperanjat ketika merasakan tubuhnya menduduki sesuatu dan menemukan sebuah gantungan persegi tergeletak di atas kursi.
Tentu, laki-laki itu memicing. Benda persegi panjang itu terlihat aneh baginya. Tokoh kartun melody membingkai sebuah foto laki-laki tampan tak dikenal berpose dua jari.
Jaendra mencoba menguliknya. Membolak-balik gantungan tersebut berharap mendapat informasi penting tentang siapa pemilik gantungan girly ini. Jaendra menarik foto tersebut, lalu yang ia dapat adalah logo dan huruf kecil di belakangnya.
"Chen EXO? Anak jurusan mana dia? Aneh banget namanya."
Namun yang membuat Jaendra lebih kaget adalah, masih ada sebuah kartu lain terselip di dalamnya. Nama sebuah bank terpampang jelas di pojok kanan kartu. Orang bodoh mana yang menyimpan ATM dalam gantungan norak seperti ini?
Ya, Jaendra menganggap photocard holder itu norak.
Tidak tahukah Jaendra, kalau dia mengatakan itu di depan seorang kpopers garis keras, ia sudah pasti habis dimaki-maki sampai telinganya meledak dan seluruh aib-aibnya terbongkar sampai ke akar-akar.
Jaman sudah canggih, dan Jaendra sadar sepenuhnya bahwa dia tumbuh dengan teknologi yang sudah maju. Ini saatnya memanfaatkan alat komunikasi untuk berbuat baik. Jadilah, tanpa pikir panjang lagi, Jaendra mengambil beberapa gambar dari barang hilang tersebut lalu menyebarkannya di semua grup kampus yang dia punya. Aktif di UKM dan menjadi pengurus BEM adalah salah satu keuntungannya.
"Gais siapa tahu ada yg kenal sama temen yang namanya Chen EXO, fotonya jatuh di kantin FEB. Kalo ada yang ngerasa kehilangan barang ini, ambil aja ke gue. Tolong sebarin ke grup maba juga."
Setelah memperhatikan card holder itu sebentar— hanya untuk berpikir ada seorang laki-laki yang mempunyai barang tak biasa ini. Dia tertawa geli, kemudian disimpannya benda itu ke dalam saku kemejanya.
Sesekali ia mengecek ponsel, memeriksa notifikasi yang masuk. Tak butuh waktu lama, hanya ada sekitar 15 menit Jaendra membagikan informasi kehilangan. Seorang gadis tiba-tiba datang serampangan, tanpa ragu mendatangi kursi Jaendra yang merupakan satu-satunya mahasiswa yang berada di kantin selain para penjual makanan.
"Kak... Jaendra? Jurusan... manajemen bisnis???" Ucapnya, terengah.
"Y-ya?"
Kening Jaendra mengkerut seketika. Apa yang dibicarakan gadis itu? Tiba-tiba datang seperti seseorang maling yang baru dikejar warga. Rambut kucir kudanya melorot ke bawah leher bersama totebag yang disampirkan asal-asalan.
"Aku... Itu... Chen EXO." Katanya lagi sembari tersengal, mengisyaratkan bentuk persegi dengan dua jari telunjuknya.
"O-ooh? Kamu—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown: 100th Days
FanfictionMencintai wanita yang sama dan terjebak dalam kisah cinta segitiga, tidak pernah menghancurkan kokohnya persahabatan Dion dan Jaendra. Namun justru cinta yang paling tulus lah yang membuat mereka tenggelam dalam luka paling dalam. Anara hanya mampu...