1.1 - She And Her Past

182 21 42
                                    

Sorry for typo and happy reading

°°°

Chatting Room

23:30
Dion:
Sayang?
Udah tidur?

Anara:
Kak Dion...

Dion:
Nunggu lama ya?

Anara:
Aku kangennnn


Dion:
Maaf yaaa, malam ini aku sedikit terlambat.
Kita cuman bisa ngobrol pas malam aja.

Anara:
Gapapa, aku ngerti
Gini aja aku udah seneng


Dion:
Aku janji untuk datang setiap malam, meski selalu hanya lewat tulisan. Tanpa bisa bertemu

Anara:
Aku mengerti, jangan khawatir.
Kak Dion selalu tepatin janji sampai hari ini.


Dion:
Sudah hari ke-97 ya...

Anara:
Waktu kita tinggal 3 hari
lagi?
Mengapa waktu terasa begitu cepat


Dion:
Aku benar-benar minta maaf.

Anara:
Aku kangenn, rasanya pengen lari meluk kak Dion langsung, saat ini juga


Dion:
Kita udah gabisa seperti itu lagi Anara. Itu... Sangat mustahil.


Anara:
Aku tahu,
Dan itu bikin aku sedih


Dion:
Sayangku Anara, jangan sedih

Anara:
Kak Dion temenin aku lagi malam ini ya


Dion:
Lucu ya, dulu aku selalu marah kalo kamu begadang. Tp sekarang malah aku yang bikin kamu begadang tiap malam.
Mau ngobrol apa malam ini, hm?

Anara:
Apapun itu

Dion:
Nostalgia cerita pas awal kita pacaran? Atau saat pertama kali ketemu di acara festival kampus?
Tapi kayaknya aku sering ceritain itu tiap malem ya, haha

Anara:
Apapun itu, selama aku masih bisa terhubung sama kak Dion, aku ga akan pernah bosan.

Dion:
Ah, kayaknya ini belum pernah aku ceritain deh.

Anara:
Apa itu?

Dion:
Kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu.







---------------





Anara menelungkup sembari memainkan ponsel. Sesekali menerbitkan senyum hingga tertawa meski harus tertahan. Tidak lucu jika seisi rumah ketakutan karena mendengar suara cekikikan wanita di tengah malam. Bisa-bisa Mamanya mengira ia kesurupan.

Jelas, Anara bahagia sekali malam ini sampai rasanya tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Menghabiskan waktu berbagi cerita-cerita seru di tiap malamnya bersama sang kekasih, seolah tidak ada hari esok.

Tapi... memang pada kenyataannya seperti itu.

Anara harus menelan kenyataan pahit bahwasannya waktu adalah musuh terbesar hubungan mereka saat ini. Tidak akan sedikitpun Anara menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin hanya datang sekali seumur hidup. Sebuah kesempatan tak masuk akal yang tidak pernah Anara pedulikan kebenarannya. Yang terpenting bagi Anara hanyalah bagaimana menggunakan waktu yang tersisa bersama Dion sebelum mereka benar-benar tak lagi memiliki kesempatan untuk bersama.

Countdown: 100th DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang