"Mengakui sisi lemah dalam dirimu tidak akan membuatmu terlihat menyedihkan. Bersandarlah padaku, dan izinkan aku menjadi sumber kekuatanmu."
-Anara
---
"Selamat siang kak Dion!"
"Selamat sore kak Dion!"
"Kak Dion... Aku datang!"
"Sore kak Dion!"
Suara cempreng Anara bukan hanya sekadar hinggap di kepala Dion sekarang, tetapi seolah menjadi gema yang selalu mengisi setiap sudut pikiran, bersaing dengan sel-sel abnormal yang kini sedang mencoba menggerogoti otaknya.
Dion mengira kunjungan pertama Anara di sore hari itu akan menjadi pertama dan terakhir setelah ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan fokus pada penyembuhan kanker otak.
Namun ternyata, Dion salah perhitungan. Sebab ia tak pernah menduga jika gadis itu akan terus-menerus datang setiap hari tepat di jam 4 sore— di waktu besuk Dion. Seberat apapun beban perkuliahannya, Anara datang dengan wajah penuh binar sambil menenteng apapun di kedua tangannya.
Satu... Dua... Tiga...
"Selamat sore kak Dion!"
Pintu bergeser perlahan, munculah sosok gadis pendek dengan rantang tupperware ungu kesukaannya. Wajah itu jelas terkejut, karena menemukan Dion berdiri bersilang tangan di depan pintu ruangan, menatap dengan senyum asimetris. Menyambut kedatangan Anara dengan suara tiruan yang dibuat-buat semirip mungkin dengan Si gadis.
"Loh, kok kak Dion yang ngomong sih!"
"Gue sampe hapal banget kalimat keramat ini." Dion merotasikan kedua bola mata.
Tidak tahu kah, sejak lima menit yang lalu dia sudah berdiri di sana hanya untuk mengatakan sambutan wajib yang telah ia dengar beberapa minggu terakhir.
"Astaga, kenapa kak Dion bisa berdiri disini? Ayo tidur lagi!" Anara jelas panik, meraih lengan Dion untuk mengantarkannya ke ranjang.
Tapi laki-laki itu segera menahan, kemudian menghela malas. "Nar, gue itu kanker, bukan lumpuh. Gue masih boleh beraktivitas kayak biasa kok."
"Y-ya tetep aja kak, harus banyak istirahat."
"Kalo istirahat mulu, tulang gue lama-lama jadi kaku." Dion melepaskan diri dari tautan di lengannya. "Anara, gue udah bilang gak usah datang lagi. Gak cape apa?"
"Enggak cape sama sekali." Gelengnya cepat, dibarengi senyum yang menjalar sampai ke mata. Sesenang itu kah?
"Terus, lo emang gak ada kegiatan UKM lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown: 100th Days
Fiksi PenggemarMencintai wanita yang sama dan terjebak dalam kisah cinta segitiga, tidak pernah menghancurkan kokohnya persahabatan Dion dan Jaendra. Namun justru cinta yang paling tulus lah yang membuat mereka tenggelam dalam luka paling dalam. Anara hanya mampu...