2.1 - Our First Met

66 18 13
                                    

Terkadang cinta tumbuh dari hal-hal yang paling sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang cinta tumbuh dari hal-hal yang paling sederhana. 




-




September, 2018

"Lu daftar UKM teater?!" Chandra memekik pelan melihat formulir pendaftaran yang telah terisi nama sahabatnya di kolom pertama.

Anara mengangguk antusias, menyelipkan alat tulisnya ke dalam saku tote bag. Ditariknya kertas formulir itu dari tangan Chandra secepat kilat. "Anter gue ke sekre teater buat ngasihin ini yuk!"

"Lu bener-bener milih teater? Katanya mau ikut fotografi bareng gue!?"

"Gak jadi. Gue berubah pikiran."

"Kalo lu gak ikut, gue juga engga jadi daftar fotografi."

"Yaudah, kalo gitu ikut teater bareng gue aja."

"Dih gamau! Gue gak minat."

Chandra merengut kesal, bibirnya mengerucut dengan pipi yang ikut menggembung seperti ikan buntal. Dia kira Anara akan membujuk, lalu menuruti keinginannya. Chandra tahu betul jika Anara sangat menyukai fotografi sepertinya, tapi sekarang tiba-tiba saja ia berubah pikiran?

Kemudian Chandra teringat sesuatu. Langkahnya langsung terhenti, menarik Anara sejenak di tengah-tengah perjalanan mereka menuju sekre. "Jangan-jangan lu cuman pengen ketemu kak Dion?!!!"

Anara tidak segera menjawab, dia hanya berdeham membuang pandangan. Tidak ada niat untuk meng-iyakan, karena ia yakin Chandra akan menertawakannya.

"Bener 'kan?" Tuntut Chandra tak sabaran. Dia ingat betul, setelah kegiatan ospek berakhir, Anara beberapa kali menyinggung nama kakak tingkat yang menurut Chandra sangat menyebalkan itu, hingga Chandra sendiri tidak ingin lagi bertemu dengannya satu kalipun. Tapi Anara terus-terusan membicarakannya setiap hari.

Gadis itu merotasikan bola mata. Kaki kecilnya memutuskan untuk pergi sendiri daripada harus meladeni Chandra yang sekarang dipenuhi rasa penasaran.

"Anara tunggu!" Chandra segera menyusul, setengah berlari. "Ih bener ya??? Lu cuman mau ketemu kak Dion doang? Demi apa sih, lu lebih memilih dia daripada gue?"

Chandra menghadang Anara di depannya. Sontak si gadis berhenti melangkah, ekspresinya sedikit kesal melihat Chandra terlalu banyak bicara. "Kalau iya, emang kenapa?"

Pemuda bernama Chandra Aditya itu otomatis membulatkan kedua bola matanya tak percaya. Terlihat berlebihan, namun begitulah sosok Chandra yang selalu mendramatisir segala sesuatu yang terjadi di hidupnya. "Astaga Anara! Apa yang lu suka dari cowok galak dengan mulut kayak cabe rawit itu?"

Countdown: 100th DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang